
Mengalengkan Harapan sebagai Ruang Peduli Otak
Banyaknya acara yang terselenggara di kampus saat ini menjadi tolak ukur produktivitas mahasiswa. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan penurunan kreativitas dan kepedulian bagi mahasiswa.
Sering kali, mahasiswa hanya mengadakan acara yang sudah diwariskan sebagai program kerja dalam organisasinya. Hal ini diungkapkan oleh Budiman, salah satu penggagas acara pentas yang bertajuk “Mengalengkan Harapan” ini.
Menurutnya, fenomena ini dapat menyebabkan rasa kepedulian mahasiswa untuk berkreativitas di lingkungan kampus menjadi berkurang. “Tentunya ini menciptakan ruang persaingan yang tidak sehat,” ungkapnya.

- Pertunjukan yang digelar di aula Pusat Kegiatan Mahasiswa, FBS, UNY ini dinilainya mampu menjadi ruang perkumpulan yang tidak kaku di kampus. “Selama ini, mahasiswa mengadakan acara yang tidak mereka nikmati, kadang tidak ada gagasannya juga,” jelasnya.
Acara yang digagas oleh banyak orang ini, diselenggarakan untuk menjadi wadah kreativitas dan kepedulian di kalangan warga FBS. Selain Budiman, acara ini juga digagas oleh Andrian, Riski Wahyu, Anik Setia, Udin SKSW, dan kawan-kawan. Mereka tidak terikat suatu komunitas maupun organisasi.

Dalam pentas ini, semua orang dapat ikut terlibat di atas panggung. Sebelum memasuki ruangan pentas pun, penonton digiring untuk memasuki kamar mandi yang telah didesain sebagai ruang harapan. Mereka dapat menuliskan harapan mereka sendiri dengan bebas.
“Di kamar mandi, kebanyakan orang merasa bebas dan leluasa untuk melakukan sesuatu. Di sana mereka dapat mengeluarkan harapannya dengan sesukanya,” tutur Andrian.
Seusai pementasan, penonton dapat mengungkapkan harapannya dan mengobrolkannya bersama seluruh orang yang hadir.
Acara terakhir yaitu pembacaan naskah drama berjudul Lauk Pauk yang ditulis oleh Riski Wahyu. Tokoh dalam naskah tersebut diperankan oleh Udin SKSW, Vina, dan Akmal. Di samping itu, penonton dapat turut memerankan tokoh dalam naskah tersebut. ***