
Nyeni: Babe, Penjaga Parkir GK 1 FBS, Menghias Pos Jaganya
Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNY menjadi berbeda dengan fakultas-fakultas lain karena kental dengan budaya dan seninya.
Fakultas ini memang sering menggebrakkan dunia kesenian lewat pameran dan pementasan internal maupun eksternal. Tangan mahasiswa seni seperti gatal jika tidak menggoreskan kuas atau melentikkan jari.
Seni yang dimiliki oleh FBS di antaranya Seni Tari, Seni Rupa dan Kerajinan, serta Seni Musik. Semuanya memiliki peranannya masing-masing, tergantung kebutuhan.
Namun, seni yang lebih sering saya jumpai di FBS adalah milik mahasiswa Seni Rupa. Di beberapa sudut FBS dihias olehnya lewat karya-karya mural.
Seakan tak mau kalah dengan mahasiswa, salah satu penjaga parkir FBS, Pak Ngadimin telah memberikan kesan baru di pos jaganya. Parkiran motor Gedung Kuliah I (GK I) menjadi berbeda dengan pos jaga parkir FBS lainnya.
Penjaga parkir GK I yang akrab dipanggil “Babe”, beberapa hari ini dengan telaten telah mengecat posnya. Dengan lukisan pewayangan, pos itu pun tampak menunjukkan nilai kebudayaan.
Penjaga yang dinilai sangat ramah oleh mahasiswa ini, seperti sedang menghias rumahnya sendiri dengan ikhlas dan sabar.
Babe memang sangat ramah. Hal itu terbukti dengan caranya bergaul dengan mahasiswa, yang terkadang ngopi bareng di posnya. Ia juga terlihat sangat mengabdi kepada pekerjaannya. Demikian pula cara kerjanya yang bersedia menjaga pos hingga pukul 22.00 WIB (yang biasanya hanya sampai pukul 17.00 WIB).
Tentu saya tidak mau jauh-jauh memikirkan apakah gajinya banyak, atau paling tidak ditambahi. Namun, saya lebih tertarik dengan kesetiaanya terhadap pekerjaan.
Sebetulnya dari kacamata saya, banyak perbedaan yang dapat dinilai antara Babe dengan penjaga-penjaga pos FBS lainnya. Mulai dari nyeni sampai jam kerja yang lebih lama. Orangnya ramah, terbuka dengan mahasiswa, dan semangatnya tak pernah luntur.
Sejak pagi, saat saya berangkat kuliah, ia sudah berada di area parkir dan menata motor-motor mahasiswa. Hingga sore tiba ia masih setia di sana. Kemudian berlanjut tugasnya hingga malam hari.
Terlepas dari perbedaan Babe dengan penjaga-penjaga parkir lain, inspirasi seninya patut diacungi jempol. Meskipun hanya lukisan wayang, tetapi tetap memiliki nilai estetis. Sehingga, pemandangan di pos jaga tidak monoton.
Senada dengan seni dari pos tersebut, memang sejak beberapa bulan yang lalu sudah ada muralnya. Barangkali Babe terinspirasi dengan hal itu.
Pada dasarnya seni itu bersifat simbolis. Kini parkiran GK I memiliki kesan berbeda dengan parkiran lainnya. Nampak lebih mengesankan dengan lukisan pewayangan di tembok-tembok pos jaga.
Seni juga bersifat semesta yang hadir dalam berbagai versi di sepanjang zaman. Bukan hanya milik mahasiswa, tetapi siapa pun. Termasuk Babe.
Saya berharap orang-orang berjiwa seni seperti Babe patut diapresiasi. Ia layak diberi ruang untuk berkarya, atau diberi fasilitas walau sekadar cat maupun kuas.