Pentingnya Gerakan Budaya Literasi

Adanya perubahan sistem pendidikan dengan kurikulum terbaru menambahkan beberapa aspek dalam praktik pendidikan, seperti kurikulum 2013 yang berfokus pada pendidikan karakter siswa. Namun, sampai saat ini belum ada pelaksanaan lebih lanjut terkait budaya literasi di sekolah, padahal tingkat minat baca di Indonesia tergolong sangat rendah. UNESCO menyebutkan minat baca Indonesia 0,001 %. Artinya hanya satu orang yang rajin membaca di antara seribu orang. Sungguh memprihatinkan, bukan?

Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang sempat diterapkan beberapa tahun lalu ternyata juga masih kurang efektif karena hanya berjalan beberapa bulan saja dan tidak semua sekolah menerapkannya. Budaya literasi dalam pendidikan ini sangatlah penting guna meningkatkan minat baca siswa sehingga dapat menjadi siswa cerdas yang mampu bersaing dengan baik di kancah international. Membaca merupakan jalan terbaik untuk menambah pengetahuan tanpa perlu bepergian atau mengalaminya secara langsung.

Alasan terbesar minat baca Indonesia rendah karena generasi muda yang terpengaruh adanya globalisasi hingga mengalami kecanduan gadget. Mereka lebih suka mengisi waktu luang dengan bermain ponsel, seperti berselancar di internet, bermain sosial media, game online, dan menonton YouTube. Belum lagi masuknya budaya Korea melalui drama dan lagu-lagu yang semakin bertambah populasi pecinta K-Pop dan K-Drama tiap harinya.

Sebelum adanya pandemi Covid-19 ini fenomena kecanduan gadget sudah marak terjadi, apalagi setelah adanya pandemi yang mengharuskan siswa berada di rumah dan melakukan pembelajaran secara daring. Otomatis mereka hampir tidak pernah lepas dari gadget.

Baca Juga: Literasi Tidak Akan Kehilangan Kutu Bukunya

Meskipun pembelajaran dilakukan secara daring, seharusnya kegiatan yang mendukung budaya literasi tetap dilaksanakan. Misalnya dengan mengganti media bacaan yang semula menggunakan buku fisik, sekarang cukup menggunakan e-book yang lebih praktis dan dapat diakses ponsel masing-masing sebagai bentuk dari mengikuti perkembangan teknologi. Kemudian, progam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dilaksanakan 15 menit sebelum pembelajaran bisa diganti dengan memberikan tugas kepada siswa untuk membaca minimal satu buku fiksi atau non fiksi per semester.

Dengan demikian, tidak peduli bagaimana keadaan yang ada saat ini, budaya literasi sebagai salah satu aspek penting dalam rangka mencerdaskan bangsa harus tetap ditanamkan dalam generasi muda kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Panduan Menjadi Burung yang Menyenangkan
Next post RESENSI CERPEN ‘SEBUAH APEL’