Kaca Benggala dalam Pementasan “Lelakon”
Paguyuban Arkananta mementaskan naskah “Lelakon” pada Rabu (10/04) malam. Arkananta merupakan paguyuban yang dibentuk oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Daerah A 2016. Zaky, selaku pimpro sekaligus pemeran Nanang Edan, mengatakan bahwa Arkananta berarti cahaya matahari. “Harapannya, Paguyuban Arkananta akan bercahaya seperti cahaya matahari,” terang Zaky.
Naskah Lelakon ditulis oleh Andy Sri Wahyudi menceritakan tentang gambaran manusia pada zaman ini. Seperti yang dikatakan oleh Dwi Jayanti, selaku Sutradara pementasan, “Lelakon menceritakan tentang kaca benggala yang berarti ceminan hidup manusia.”
Dwi Jayanti mengatakan bahwa peristiwa yang terdapat di pementasan “Lelakon” terjadi pula di kehidupan sehari-hari. Ia menerangkan, “orang bisa saja memakai baju seperti peran H. Amad, tapi ternyata di balik itu dia buruk perangainya.”
Mengangkat zaman yang sudah edan (gila), Arkananta menjadikan Nanang Edan sebagai suatu kebenaran. Nanang Edan merupakan orang yang gila, tetapi semua yang dikatakan olehnya adalah kebenaran. Dwi mengatakan bahwa yang salah adalah orang-orang di sekitarnya.
Zaky merasa lega sekaligus puas karena telah menyelesaikan pementasannya. “Tugas sebagai pimpro telah selesai, tinggal pembubaran,” katanya. Ia juga merasa senang karena banyak penonton yang hadir dalam pentasnya. Ia mengatakan bahwa antusias dan apresiasi penonton menjadi penyemangat tersendiri bagi aktor di atas panggung.
“Banyak penonton. Ketika para penonton memperhatikan dan tertawa menjadi penyemangat tersendiri. Kegugupan aktor menjadi hilang karenanya,” ungkap Zaky.
Zaky berharap pementasannya dapat dijadikan pembelajaran bagi orang lain. “kekurangan kami dijadikan pembelajaran bagi orang lain supaya lebih baik. Semoga hasil dari pementasan bisa menjadi manfaat bagi semua,” pungkas Zaky.
Intan, salah satu penonton, mengatakan bahwa aktor dan setting pementasannya bagus. “pemainnya totalitas, walaupun artikulasinya (pengucapan) gak kedengeran,” ungkap Intan. Walau demikian, ia mengaku kurang menikmati pementasan karena pengucapan aktornya yang kurang jelas, juga karena bahasanya yang tidak ia pahami.
One thought on “Kaca Benggala dalam Pementasan “Lelakon””