Laporan Publik Acara “Mengundang Garuda”
MENGUNDANG GARUDA merupakan sebuah tema yang kami ambil dalam acara ini. Kebetulan acara ini bertepatan dengan momen perayaan hari kesaktian pancasila yang jatuh pada dua hari sebelumnya.
Konsep acara yang kami ambil adalah bentuk acara fundraising, yang sengaja disusun dengan mengambil beberapa ikon-ikon popular.
Ikon-ikon yang dijadikan salah satu magnet untuk mengundang banyak peserta dalam acara ini. Agar tujuan pragmatis kami untuk mengumpulkan donasi sebanyak-banyaknya dari terselenggaranya MENGUNDANG GARUDA dapat tercapai.
Di satu sisi, tujuan acara ini pun dapat dibagi menjadi dua hal yaitu: mengumpulkan donasi untuk membantu pementasan monolog M.Shodiq di Malaysia pada awal bulan oktober ini. Dan untuk memantik adanya ruang kreatif mengingat kegelisahan mahasiswa hari ini merasa dibatasi oleh sistem birokrat yang berada di kampus.
Pada poin pertama, jelas bahwa pengumpulan donasi menjadi agenda pragmatis yang dikejar dalam acara ini. Namun sejatinya, dengan diselenggarakan konsep acara fundraising untuk pementasan monolog tersebut kami mengharapkan para peserta memahami akan arti solidaritas dalam arena kesenian dan building link dalam dunia kesenimanan.
Kemudian pada poin kedua, agenda ruang kreatif memang menjadi salah satu bendera lain yang kami angkat secara tak tampak dalam acara tersebut. Riset yang kami lakukan adalah berupa pengumpulan masalah terhadap kegelisahan, minat, dan yang terakhir adalah bersama-sama memecahkan solusi dari semua variabel tersebut.
Nah, berikut adalah beberapa permasalahan dalam komunitas kampus hari ini yang berhasil kami kumpulkan meski dirasa kurang sempurna dan detil dalam memetakan permasalahan yang sebenarnya.
Oleh sebab itu, kami pun juga perlu mengoleksi data-data yang lebih mengerucut dan lebih spesifik untuk memetakan masalah yang lebih dalam.
- Disorientasi terhadap ruang kreatif, di mana banyak mahasiswa mengeluh terhadap iklim kampus yang terlalu monoton dan sistem birokrat yang bekerja di dalamnya dipercaya sebagai salah satu faktor penghambat kreativitas mereka.
- Ketakutan mahasiswa terhadap budgeting yang harus dikeluarkan dalam menyelenggarakan kegiatan kreatif.
- Terjadinya Polarisasi/patronase ikon-ikon kreatif kampus tanpa berani memberikan interupsi dan revitalisasi mengenai ide-ide yang lebih kreatif sesuai konteks zamannya.
- Disorientasi kegiatan kreatif yang harus diselenggarakan sesuai dengan ruang dan waktu konvensional.
- Disorientasi terhadap pencapaian sebuah acara.
TAWARAN SOLUSI
Dari semua poin yang dikumpulkan dari riset lapangan tersebut, kami menyimpulkan bahwa mahasiswa hari ini mengalami sebuah fase disorientasi yang sesegera mungkin harus segera ditinggalkan agar tidak terjadi fase yang berkepanjangan.
Pun fase tersebut menjadi kewajaran dalam atmosfer kampus hari ini, para mahasiswa pun setidaknya diharapkan mulai mencoba berpikir kreatif dan mengimplementasikan kreativitasnya tersebut secara elegan.
Pada permasalahan mendasar yaitu kegelisahan terkait ruang kreatif, setidaknya mahasiswa hari ini berani berpikir liar untuk mendefinisikan ruang secara bebas. Dalam arti, ruang juga harus dimaknai secara luas.
Misalnya, kehadiran teknologi informasi tidak menjadi momok, tapi perlu dirangkul menjadi salah satu potensi besar dalam penciptaan ruang kreatif yang lebih lentur dan sesuai dengan kondisi zaman.
Ruang virtual dalam contoh ini bisa menjadi salah satu objek yang wajib dieksplorasi untuk mendukung kebebasan kreatif, karena hadirnya ruang virtual tidak terikat oleh ruang dan waktu seperti pada umumnya.
Kemudian terkait budgeting, setidaknya potensi kreatif yang mereka miliki menjadi salah satu catatan untuk menciptakan sebuah kegiatan, komunitas, yang tidak memerlukan modal produksi yang terlalu besar.
Generasi hari ini lebih tahu apa yang harus mereka ciptakan sesuai dengan apa yang terjadi di tengah kegelisahan masyarakat hari ini.
Permasalahan selanjutnya yaitu adanya polarisasi dan patronase ikon kampus setidaknya harus sedikit demi sedikit mulai dipupus karena hanya akan menghambat laju berpikir kreatif mereka.
Dengan hadirnya generasi tua maupun alumni setidaknya mereka diposisikan menjadi tempat konsultasi dan diskusi serta tidak dijadikan sebagai kebenaran mutlak karena akan mengganggu proses memintal ide kreatif.
Porsi keterlibatan generasi sebelumnya setidaknya sedikit dibatasi karena berpengaruh pada mental kreatif yang ingin diciptakan oleh generasi hari ini.
Mahasiswa hari ini setidaknya harus berpikir visioner dan harus berdamai dengan masa depan karena mereka sebenarnya hadir dalam sebuah konteks zaman yang berbeda dari generasi sebelumnya.
Jadi, diperlukan sebuah inovasi dari mereka yang lebih liar namun dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kebutuhan generasi hari ini yang serba canggih.
Dalam hal implementasi sebuah kegiatan kreatif, generasi hari ini pun juga harus mulai mengenal adanya pencapaian yang tak hanya abstrak dan pragmatis saja.
Artinya, mereka setidaknya memberikan target pencapaian acara tidak hanya dari segi kuantitas dalam mendapatkan applause dari ratusan bahkan ribuan peserta yang mendukung terselenggaranya acara tersebut.
Namun, jangan sekali-kali mereka menjadi pesimis bahwa dengan hadirnya peserta yang secara kuantitas terbilang sedikit tak akan memberikan hasil yang positif.
IMPLEMENTASI ACARA MENGUNDANG GARUDA
Seperti yang sudah dideskripsikan di atas, penyelenggaraan acara bertajuk MENGUNDANG GARUDA sebenarnya dibentuk lewat isu terkini yang dikombinasikan dengan kegiatan popular kampus dengan metode publikasi buzzer yang lebih terintegrasi meski hanya memerlukan waktu kurang dari seminggu untuk menyelenggarakan acara tersebut.
Pola publikasi yang kami susun pun sesuai dengan matriks yang kami ciptakan sesuai permasalahan dan kebutuhan lapangan, dimana mengandalkan jejaring sosial seperti facebook, Instagram, whatsapp, bbm, dan sebagainya dengan konten isu yang berkala dan terintegrasi.
Awalnya kami pun tak muluk untuk menghadirkan peserta sekitar 25-50 orang saja dengan konsep acara yang sederhana, di mana kami menyediakan panggung dan kelengkapan pentas yang seadanya.
Disamping itu, beberapa komunitas menjadi target kami dalam menaikkan range partisipan dalam acara ini. Selain itu pula, ikon-ikon popular kampus dan ikon popular dari dunia kesenian juga menjadi target kami yang diharapkan juga mampu mendongkrak jumlah partisipan yang antusias untuk menghadiri acara tersebut.
Secara terselubung kami pun mencoba untuk mengupayakan cross market dan building link dengan hadirnya beragam komunitas yang hadir dalam penyelenggaraan acara ini.
Alhasil secara kuantitas kami pun berhasil menghadirkan partisipan yang cukup lumayan yaitu antara 150-250 partisipan yang hadir dalam acara tersebut. Meski sekitar 60% partisipan masih didominasi oleh tuan rumah, 40% partisipan lainnya pun hadir dari beberapa komunitas kesenian dari luar kampus terselenggara.
Disamping itu, agenda pengumpulan donasi pun juga berhasil mendapat Rp 1.150.000,-, di mana penerima donasi pun juga akan bertanggung jawab dalam pementasan monolognya di negeri Jiran serta bertanggung jawab kepada para donatur untuk menunjukkan output yang akan dihasilkan dari misinya melakukan pentas lawatan ke luar negeri.
Isi acara tersebut pun juga masih terbilang sederhana dan konvensional di mana pertunjukan seni seperti musik, monolog, dan pembacaan puisi masih menjadi beberapa hal yang menghiasi panggung acara ini. Oleh karena itu, barangkali acara ini bisa menjadi salah satu pemantik untuk teman-teman mahasiswa untuk terus optimis dan kreatif dalam menyelenggarakan iklim kreatif yang lebih berwarna.