Derai Air Mata di Bulan Juli

Pada bulan Juli itu…

Tidak disangka derai air mata bergantian mengalir

Di rumah- rumah pinggiran jalan ramai itu

Kesedihan datang dengan berturut

 

Hai si Bulan Juli yang Kuharap menjadi bulan bahagia

Justru memberikan rasa sakit yang bertubi

Peristiwa singkat yang terus berulang di dalam ingatan

Kesakitan hati dan fisik  yang menjadi problematika

Dan kemudian garis takdir Yang Maha Kuasa

Memberikan  jawaban atas akhir peristiwa singkat itu

Baca Juga: Kematian Chairil dalam Puisi “Yang Terhempas dan Yang Putus”

Hingga di akhir si Bulan Juli

Ternyata warna gelap masih tetap  mendominasi

Suara kesedihan yang sudah berangsur  reda

ternyata harus menghujani kembali

Tetap masih berada di rumah pinggiran jalan itu

Kehilangan datang lagi meski dengan cerita yang berbeda

Lantunan doa kepada Yang Maha Kuasa

Terus mengalir tanpa hentinya

Untuk kami disini

dan mereka yang telah pergi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Kenanga: Feminisme Oka Lawan Diskriminasi
Next post Langit Kelabu