Seni Rupa dalam Edukasi Art Edu Care #10

Pameran seni rupa Art Edu Care #10 kembali digelar oleh mahasiswa Pendidikan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta di Taman Budaya Jawa Tengah. Pameran ini berlangsung sejak Kamis (11/04) sampai Senin (15/04) kemarin. Tema yang dibawakan pada tahun ini adalah“For Public and Re-public”.

Ketua pelaksana, Wendro Tanjung, ingin menjadikan Art Edu Care #10 sebagai renungan kembali dari Art Edu Care sebelumnya. “Kami Flashback dari AEC [Art Edu Care] pertama kali sampai dengan AEC yang kesembilan,” ucap Wendro.

Wendro juga ingin mengetahui bagaimana sikap masyarakat terhadap Pendidikan Seni Rupa saat ini. Ia juga ingin mengetahui dampak apa yang terjadi di masyarakat melalui pameran seni. “Oleh karenanya, Art Edu Care #10 mengusung Tema ‘For Public and Re-public’,” ungkap Wendro.

Foto: Nursaid

Art Edu Care pertama kali terbentuk pada tahun 2010 setelah melewati dua masa embrio, yaitu Art Edu Caution (2008) dan Sense Science Sign (2009). Menurut Wendro, Pameran seni rupa ini pada awalnya berangkat dari keresahan mahasiswa sendiri, di mana pada saat itu pameran jarang dilakukan.

“Pada saat itu, Pendidikan Seni Rupa selama 26 tahun mati suri. Dalam artian prodi Pendidikan Seni Rupa jarang sekali ada yang mengadakan pameran seni rupa,” ungkap Wendro. Ia kemudian menjelaskan bagaimana terbentuknya Art Edu Caution, “Jadi diadakannya Art Edu Caution merupakan suatu perhatian khusus pertama kalinya terhadap krisis yang terjadi pada saat itu.”

Art Edu Caution merupakan pameran seni rupa karya mahasiswa dan dosen UNS yang diadakan pada tahun 2008. Tahun berikutnya, 2009, pameran itu berkembang menjadi pameran Jogja, Solo, Semarang (Joglosemar) yang diberi nama Sense Science Sign.

Foto: Nursaid

Setelah Sense Science Sign, kemudian muncul Art Edu Care pertama kali yang diikuti oleh seniman Joglosemar dan LPTK Jawa dan Bali. Wendro mengatakan bahwa Art Edu Care menjadi identitas Pendidikan Seni Rupa FKIP UNS sampai saat ini.

“‘Art Edu Care’ sejalan dengan prinsip Pendidikan Seni Rupa, yaitu peduli terhadap seni,” ungkap Wendro. “Intinya, mahasiswa di Pendidikan Seni Rupa harus punya sesuatu, jangan sampai hanya diam,” lanjutnya.

Jenis karya yang dipamerkan dalam Art Edu Care #10 merupakan karya participatory art. Wendro mengatakan bahwa Participatory art mulai diadakan pada Art Edu Care #6 yang mengusung tema “Art in Between yang saat itu di ketuai oleh Adam Wahida.

Foto: Nursaid

Dilansir dari uns.ac.id, “Berangkat dari pendekatan partisipatory art tersebut, panitia bekerja sama dengan berbagai lapisan masyarakat dengan mengadakan workshop untuk menghasilkan karya seni. Dari anak-anak di TK, SD, SLB, panti asuhan, hingga anak-anak punk jalanan diajarkan untuk membuat suatu karya seni. Selanjutnya, hasil tangan mereka dipajang bersama hasil karya mahasiswa Program Studi PSR [Pendidikan Seni Rupa] dan delegasi undangan di galeri utama”

Menurut Wendro, semua elemen masyarakat merupakan sasaran pengunjung dari pameran Art Edu Care. “Mahasiswa, pelajar, pekerja semua bisalah untuk berkunjung ke sini [pameran]. Karena memang karya-karya di sini beragam,” ungkapnya. Ia melanjutkan, “Ada juga yang di galeri kecil itu karya dari alumni yang bekerja sama dengan anak didiknya yang disabilitas.”

Antusiasme masyarakat terhadap seni, menurut Wendro, mengalami peningkatan. “Saya diberi tanggungan di tahun 2018 dan 2019, setiap tahun antusiasme mereka [warga] semakin meningkat.” Ucap Wendro.

Foto: Nursaid

“Pengunjung lebih suka dengan karya di mana ia dapat merespon (timbal balik). Terlepas dari dia berkunjung hanya ingin selfie untuk instastory itu sih masing-masing,” ungkap Wendro.

Nawa Muti, pelajar SMA Negeri 1 Sumberlawang, Sragen, mengunjungi Art Edu Care #10 bersama temannya, Lembayun. Nawa mengaku tertarik mengunjungi pameran karena mendapat informasi dari guru Seni Rupa di SMA-nya yang merupakan alumni dari UNS.

“Saya ingin melihat karya dari mahasiswa [Pendidikan Seni Rupa] UNS. Dapat informasi dari guru Seni Rupa, alumni UNS, dan dari sosial media,” ungkap Nawa.

Foto: Nursaid

Nawa mengaku bahwa ia baru pertama kali mengunjungi pameran seni rupa dan mendapat kesan baik dari Art Edu Care. “Bagus-bagus karyanya. Hanya saja tadi sempet lihat peralatan-peralatan yang masih berserakan dan disembunyikan di belakang kain hitam,” ucap Nawa.

Wendro mengatakan harapannya untuk mahasiswa Pendidikan Seni Rupa FKIP UNS. “untuk Pendidikan Seni [Rupa] terus berkarya menyumbangkan ide segarnya untuk pendidikan Seni Rupa juga,” ungkap Wendro.

“Kita harus optimis, konsisten pada jalan kita. Kita mahasiswa pendidikan seni, berberda dengan mahasiswa seni murni. Kita punya jalan sendiri yang sejajar dengan mereka,” pungkas Wendro.

One thought on “Seni Rupa dalam Edukasi Art Edu Care #10

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Kaca Benggala dalam Pementasan “Lelakon”
Next post Parade Pementasan Lima Naskah Drama “Orkes Madun” oleh Teater Triyasa