
Naskah Alih Wahana “Hamba Hampa” Dipentaskan Teater Badrika
Jumat (6/11) Teater Badrika oleh menampilkan sebuah karya dengan judul “Hamba Hampa” di Performance Hall FBS UNY. Naskah Hamba Hampa ini merupakan hasil kreativitas mahasiswa PBSI yang terinspirasi dari cerpen karya A. A. Navis yang berjudul “Robohnya Surau Kami”.
Menurut Pimpinan Produksi, Fedora Fidela, untuk masalah biaya pentas sudah dipikirkan jauh-jauh hari. Mereka menyisihkan uang sejak semester pertama guna pementasan besar ini.
“Selama proses produksi, kendala yang utama itu pulang malam. Efeknya seperti ngantuk saat pembelajaran,” ungkap Fedora.

Setelah mementaskan naskah “Hamba Hampa”, Fedora memberikan pesan kepada penonton, yaitu sebagai manusia kita harus seimbang dalam mengejar sesuatu yang ada di dunia maupun di akhirat dan jangan sampai kita miskin hati.
Sutradara pementasan teater “Hamba Hampa”, Fajrin, mengatakan bahwa tujuan dari adanya pementasan ini adalah untuk menuntaskan praktik mata kuliah Pentas Drama PBSI yang sudah mereka pelajari.
“Sebenarnya, buat produksi memang sudah dijalankan sejak lima bulan yang lalu. Namun untuk rutinnya sejak September 2019,” ujar Fajrin.
Fajrin juga mengungkapkan alasan penamaan Teater Badrika. Menurutnya, kata Badrika merupakan bahasa Sansekerta yang artinya pembawa kebahagiaan.
“Dalam hal ini, PBSI B 2017 ingin membagikan kebahagiaan. dari mereka (anggota teater) mulai berproses hingga pada saat malam [ini] mereka berhasil menampilkan sebuah naskah alih wahana dari cerpen “Robohnya Surau Kami”,” jelas Fajrin.

“Untuk alasan pengambilan naskah ini karena sebenarnya modal nekad aja karena kelas lain udah punya supervisor sendiri. Maka kami mencoba membuat naskah sendiri. Selain alasan itu, kami juga ingin pentas teater “Hamba Hampa” menjadi sesuatu yang berbeda dengan kreativitas mahasiswanya,” tambahnya.
Pementasan teater yang berdurasi 2–3 jam ini mendapat tanggapan yang beraneka ragam, salah satunya dari Fathia, mahasiswa Pendidikan Bahasa Perancis. Ia mengungkapkan bahwa tujuannya kemari untuk mencari referensi guna mempersiapkan teaternya di bulan Januari mendatang.
“Sejauh ini pementasan sudah bagus. Penonton tertib, setting yang dibuat juga sangat mendukung pementasan. Hanya saja ada beberapa kesalahan teknis seperti kurang terdengarnya suara pemain, kemudian juga pada lighting yang belum terlalu pas dalam menyorot siapa yang sedang berbicara di panggung,” tuntas Fathia.
(Alifa/ Nadhifa)