Advertisement Section

Kopi sebagai Pengantar Museum

Yogyakarta – Museum Sonobudoyo pada Minggu (04/03) tengah ramai dipadati oleh pengunjung. Selain untuk mengunjungi museum, keramaian ini juga terjadi karena adanya acara “Ngopi di Museum” yang diadakan pada pukul 08.00-15.00 WIB. Acara ini diselenggarakan atas kerjasama Duta Museum Yogyakarta 2017 dan Klinik Kopi. Tujuannya untuk meningkatkan minat berkunjung ke museum.

“Ini kita memperkenalkan museum dengan cara yang berbeda, yaitu dengan mengajak mereka ngopi. Jadi, di sini bukan berkunjung ke museum aja, tapi kita juga ada minuman, kuliner, jadi kita juga ngopi di museum. Jadi, ini kan event Duta Museum Jogja. Nanti akan ada tiga rangkaian acara. Pertama di Sonobudoyo, kedua di Museum Sandi, dan yang ketiga nanti di Museum Benteng Vredenburg” terang Andra, Duta Museum Sandi 2017.

Dengan harga tiket masuk Rp 10.000, pengunjung dapat mengikuti acara yang bertajuk “Ngopi di Museum” ini. Diawali dengan diskusi kopi (Disko) dengan pembicara Mas Pepeng, pengusaha Klinik Kopi, setelah itu dilanjutkan dengan “Brewing Class” atau kelas penyeduhan kopi yang dibimbing langsung oleh pengusaha kopi, kemudian ada juga kelas tutorial gamelan, serta menjadi tujuan utama adalah kunjungan ke Museum Sonobudoyo.

Pengunjung juga ditawarkan dengan beragam kopi yang disajikan, setidaknya ada 11 outlet kopi dan 1 outlet gelato yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Menurut Isma, salah satu pengunjung, “Ngopi menjadi salah satu ikon selain daripada seni dan sekarang itu benar-benar terlaksana. Saya mengapresiasi sekali dengan penyelenggaraan acara ini.”

Pihak penyelenggara mengaku tidak menyangka akan mendapat respons yang besar dari pengunjung, karena di awal perencanaan pihak penyelenggara hanya menargetkan 200 orang pengunjung, namun ternyata pengunjung melebihi ekspetasi, bahkan hingga pukul 13.00 WIB masih banyak antrian pengunjung untuk memasuki ruang “Ngopi di Museum”.

“Sepertinya tanggapan dari orang-orang pada umumnya kan, halah museum itu buluk, tidak menarik, membosankan. Ini menurut saya image yang salah kaprah dari masyarakat kita. Dengan adanya acara seperti ini, menurut aku suatu shortcut yang cukup menarik.” tutur Ami, salah satu pengunjung Museum Sonobudoyo.

(Mulia Arsi)***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Korupsi, Tak Kunjung Usai
Next post Koko-Cici Yogyakarta 2018 Tidak Harus Keturunan Tionghoa