Advertisement Section

Hima PBSI Gelar “Ekstasi”

Yoyakarta — Kamis (30/11), berlokasi di Laboratorium Karawitan FBS UNY, Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Hima PBSI) FBS UNY mengadakan pentas  antarkelas PBSI yang bertajuk “Ekspresi dan Talenta Mahasiswa PBSI” (Ekstasi).

Pentas tersebut merupakan rangkaian acara Bulan Bahasa yang rutin diadakan setahun sekali, menampilkan drama, paduan suara, dan musikalisasi puisi. Pentas ini diisi oleh berbagai kelas di PBSI dari setiap angkatan.

“Dalam rangka memeringati Bulan Bahasa, ada tiga rangkaian acara. Yang pertama, Workshop Pementasan, kedua ada Seminar Nasional, terus yang ketiga Ekstasi ini sebagai puncaknya. Puncak acara Bulan Bahasa ini juga sebagai acara akhir kepengurusan dari Hima PBSI,” ungkap Ratna Sulistyowati , koordinator sie acara.

Foto: Kreativa/Yesi Amalia

Menurut Ratna, acara ini sempat mengalami kendala, khususnya waktu. “Awalnya di acara ini ada rangkaian opening gitu,  tapi ngumpulin orang-orangnya itu ternyata susah. Nah, kalau dari acara sendiri, ‘kan kita juga nggak bisa memastikan berapa dan ujung-ujungnya kita molor. Kalau acara sih lebih ke waktu,” ungkapnya.

Fera Selawati, salah satu peserta pementasan mengungkapan, “Untuk latihan drama ini H-1 minggu.  Meskipun menemui berbagai kendala, salah satunya adalah sulitnya mengatur jadwal latihan.”

Ratna menambahkan, selain penampilan dari mahasiswa PBSI, Ekstasi juga menghadirkan bintang tamu yakni  Teater Mishbah dan Behind The Scene.

Foto: Kreativa/Titis Erika

Menurut salah seorang penonton, Ramadhani Kusuma Ningrum, mahasiswa Seni Tari 2016, tema yang disajikan di Ekstasi sudah cukup bagus. “Ini disajikan dengan cara yang menurut saya sudah cukup bagus dengan sudut pandang yang berbeda. Soalnya ‘kan yang pentas ini bukan dari kalangan seni-seni juga, jadi ada kreativitas tersendiri juga sih.”

Ratna mengungkapkan harapannya terkait Ekstasi ke depannya. “Harapan ke depannya untuk acara ini bisa lebih ramai pengunjungnya, terus bisa menampilkan dari inovasi-inovasi baru. Kemudian, pengondisian waktu yang bisa di-handle dengan baik.*** (Titis Erika/Yesi Amalia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Putri Lopian: Usaha Penanaman Ideologi Feminisme
Next post Jogja Janur Festival: Upaya Regenerasi Seniman Janur