Eksistensi dan Peran Komunitas Film Jogja

Yogyakarta menjadi salah satu kota yang memiliki komunitas film terbanyak di Indonesia. Banyaknya kampus-kampus yang memiliki komunitas film semakin menumbuhkan komunitas-komunitas serupa. “Komunitas film di Yogyakarta yang Saya lihat itu malah justru kebanyakan dari kampus. Mungkin ada sedikit di luar kampus karena kebanyakan basisnya komunitas film di kampus, misalnya di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (UPN Veteran) juga ada, di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN).” Ungkap Ridho Muwahid Billah selaku ketua Cinema Komunikasi UMY.

Banyaknya komunitas film di Yogyakarta menjadi bukti bahwa antusiasme masyarakat terhadap film Indonesia mengalami peningkatan. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh Tim Majalah Kreativa, sebanyak 91,5% responden menyukai film Indonesia.

Komunitas film di Yogyakarta telah memegang peran penting terhadap berlangsungnya dunia perfilman di tengah masyarakat. Komunitas film berperan melalui berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan. Sebagai contoh Kamisinema (Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia) yang secara rutin mengadakan pemutaran film. “Kalau Kamisinema kita rutin ya ngadain pemutaran eksternal sebulan dua kali dan nanti akhir tahun harusnya ada layar tancapan sekitar September-November kalau virus Corona ini udah selesai ya.”Selain mengadakan pemutaran film, Kamisinema juga rutin mengadakan screening secara rutin dengan tema-tema yang berbeda setiap bulannya.

Selain Kamisinema, terdapat pula komunitas Cinema Komunikasi UMY, sebuah organisasi di tingkat Program Pendidikan Ilmu Komunikasi, memiliki beragam kegiatan termasuk produksi film, pendistribusian film, dan pengapresiasian film. Ridho Muwahid Billah selaku ketua Cinema Komunikasi UMY mengatakan bahwa kegiatan pengapresiasian film dapat berupa screening, rilis film karya anggota Cinema Komunikasi, dan kegiatan-kegiatan lain seperti diskusi komunitas, workshop alat, dan workshop produksi.

Selain kegiatan internal, Cinema Komunikasi juga mengadakan kegiatan bersama dengan komunitas film dari kampus lain seperti komunitas film Avikom di UPN. Kegiatan tersebut berupa screening di kampus dan desa-desa untuk disaksikan oleh masyarakat. “Kalau screening biasanya ada juga kegiatan screening di kampus, ada juga screening di desa-desa, kita memutar film kita untuk disaksikan oleh masyarakat, nama kegiatannya Sinema Rakyat.” Ungkap Ridho.

Baca Juga : The Gifted : Setiap Sekolah Memiliki Rahasia

Iman Syafii sebagai salah satu filmmaker mengungkapkan bahwa komunitas film yang terdapat di kampus-kampus menjadi ruang pembelajaran alternatif  bagi mereka yang ingin belajar mengenai dunia perfilman di luar sekolah film. Menurutnya perlu ada minimal satu komunitas film di setiap universitas. “Komunitas film di universitas jadi penting ketika tidak ada wadah yang spesifik ke film seperti jurusan film. Di komunitas film kampus bisa menjadi tempat diskusi dan pertukaran.”

Tidak berhenti sampai di situ saja, kegiatan yang digelar oleh komunitas-komunitas film di Yogyakarta juga telah meningkatkan antusiasme masyarakat mengenai film. Dengan adanya screening dan juga festival-festival pemutaran film akan semakin menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap film Indonesia. Ridho menganggap bahwa antusiasme perfilman di Yogyakarta bisa jadi sedikit berkurang jika tidak ada komunitas film yang mengadakan berbagai acara tersebut. Hal itu dikarenakan komunitas film menjadi wadah awal orang-orang, terutama dalam lingkup mahasiswa, dapat mengenal film. Mahasiswa menjadi tertarik dengan film yang dapat dinikmati masyarakat dari berbagai latar belakang, tidak hanya para mahasiswa yang berlatar belakang perfilman saja.

Selain mendatangkan manfaat yang baik bagi industri perfilman dan juga masyarakat pecinta film, kegiatan seperti festival film rupanya juga mendatangkan timbal balik bagi para filmmaker. Iman Syafi’i sebagai filmmaker membagikan pengalamannya dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh Tim Majalah Kreativa. Baginya, film pendek yang diputar di festival dapat menjangkau penonton yang lebih luas sehingga dirinya dapat mengoreksi diri kemudian dapat membuat film yang lebih bagus dan dewasa lagi. Menurutnya, festival film yang dilaksanakan secara online melalui Youtube dapat mendewasakan dirinya sebagai pembuat film melalui komentar-komentar yang ia peroleh dari para pemirsa filmnya.

Dirinya menganggap komentar yang didapatkannya tersebut dapat membuatnya berpikir secara lebih dalam tentang kesalahan-kesalahan yang telah ia perbuat serta dapat menumbuhkan kepercayaan dirinya. “Pentingnya festival film di industri film dapat menumbuhkan percaya diri kita. ‘Oh film ini udah menang ini nih’ berarti kan dari juri yang berkompeten dong,” ujarnya.

Dalam industri perfilman Indonesia, komunitas juga berperan dalam menunjang dan mengembangkan tema-tema perfilman dengan ide-ide yang muncul dalam diskusi film. Hal ini tentu juga berpengaruh pada kualitas film yang semakin meningkat dan akan berimbas baik pada industri perfilman di Indonesia.

Memperkaya relasi menjadi salah satu manfaat dari adanya komunitas film di Yogyakarta ini, seperti berkumpul bersama rekan-rekan satu komunitas dan saling bertukar pikiran membawa tiap-tiap individu ke dalam lingkup sosial. Tidak hanya berkumpul dengan rekan satu komunitas saja, namun komunitas-komunitas film ini juga kerap mengadakan pertemuan bersama dengan komunitas-komunitas film lain yang ada di Yogyakarta. Sebagai contoh, Paguyuban Filmaker Jogja (PFJ), merekatkan persatuan antar komunitas-komunitas film di Yogyakarta yang biasanya hanya dapat bertemu melalui festival-festival film.

Paguyuban Filmaker Jogja memfasilitasi antarkomunitas atau production house (PH) yang berbeda untuk bisa saling bertemu dan berdiskusi bersama. “Tapi fungsi utama justru mengguyubkan filmmaker-filmmaker di Jogja. Kan sebelumnya jarang ada organisasi atau komunitas yang menghubungkan PH atau antarkomunitas,” ungkap Agni Tirta selaku Ketua Paguyuban Filmaker Jogja. Dirinya juga mengungkapkan manfaat dari berjejaring dengan komunitas-komunitas lainnya dalam membangun kerja sama atau hanya untuk sekedar memperluas jaringan pertemanan. “Cuman nanti efeknya karena saling berjejaring teman-teman jadi bisa mengakses oh, si ini dari PH ini, jagonya di sini, posisinya di sini. Kalau saya butuh kru shooting saya bisa mengajak mereka karena sudah kenal.”

Contoh lainnya, yaitu Kamisinema yang berdiri sejak tahun 2007 tersebut juga telah melakukan relasi dengan komunitas-komunitas lain dan bekerja sama dalam pemutaran film seperti saling bertukar film. “Biasanya sih kalau buat ngejaga itu setiap ada acara di Jogja atau di luar kita dapat undangan, dari situ kita jalin hubungan, kenalan. Biasanya dari kegiatan-kegiatan saling dating, salaing mampir gitu atau kerja sama beberapa kali pemutaran juga bekerja sama dengan pihak luar. Tukeran film-film kaya gitu.” Ungkap Bias, Ketua Kamisinema.

Seiring perkembangannya, komunitas film tidak hanya memfasilitasi pihak-pihak yang berkaitan dengan dunia perfilman, namun juga memberikan edukasi kepada masyarakat awam melalui workshop-workshop yang bertujuan untuk memberikan edukasi dan wawasan tentang bagaimana cara untuk membuat film yang mudah dan juga melakukan promosi dari hal-hal yang berada di sekitar masyarakat. Hal tersebut juga dilakukan dalam rangka memberikan alternatif pilihan pekerjaan.

Agni Tirta mengungkapkan saat melakukan workshop di Gunung Kidul, yang diikuti oleh kelompok persatuan sadar wisata di Gunung Langgeran, setelah mengikuti workshop, mereka memiliki PH dan kemudian aktif membuat konten video dan film di Youtube untuk media promosi. Dalam hal ini, pemerintah juga turut andil dalam mendukung berlangsungnya kegiatan tersebut. “Bikin workshop, dulu kami bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan bikin workshop sekolah umum, bahkan bukan di kalangan film maker,” kata Agni Tirta.

Selain berkutat dalam dunia perfilman, ada pula komunitas film yang turut mengadakan kegiatan sosial untuk masyarakat terlebih di masa pandemi COVID-19 ini. Paguyuban Filmaker Jogja salah satunya. Bekerja sama dengan paguyuban film se-Jogja, PFJ mengadakan program pemutaran film pendek di Youtube untuk dapat diakses secara gratis oleh masyarakat Indonesia.

Agni Tirta mengungkapkan bahwa PFJ juga mengadakan donasi bagi para tenaga medis dalam hal pembelian APD dan juga pembagian masker. Kemudian mereka mengadakan donasi gelombang kedua dalam bentuk sembako atau lainnya untuk dibagikan kepada rekan-rekan film maker yang membutuhkan. Di samping itu, PFJ juga mengadakan workshop selama sebulan penuh setiap hari Senin dan Kamis sebagai program utama yang ditujukan kepada masyarakat umum se-Indonesia.

Reporter: Veronica Bekti, Pandan Ayu P., Astria Sekar A.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post The Gifted: Setiap Sekolah Memiliki Rahasia
Next post Masalah Klasik Filmmaker: Dari Sensor hingga Pembajakan