Advertisement Section

Nanas Muda: Ingin Dekat dengan Masyarakat

Yogyakarta – Sebanyak 14 seniman dan puluhan anak-anak dari dusun Grogol, Kaliurang meramaikan pameran seni rupa dan kriya di Kopi Cangkir Jowo, Cangkringan, Sleman, Jumat (27/04).

Acara tersebut merupakan rangkaian dari acara yang bertajuk “Art for Fun-Society” yang diselenggarakan dalam rangka launching Nanas Muda Project. Acara ini berlangsung selama tiga hari, yakni sampai Minggu (29/04).

Adapun 14 seniman yang berkontribusi adalah seluruh anggota dari komunitas Nanas Muda sendiri. Mereka adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Seni Rupa dan Seni Kriya FBS UNY yang masih menempuh kuliah semester enam.

Berangkat dari keinginan untuk mengimplementasikan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, mereka berhasil mewujudkan komunitas Nanas Muda ini. “Kami juga ingin mengabdi ke masyarakat, ada sasaran buat masyarakat juga. Yang penting masih di ranah seni,” kata Karen Hardini, salah satu anggota Nanas Muda.

 

lppmkreativa
Foto: LPPM Kreativa

Melalui kegiatan ini, mereka bermaksud memperkenalkan kegiatan-kegiatan dalam komunitas Nanas Muda. “Kita ingin mengedukasi seni pada masyarakat, dan ingin dekat dengan masyarakat,” tambah Karen.

Sebelumnya, komunitas Nanas Muda telah menggelar workshop thread pull bagi anak-anak dan workshop shibori untuk ibu-ibu di dusun Grogol pada tanggal 20 dan 28 April 2018.

“Kita ngadain workshop thread pull buat anak-anak yang dipajang di ruang pameran, dan workshop olah bentuk, pakai plastisin. Terus yang kedua, kita workshop bareng ibu-ibu,” tutur Karen.

Komunitas yang terbentuk sejak Juli 2017 ini telah beberapa kali mengikuti pameran dan mengadakan workshop untuk masyarakat.

“Dari awal workshop ibu-ibu di gereja, terus workshop asrama Kalimantan, terus juga workshop kecil-kecilan, kita juga nge-workshop anak-anak kecil,” ungkapnya.

Untuk pameran, katanya, “Pameran kami juga ikut. Terakhir kemarin, pameran Arteducare di Solo, Maret kemarin.”

Erliasta Neva, salah seorang yang juga anggota Nanas Muda mengungkapkan bahwa komunitas ini dimulai karena adanya masa senggang yang dialami olehnya dan kawan-kawan. “Mergo selo (karena senggang) dan kami merasa berguna bagi masyarakat,” ungkapnya.

Dalam komunitas ini, Neva mengatakan, “Kita saling peduli dan lebih kompak. Kami menghargai pendapat satu sama lain.”

Di samping itu, kegiatan yang dilakukan komunitas ini bersifat fleksibel dan lebih mengarah pada pemanfaatan keterampilan anggota untuk diajarkan pada masyarakat.

“Fokusnya lebih ke masyarakat,  ya pengaryaan juga, tapi kita lebih sering workshop-workshop gitu. Workshop-nya pun kita belum tahu konsentrasinya mau ke apa.  Karena kita memang yang fleksibel aja. Kalau memang ada yang butuh lettering, temen kita juga ada yang bisa lettering,” jelas Karen.

Yang terpenting, imbuhnya, “Kami terus berkegiatan saja dan berguna bagi masyarakat.”

***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Previous post Macapatan: Sarana Srawung Hima Jawa
Next post Lomba Poster Ilmiah LIMLARTS: Lomba dalam Balutan Budaya