Hima PBD Gambarkan Kondisi Indonesia dengan Lakon Kedhung Srengenge
Yogyakarta — Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Daerah (Hima PBD), menandai berakhirnya kepengurusan tahun 2017 dengan pementasan ketoprak, Kedhung Srengenge di Laboratorium Karawitan, FBS UNY, Minggu (3/12).
Pertunjukan drama berbahasa Jawa tersebut dimainkan oleh anggota Hima PBD angkatan 2015. Pementasan ini juga diiringi musik gamelan yang dimainkan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Daerah.
Menceritakan sebuah papan padukuhan bernama Kedhung Srengenge yang dilanda banjir karena penebangan pohon besar-besaran. Lakon tersebut disajikan sedemikian rupa untuk menggambarkan keadaan Indonesia saat ini.
“Kita melihat kegelisahan tentang bencana, hutan yang gundul karena orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dan saat ini sering juga yang terdampak banjir, tanah longsor, di Indonesia secara umumnya. Dan 60% dari itu bukan karena faktor alam melainkan ulah manusia,” kata Danang Purwo Aji, selaku ketua panitia.
Senada dengan Danang, Teguh Bangun Satria, Ketua Hima PBD 2017, mengungkapkan, “Dari inti cerita, kami ingin mengingatkan bahwa kita itu harus menjaga alam, jika alam tidak dijaga alam iki bakal e ngamuk, dadi koyo ngono kui.”
Pementasan ini juga dihadiri oleh Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. (Rektor UNY) yang memberikan sambutannya dengan bahasa Jawa. Ia mengharapkan, selain kethoprak mahasiswa PBD juga mampu menciptakan inovasi yang terintregrasi dari wayang kulit.
“Inovasinipun kedah terintregasi, umpaminipun kelir setunggal kanca wacana kalih kelir tiga, utawi kelir kalih, lan sapiturutipun. Dados tiga kelir ini kedah berinovasi terintegrasi,” tutur Sutrisna yang juga dosen PBD tersebut.
Dalam bahasa Indonesia, Sutrisna menambahkan, “Saya harap ini menjadi program utama Hima Jawa mendatang, yaitu inovasi wayang kulit, nanti kita pentaskan Mei 2018 di Rektorat.”
Pementasan kethoprak diawali dengan pertunjukkan karawitan oleh mahasiswa PBD 2017. Selain sebagai acara akhir kepengurusan, pementasan ini merupakan bentuk pelestarian budaya Daerah, khususnya budaya Jawa.
Salah seorang mahasiswa Pendidikan Luar Biasa, Veri Gilang yang menonton pementasan tersebut memberikan apresiasinya terhadap pementasan Hima PBD tersebut. Ia mengatakan pagelaran Kethoprak sudah jarang ditemui, sehingga perlu diuri-uri.
“Seharusnya acara seperti ini bisa ditampilkan untuk acara-acara besar UNY, dan anak muda bisa mencintai budayanya dengan sungguh-sungguh,” tutup Veri. (Wahyu Ami/Apriliasari)