Merawat Ingatan dan memupuk empati melalui kolaborasi sastra, sejarah, dan opini dalam FOSIL
Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) A.R Sutan Mansur Universitas Negeri Yogyakarta menggelar acara Forum Literasi Sosial Politik (FOSIL) yang dilaksanakan pada hari Minggu (28/04/2024) di Pendopo Tedjokusumo, Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya UNY. Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja IMM yang terbuka untuk siapa pun yang berkenan hadir.
Acara ini berisi kegiatan diskusi dan bedah buku dengan tema “Mendobrak Narasi: Melacak Jejak Trauma Kolonial di Tanah Palestina”. Tema ini dipilih karena IMM ingin mengangkat isu tentang konflik Israel dan Palestina agar orang-orang senantiasa ingat dan peduli dengan terus membicarakan permasalahan yang terjadi di sana.
Dalam menyukseskan acara diskusi ini, PK IMM menggandeng beberapa media partner di antaranya adalah Susastra, LPPM Kreativa, dan BEM KM UNY. Sama seperti forum diskusi pada umumnya, kegiatan dimulai dengan pembukaan oleh pembawa acara, kemudian pembacaan Alquran, dan sambutan-sambutan. Selanjutnya masuk ke inti acara yaitu diskusi dan bedah buku.
Tiga orang pemantik dengan cakupan bidang yang berbeda dihadirkan dalam forum ini untuk berkolaborasi membangun paradigma yang diharapkan dapat membuka pengetahuan baru. Ketiga pemantik tersebut adalah Qonita Labibah Rahma selaku pengamat sastra, Farras Raihan yang merupakan Ketua BEM UNY, dan Aulia Fathurrahman D. sebagai seorang akademisi.
“Aku rasa ini adalah sebuah kolaborasi yang indah karena kita jadi ketemu sama aspek-aspek lain. Aku selalu suka sama multiperspektif karena itu yang kita butuhkan,” terang Qonita.
Tema tersebut berkaitan dengan buku yang dibedah yaitu novel bertajuk Minor Detail karya Adania Shibli yang berkisah tentang peristiwa Nakba tahun 1948, ketika warga Palestina dipaksa meninggalkan tanah air mereka.
Annaila, ketua pelaksana dalam acara ini mengatakan, diskusi mengenai tema tersebut akan lebih menarik jika ada media yang menjadi jembatan. Maka, dipilihlah buku berjudul Minor Detail itu karena isinya banyak berbicara mengenai trauma pasca kolonialisme.
“Nah kalau misalkan dari temanya sendiri memang kita mencoba bagaimana membahasakan sebuah peristiwa melalui sebuah pendekatan yang soft, yang ringan, misalnya dengan sastra gitu, soft selling ya,” ungkap Aulia sependapat.
Melalui acara ini, diharapkan dapat terjadi transfer ilmu agar kita lebih empatis dan melihat suatu hal dari perspektif yang lain. Selain itu, dengan adanya diskusi semacam ini dapat menarik minat mahasiswa lain untuk lebih peka terhadap isu-isu Palestina.
“Harapannya dengan aku hadir, dengan aku mencoba kegiatan-kegiatan kayak gini, akan banyak lagi mahasiswa UNY yang pengin tahu,” tutur Farras.
Qonita juga mengungkapkan bahwa acara semacam ini sangat menarik dan berharap dapat dilaksanakan lagi dalam situasi non formal yang lebih akrab.