Advertisement Section

Teater Arang Mementaskan Naskah “Sobrat”

Teater Arang berhasil menjamu para penonton dengan ramuan segar berupa pementasan drama berjudul “Sobrat” karya Arthur S. Naslan. Pementasan teater tersebut dilaksanakan pada Selasa (3/12/2019) di gedung Performance Hall, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.

Naskah drama “Sobrat” yang dipentaskan oleh Teater Arang ini bercerita tentang seorang pemuda bernama Sobrat, kuli tambang emas yang terjebak dalam perjanjian hitam dengan makhluk halus di Bukit Kemilau. Sobrat menggadaikan dirinya demi mendapatkan harta yang belimpah dan memenangkan pujaan hatinya, Rasminah. Sampai pada akhirnya malapetaka menghamipiri Sobrat karena tidak mampu menjaga perjanjiannya dengan Silbi Gendruwi, jin yang menjaga Bukit Kemilau.

Pimpinan Produksi (Pimpro), Ni komang, mengatakan bahwa meskipun sebelumnya banyak kendala yang mengampiri, pementasan Teater Arang menurutnya sudah bisa dikatakan berhasil.

Foto: Feby Kumala

“Aku, sebagai pimpro, dan teman-temanku juga sudah menyelaraskan bahwa goals kami untuk pementasan ini sebenernya bukan untuk pementasan yang wah, tapi tentang bagaimana kami berproses dengan senang. Jadi, saat sekarang semua ngerasa senang, maka sudah bisa dikatakan berhasil,” ujar Ni Komang.

Sutradara pementasan teater “Sobrat”, Eci Safitri, mengaku tak punya persiapan khusus dalam melakukan observasi maupun riset terkait pementasan. Eci hanya mengamati permasalahan apa yang perlu dikaitkan dengan naskah lama (2003) yang kemudian akan dibawakan pada tahun sekarang. Sampai pada akhirnya Eci dan tim memutuskan untuk menonjolkan bagian percintaan Sobrat dengan Rasminah.

Pementasan yang berdurasi sekitar 2 jam ini dihadiri oleh penonton yang terlihat memadati area Performance Hall. Penonton yang hadir mulai dari kalangan mahasiswa, orang tua/wali, bahkan pengamat teater pun turut hadir dalam pementasan teater ini.

Foto: Feby Kumala

Meski mendapat sambutan yang baik, kritik terhadap pementasan ini tetaplah ada. Seperti yang diungkapkan Fadli dan Polanco, selaku pegiat teater kampus.

Fadli dan Polanco berpendapat bahwa Teater Arang hanya menang di titik menghibur. Sedangkan untuk titik mencerdaskan, memahamkan serta melihat sesuatu dari sisi yang berbeda sepertinya masih perlu diperdalam.

“Terlepas dari kesalahan-kesalahan teknis, semangat dan kesungguhan teman-teman [Teater Arang] perlu dan layak dinilai baik,” tutup Fadli dan Polanco.

(Desti, Feby)


Baca TERAS di lppmkretiva.com atau tulisan Desti lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Merapatkan Barisan bersama PATAH
Next post Naskah Alih Wahana “Hamba Hampa” Dipentaskan Teater Badrika