Advertisement Section

Putri Lopian: Usaha Penanaman Ideologi Feminisme

Sastra anak merupakan karya sastra yang secara khusus ditujukan untuk anak-anak. Sastra anak kebanyakan memiliki sifat  imajinatif, hanya beberapa saja yang isinya berdasarkan kenyataan. Dapat dikatakan, unsur-unsur imajinatif ini sangat menonjol.

Meskipun sastra anak sifatnya cenderung imanjinatif, bukan berarti sastra anak tidak bertujuan untuk mendidik. Pada sastra anak, terkandung eksplorasi mengenai nila-nilai kemanusiaan, adat istadat, agama, kebudayaan, dan sebagainya.

Pembelajaran  sastra pada anak penting dilakukan.  Hal ini dikarenakan usia anak-anak cenderung lebih mudah menerima segala sesuatu. Dengan demikian, nilai-nilai kemanusiaan, adat istiadat, agama, dan kebudayaan akan lebih mudah tersampaikan.

Sastra anak pada dasarnya bertujuan untuk memberikan bacaan yang layak dan bermanfaat pada anak. Demi mewujudkan maksud tersebut, kemudian muncul suatu ideologi. Ideologi biasanya muncul bersamaan dengan penulis.

Ideologi yang dibawa oleh penulis bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai dalam kehidupan anak. Penyampaian ideologi dalam sastra anak pun membutuhkan cara khusus. Hal ini dikarenakan sastra anak merupakan bacaan yang dikhususkan untuk anak-anak.

Dengan demikian, penyampaian ideologi pada sastra anak perlu mendapat perhatian khusus.

Ideologi yang muncul tentu beragam, mulai dari patriarki, feminisme, kapitalisme, moralitas, dan lain sebagainya.

Di sini, saya mengambil contoh cerita rakyat dari Sumatra Utara yang berjudul Putri Lopian. Pada karya sastra anak tersebut, terlihat usaha penulis untuk menonjolkan ideologi feminisme.

Hal ini diawali dengan tokoh utamanya, Putri Lopian yang merupakan seorang perempuan.

Dari beberapa peristiwa yang dijelaskan dalam cerita Putri Lopian, semakin menunjukkan usaha penanaman paham atau ideologi feminisme.

Beberapa peristiwa tersebut di antaranya:

  • Putri Lopian hidup sendirian di hutan. Ayah dan ibu Putri Lopian menghilang ditelan gelombang Samudra Hindia. Melalui peristiwa itu, penulis berusaha menghadirkan cerita yang dilatarbelakangi seorang perempuan yang hidup sendirian.
  • Putri Lopian bercocok tanam untuk bertahan hidup. Ketika bercocok tanam, berarti ia harus menggunakan peralatan berat yang biasanya digunakan oleh laki-laki. Misalnya saja mencangkul tanah sebelum ditanami.
  • Hal tersebut lazimnya dilakukan oleh laki-laki. Akan tetapi, di sini dikerjakan oleh Putri Lopian yang seorang perempuan.
  • Putri Lopian bersahabat dengan binatang-binatang buas, termasuk harimau sekalipun. Hal ini membuktikan bahwa Putri Lopian, sebagai seorang perempuan, memiliki keberanian yang sebanding dengan laki-laki.
  • Putri Lopian dapat berlari dengan sangat kencang. Pertemanan Putri Lopian dengan harimau menyebabkan ia memiliki kemampuan berlari dengan cepat.
  • Kemampuan Putri Lopian tersebut menunjukkan bahwa perempuan tidak lemah.  Apabila kemampuan tersebut dimiliki oleh laki-laki, tentu sangat lazim. Akan tetapi, jika perempuan yang memilikinya, tentu menjadi suatu kebanggaan tersendiri.
  • Putri Lopian merupakan perenang yang hebat. Selain dapat berlari sangat kencang, Putri Lopian juga seorang perenang yang hebat. Berkat pertemanannya dengan kura-kura, ia sering berenang menyelami dasar samudra.
  • Kemampuan berenangnya menjadi sangat baik, terlebih ia berkeinginan untuk menemui ayah dan ibunya yang konon menjadi penunggu samudra. Hal tersebut menunjukkan bahwa, sebagai seorang perempuan, Putri Lopian sangat pemberani dan tangguh.
  • Sang Putri mahir mengemudikan biduk. Jangankan sungai, lautan ganas pun dapat ditaklukkannya dengan mudah. Ia merupakan pelaut yang hebat. Ia bahkan dapat menentukan seberapa jauh jarak biduknya dari daratan hanya dengan melihat pantulan gelombang laut.
  • Ia juga dapat menentukan arah biduknya dengan melihat kumpulan bintang yang ada di langit ketika berlayar di malam hari.
  • Pelaut biasanya laki-laki, namun melalui Putri Lopian menunjukkan bahwa perempuan juga dapat mengerjakan pekerjaan laki-laki, yakni melaut.
  • Putri Lopian suka menjelajahi hutan. Ketika usia Putri Lopian mulai beranjak dewasa, ia sering bepergian menjelajahi hutan yang cukup jauh dari tempat tinggalnya. Meskipun ia sering kali tersesat sampai ke perkampungan, namun ia tidak berhenti menjelajahi hutan.
  • Melalui peristiwa tersebut, dapat ditunjukkan bahwa perempuan juga memiliki jiwa petualang yang tinggi, sama seperti laki-laki. Bahkan walaupun pernah tersesat, tetap melanjutkan bertualang.
  • Hal itu berarti perempuan juga memiliki keberanian yang cukup tinggi dan mau mengambil risiko dari keputusan yang diambil.
  • Putri Lopian pandai memasak. Apabila ia memasak, aroma sedap dari masakan yang dimasaknya menyebar ke seluruh rimba tempat tinggalnya.
  • Pada cerita Putri Lopian, selain menunjukkan kemampuan perempuan yang menyamai laki-laki, juga disebutkan kemampuan yang lazimnya dimiliki oleh perempuan, yakni memasak.
  • Hal ini menunjukkan bahwa penulis tidak sekadar menekankan kemampuan perempuan yang setara dengan laki-laki. Akan tetapi, penulis juga menunjukkan kelebihan yang dimiliki oleh seorang perempuan dan jarang dimiliki oleh laki-laki.
  • Apabila kerajaan Sipan Siaporos membawa Putri Lopian ke kerajaan, maka kerajaan akan aman. Ketika kerajaan Sipan Siporos mengadakan upacara melepas buntie, kerajaan mendapat petunjuk untuk membawa Putri Lopian ke kerajaan.
  • Dengan dibawanya Putri Lopian ke kerajaan, maka kerajaan akan aman dari mara bahaya badai dan gelombang besar. Melalui hal ini, penulis ingin menunjukkan bahwa perempuan mungkin saja sangat dibutuhkan dan menjadi penentu nasib.
  • Kerajaan Sipan Siaporos mengadakan sayembara untuk menarik perhatian Putri Lopian agar datang ke kerajaan. Kerajaan mengumumkan adanya sayembara memasak dan pemenang sayembara memasak akan diangkat menjadi menantu raja.
  • Sayembara dilakukan untuk menarik perhatian Putri agar datang ke istana. Hal itu berarti pihak kerajaan sangat membutuhkan Putri.
  • Putri Lopian mau menikahi pangeran dengan beberapa syarat. Putri Lopian mau menikah dengan syarat dibuatkan pulut kuning dan diarak dengan menggunakan sampan kecil menuju Samudra Hindia.
  • Kemudian syarat selanjutnya ialah saat umur pernikahan mereka 17 tahun, ia meminta agar diadakan upacara kebesaran kerajaan Mangusung Buntie.
  • Hal tersebut menunjukkan bahwa pihak Putri sebagai pihak perempuan lebih memiliki kekuasaan untuk menentukan sesuatu. Pihak laki-laki hanya perlu menyanggupi saja.
  • Terakhir, Putri Lopian hanyut terbawa arus samudra. Ia sengaja hanyut bersama arus samudra untuk menemui kedua orang tuanya yang konon telah menjadi penunggu samudra.
  • Pangeran akhirnya membiarkan ia hanyut dan merelakan kepergian Putri Lopian. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa Putri Lopian berhak menentukan pilihannya sendiri.

Dari beberapa perstiwa di atas, terlihat bahwa penulis berusaha untuk menekankan paham feminisme melalui cerita Putri Lopian. Dalam hal ini, feminisme yang dimaksud adalah usaha untuk menyeimbangkan relasi antargender.

Pada cerita Putri Lopian, ideologi feminisme ditunjukkan melalui perilaku atau kemampuan yang dimiliki Putri Lopian sebagai seorang perempuan yang setara dengan laki-laki.

Selain itu, cerita juga didominasi oleh Putri Lopian yang memang perannya sebagai tokoh utama. Dalam cerita tersebut nasib Putri Lopian juga tidak bergantung pada orang lain khususnya laki-laki, seperti cerita pada umumnya. Kehidupan Putri Lopian berakhir sesuai dengan pilihan yang diambilnya.

Penulis, melalui cerita Putri Lopian, juga berusaha meluruskan beberapa anggapan yang keliru tentang feminisme. Beberapa pendapat menyatakan bahwa feminisme berarti perempuan tidak membutuhkan laki-laki dan tidak akan menikah.

Akan tetapi, penulis mampu menghadirkan cerita yang menunjukkan bahwa feminisme juga mengenal laki-laki, bahkan juga mengenal pernikahan. Meskipun demikian, kehidupan perempuan tetap tidak bergantung pada laki-laki.

Perempuan tetap dapat menentukan pilihan hidupnya. Penulis dapat menggambarkan hal ini dengan baik. Tetap menonjolkan satu sisi namun tidak merusak sisi lain.

Selain menonjolkan unsur feminisme, karya sastra anak Putri Lopian ini juga cukup menarik dari segi lain. Misalnya saja dari segi alur. Alur cerita pada cerita rakyat tersebut cukup menarik karena mengambil klimaks yang berbeda.

Lazimnya, seorang putri yang masa hidupnya penuh perjuangan akan berakhir bahagia setelah bertemu pangeran. Akan tetapi, kisah tersebut tidak berlaku dalam cerita Putri Lopian.

Kehidupan tokoh tidak berakhir seperti itu, melainkan tokoh memilih akhir cerita sendiri dan tidak ditentukan oleh pangeran maupun tokoh lain.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Demokrasi
Next post Hima PBSI Gelar “Ekstasi”