dok. istimewa

Tidurlah, Maka Kau Tidak Akan Digigit Nyamuk

Kalau tidak tidur, digigit nyamuk.

Saya sempat agak gimana gitu waktu baca berita di buletin Aksara tentang respons mahasiswa baru saat TM Ospek. Jadi, TM-nya dilaksanakan di luar ruangan, di tempat parkir, banyak debu beterbangan dan nyamuk. Kayaknya ada juga yang digigit nyamuk. Woh, awan-awan kok ono nyamuk?

Nah, soal digigit nyamuk itu, tiba-tiba saya ingat lirik lagu anak zaman saya masih umbelen dulu. Judulnya, “Ibu Tuti”. Dedek-dedek gemez Kreativa zamsek (zaman sekarang) mungkin gak kenal lagu itu. Tapi, intinya, kalau tidak mau digigit nyamuk, maka kamu harus tidur.

Nah, adik-adik mahasiswa baru, kalau kalian tidak mau digigit nyamuk saat TM, seharusnya kalian tidur. Cuma, risikonya, kalian jadi gak lihat pementasan Sangkala dan qaqa-qaqa yang memesona. Risiko lebih besar: kalian mungkin dibentak panitia karena dianggap tidak menghargai.

Tapi, let bygones be bygones. Biarkan baygon tetap baygon, supaya tidak ada nyamuk yang nakal suka menggigit lagi. TM sudah berlalu, yang penting adalah menikmati saat ini dan bersiap menghadapi masa studi yang katanya sih ngeri (memang ngeri kok).

Gigitan nyamuk seperti itu sebenarnya bisa memperlihatkan adanya masalah yang serius dalam jagat pendidikan kita saat ini. Orang-orang ramai menolak full-day school karena dianggap akan memberatkan peserta didik. Selain itu, ada juga yang bilang nanti tidak ada waktu untuk pelajaran agama di luar sekolah.

Oke, poin pertama itulah yang rupanya menjadi petunjuk bahwa kita sedang dibimbing menjadi bangsa yang lembek di hadapan tuntutan kunci progress dan modernity: nalar, yang memang angker, kata penyair Goenawan Mohamad. Angker di sini mengisyaratkan berat untuk dihadapi.

Tetapi mereka yang berani menghadapi tuntutan kunci terbukti menjadi bangsa yang dominan: Barat. Sori bukan bermaksud Barat-phile, tapi memang itulah buktinya. Sistem pendidikan negara-negara G8 memangĀ  keras lho. Materi bacaan jurusan sastra di sana, misalnya saja, mencakup novel-novel bantal ratusan halaman!

Tapi kita di sini gak mau membebani murid dengan tuntutan sains (nalar!). Kita juga khawati bahwa pendidikan agama luar sekolah akan kekurangan waktu. Aduh…. stop. Saya gak mau bahas soal sensitif begituan.

Intinya sih, saya cuma mau bilang (kalau ada mahasiswa baru yang baca tulisan ini), gigitan nyamuk itu belum seberapa dibanding timbunan tugas, dosen manyun, pacar gak perhatian, puyeng bayar SPP, dan sebagainya dan sebagainya.

Bersiaplah dengan pendidikan yang keras! Heil!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Aksara Edisi PKKMB 2017
Next post Tidur yang Berisi