Pentas Produksi 2017: Sangkala Sajikan “Etalase Tubuh”
Yogyakarta — Sabtu (25/11), di Laboratorium Karawitan FBS UNY, Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) Sangkala FBS UNY mengadakan pentas produksi teater dengan membawakan naskah milik Sahlan Bahuy yang berjudul “Etalase Tubuh”.
Pentas produksi ini merupakan salah satu agenda rutin Sangkala yang diadakan satu tahun sekali. Pentas yang disutradarai oleh Ahmad Hayya ini mengangkat kehidupan anak-anak yang tumbuh dengan iming-iming kebahagiaan yang bias dan abstrak. Sementara orang tua yang semakin sibuk mempersiapkan masa depan anak dengan pola-pola instan membuat anak menjadi layaknya sebuah etalase.
“Pentas ini menceritakan tentang sosok Sura yang dikendalikan oleh badut. Jadi, badut itu memegang kekuasaan atas hidup Sura. Tapi, si Badut lebih condong ke si ayah, sedangkan si ibu lebih kontras dengan ayahnya,” ungkap Hernida Firmaya, Pimpinan Produksi Pentas Produksi Sangkala 2017.
Sosok ayah menuntut Sura untuk menjadi anak yang konsumtif dengan memberikan berbagai fasilitas mewah. Lain halnya dengan ibunya yang beranggapan bahwa hal tersebut bukanlah sebuah definisi kebahagiaan.
“Si ibu ini dari keluarga yang sederhana. Jadi, definisi kebahagiaan menurut ibu itu adalah gimana kita bisa melihat diri kita, nggak perlu kita membeli barang yang mewah, makan yang enak,” lanjut Hernida.
Menurut keterangan Hernida, tidak ada alasan khusus yang melatarbelakangi pemilihan naskah untuk pentas produksi ini. Ia mengungkapkan bahwa naskah dipilih secara berembuk. “Kita cari naskah terus akhirnya Ahmad Hayya, si sutradara ini, menawarkan gimana kalau kita misalnya garap ini,” ungkapnya.
Layaknya sebuah acara pementasan drama, melalui “Etalase Tubuh”, imbuhnya, diharapkan setelah menonton pementasan ini, ada sesuatu yang dapat dibawa pulang oleh penonton.
Menurut Titis Nur Hidayah, salah seorang penonton yang menyaksikan pentas ini, tema disajikan dengan cara yang unik, “Ini disajikan dengan cara yang menurut saya unik dengan sudut pandang yang berbeda. Terus judulnya. Etalase Tubuh, bikin penasaran gitu,” ujarnya.
Meskipun menemui berbagai kendala, salah satunya adalah sulitnya mengatur jadwal latihan, Hernida mengungkapkan bahwa sedapat mungkin masing-masing pemain harus mampu me-manage waktu. “Anggota Sangkala kan banyak kesibukan, jadi gimana kita caranya ngatur jadwal, habis kuliah kita jadwalkan jam segini harus latihan.”
“Kita nggak terlalu mematok harga tiket yang sangat wah, kalau misalnya kita mematok harga yang tinggi nanti penonton belum tentu mau datang,” ujar Hernida.
Ia berharap bahwa dengan harga tersebut tetap dapat menampilkan sesuatu yang wah. Sementara untuk target acara menurutnya semua telah tercapai.
Publikasi acara ini, ungkap Hernida, digencarkan melalui media sosial.
“Kita lihat sendiri kalau di sosial media hampir setiap hari setiap orang kan pegang hape, buka-buka media sosial. Kenapa lebih ke situ? Karena lebih efektif menurut kita,” pungkasnya.*** (Ayu Ratih/Titis Erika)