Laut Bercerita: Ketidakpastian dan Kehilangan 

Judul Buku                          : Laut Bercerita

Pengarang                          : Leila S. Chudori

Penerbit                              : Gramedia Pustaka

Tahun Terbit                      : Oktober, 2017

Halaman                              : 379 halaman

ISBN                                      :978-602-424-694

 

Review Novel

Novel Laut Bercerita ini mengisahkan tentang cinta, keluarga, perjuangan, dan juga kehilangan. Latar pada novel ini menggambarkan keadaan tahun 1998, yang di mana tahun tersebut sedang dilanda berbagai krisis. Ketegangan terjadi dimana-mana. Keadilan pemerintah menjadi isu yang hangat dan penuh dengan pertanyaan.

Dalam novel ini, Laut bercerita tentang perjalanan menjadi seorang aktivis di masa ordeba bersama teman-temannya .Laut adalah seorang mahasiswa perguruan tinggi UGM. Ia  merupakan salah satu anggota dari organisasi Wirasena dan Wianatara. Teman-teman Laut seperti Kinan, Sunu, Alex, Naratam, Gusti, Julius, Anjani, dan lain-lain yang bergabung dengan organisasi tersebut adalah orang-orang yang sangat kritis tentang negri ini. Mereka sering melakukan diskusi-diskusi buku tentang negara demokrasi yang di mana buku-buku tersebut pada saat itu dilarang oleh pemerintah. Mereka melakukan hal tersebut dengan diam-diam agar tidak ketahuan oleh intel pemerintah. Mereka juga sering melakuakan demo guna untuk membantu para buruh yang tertindas untuk menyampaikan protes mereka terhadap pemerintah.

Kegiatan yang dilakukan oleh organisasi Wirasena dan Wiratama  lama-kelamaan dilarang oleh pemerintah. Hal tersebut terjadi karena pemerintah menganggap organisasi berisikan orang-orang pembangkang pemerintah. Yaitu orang-orang yang ingin menjatuhkan pemerintah. Oleh karena itu, mereka melakukan kegiatan dengan gerakan bawah tanah  agar tidak ketahuan. Hingga pada saat menadekati tahun 1998, beberapa anggota mereka terpaksa untuk berpindah-pindah tempat agar tidak tertangkap oleh intel. Karena tidak hanya organisasinya saja yang dilarang tapi, juga beberapa anggotanya menjadi buruan intel. Tidak hanya berpindah tempat, mereka juga perlu menyamarkan identintas mereka agar tidak mudah dikenali karena intel-intel tersebar di banyak tempat.

Hingga pada tahun 1998 Laut, Alex, Daniel, Narendra, Kinan, Gala, Sunu, Naratama, Julius, dan Dana tertangkap oleh para intel. Mereka ditangkap di tempat yang berebeda beda. Mereka dibawa ke suatu tempat atau markas para intel untuk diintrogasi. Mereka diberi banyak sekali pertanyaan. Jika mereka tidak menjawab mereka akan diberi hukuman. Meskipun menjawab pun mereka tetap mendapat hukuman. Mereka di penjara selama berbulan-bulan di suatu gedung bawah tanah yang sangat gelap hingga mereka tidak mengetahui waktu pagi, siang, atau malam. Tidak ada yang bisa mengetahui tempat mereka berada kecuali para intel.

Para keluarga mulai khawatir dengan keadaan mereka, salah satunya Asmara. Ia adalah adik perempuan Laut. Kekhawatiran memuncak setelah berbulan-bulan mereka tak kunjung kembali. Teman-teman Laut yang tidak tertangkap mulai mencari dengan diam-diam. Termasuk juga Asmara dan keluarga yang sangat khawatir dengan keadaan Laut. Bertahun-tahun mereka mencari hingga pada masa ordeba telah runtuh ,mereka tidak kunjung menemukan Laut dan kawan-kawan ditangkap. Hingga pada suatu saat, Alex dan Daniel berhasil keluar dari penjara tersebut. Akan tetapi,membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mereka memceritakan semua hal yang terjadi. Mereka mengalami trauma berat akibat dari penyiksaan dari para intel.

Baca Juga: Literasi Tidak Akan Kehilangan Kutu Bukunya

Hingga perlahan-perlahan mereka mulai menceritakan apa terjadi kepada mereka. Satu hal yang tidak bisa mereka ceritakan tempat dimana  mereka disekap. Yang mereka tahu hanyalah tempat bawah tanah yang gelap dan lembat, tetapi mereka tidak tahu dimana letak tempat tersebut. Karena selama mereka akan keluar atau masuk dari tempata tersebut, mata mereka selalu di tutup dengan kain gelap sehingga tidak bisa mereka dengan jelas. Hal tersebut membuat semua orang semakin penasaran di mana tempat penyakapan tersebut.

Asmara dan teman-teman Winatara yang tersisa dan peduli dengan HAM membuat Komisi Orang Hilang guna untuk bersama-sama mencari jejak mereka orang –orang yang hilang. Itu juga merupakan  usaha mereka agar peristiwa penculikan tersebut diungkap dan bisa diinvestigasi oleh pemerintah yang sekarang yang lebih peduli dengan HAM. Selain membentuk komisi tersebut, mereka juga membawa kasus tersebut ke konfrensi internasional. Pengungkapan tentang mereka merupakan suatu yang rumit dan membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Suatu kajadian yang tidak bisa terlupakan bagi keluarga dan teman-teman mereka, yaitu kehilangan seseorang yang begitu mereka cintai. Kehilangan dengan tiba-tiba dan tanpa ada kepastian, mereka masih hidup atau sudah tiada. Pemulihan batin yang membutuhkan waktu lama, untuk menyadarkan bahwa mereka sudah tiada. Yang diinginkan dari keluarga yang ditinggalkan hanyalah kepastian.

Kelebihan

Novel Laut Bercerita ini membuka wawasan kita tentang masa lalu yang terjadi. Peristiwa-peristiwa kelam yang pernah terjadi di Indonesia. Asal mula krisis yang menjadikan Indonesia menjadi seperti sekarang. Mungkin peristiwa-peristiwa tersebut masih membekas oleh beberapa orang yang sempat menjadi saksi. Cerita yang disajikan dibuat  teka-teki, sehingga membuat penasaran pembaca penasaran bagaiman akhir dari cerita Laut dan teman-teman. Bahasa yang digunakan juga mudah dipahami, tidak ada istilah asing yang terkadang membuat pembaca sulit memahami.

Kekurangan

Novel hanya memiliki beberapa kekuranga seperti alur yang campuran, sehingga pembaca perlu memahami dengan seksama. Di setiap babnya terdapat alur maju dan mundur. Kemudian, menjelang bab akhir, tokoh “aku” yang bercerita tentang kisahnya akan berubah. Hal tersebut akan membuat pembaca bingung jika tidak memahami dengan seksama terhadap alur cerita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Pers: Antara Pengabdian dan Kepentingan
Next post Timnas Inggris Layak Dipuji, Namun Tidak dengan Pendukungnya