
Catatan di Hari Bakti Transmigrasi: Pesta dan Kebahagiaan
Orang yang mengikuti program transmigrasi, pada dasarnya adalah orang yang kurang bahagia. Oleh karenanya, di benak mereka sudah tergambar sebuah kebahagiaan saat bertransmigrasi ke daerah asing yang tidak dikenalinya.
Transmigrasi merupakan salah satu jalan menuju kebahagiaan. Kebahagiaan yang barangtentu murah harganya. Dengan ikut transmigrasi, orang-orang yang kurang bahagia mendapat modal dasar untuk bahagia, pekerjaan.
Dengan pekerjaan, orang-orang dapat memiliki penghasilan. Dengan penghasilan, mereka (transmigran) mulai memenuhi keinginannya untuk berbahagia.
Memang, orang yang mengikuti transmigrasi tidak semuanya mencari pekerjaan. Banyak di antara mereka yang sudah hidup berkecukupan di daerah asalnya.
Memiliki pekerjaan, juga bukan satu jaminan untuk bahagia. Ini pula yang menjadi alasan golongan masyarakat yang kedua ikut transmigrasi, mereka ingin mencari kebahagiaan.
Ada satu golongan lagi, orang-orang yang ikut berbondong-bondong pergi dari desanya karena terjebak euforia lingkungannya. Mereka adalah orang-orang yang tidak tahu mesti berbuat apa, saat orang-orang di desanya berbondong-bondong mendaftarkan diri ikut transmigrasi.
Mereka yang memiliki kedekatan emosional dengan lingkungan sosialnya, memilih untuk ikut bertransmigrasi karena tidak ingin ditinggal orang-orang terdekatnya. Sehingga, tidak jarang dijumpai sebuah kampung transmigran di satu daerah, berisi masyarakat dari satu desa di Jawa.
Dikemudian hari kita akan mengenal perpindahan masyarakat model ini dengan bedah desa. Orang-orang bersama-sama meninggalkan tanah kelahirannya, kemudian bersama-sama mencari kebahagiaannya masing-masing di tanah yang asing.
Dengan lingkungan sosial yang sama, mereka dapat beradaptasi dengan kultur dan kebiasaan. Akan tetapi yang sedikit sulit dihadapai adalah keadaan geografis. Tanah-tanah di daerah tujuan, kebanyakan berbeda dengan tanah di daerah Jawa.
Ada tanah yang keras, dipenuhi dengan kerikil-kerikil kecil dan sulit ditanami. Keadaan ini membuat sejumlah orang yang ikut program transmigrasi ingin pulang ke kampung halamannya.
Akan tetapi, kebanyakan dari mereka sudah menjual harta benda yang dimiliki untuk modal mengikuti transmigrasi. Pada akhirnya, mereka yang masih memiliki rumah di kampung halamannya di Jawa, memilih untuk pulang.
Tapi orang-orang yang sudah tidak memiliki apa-apa, tidak punya pilihan selain tetap tinggal. Masyarakat yang pada mulanya tidak bermasalah dengan lingkungan sosialnya, lambat laun mulai memiliki masalah.
Mereka mulai kehilangan orang-orang dekatnya. Orang-orang dekat yang memilih untuk kembali ke kampung halamannya. Kebahagiaan yang terlebih dahulu ada di angan mereka, perlahan-lahan mulai menguap.
Satu-satunya kebahagiaan yang mereka dapat adalah tiap pejabat pemerintahan datang mengunjungi mereka. Sebab di saat itu, akan diadakan pesta penyambutan yang meriah.
Kemudian pejabat pemerintah itu berpidato, “Lewat pesta yang meriah ini, saya melihat keadaan masyarakat transmigrasi nampak lebih bahagia!”
“Betul!” jawab semua orang, karena pesta membuat semua orang terlihat bahagia.
Akan tetapi, hiburan itu hanya berlangsung beberapa tahun awal saja. Setelah pejabat pemerintah tidak pernah datang lagi, tidak ada lagi pesta yang membuat semua orang terlihat bahagia.
Sumber: cerita warga SP3D Lampung Utara.