Tambal Sulam Beasiswa PPA/BBM
Mahasiswa penerima beasiswa non-bidikmisi di PTN seluruh Indonesia, sempat resah ketika mengetahui pemerintah akan menghentikan pemberian beasiswa PPA BBM melalui Kemendikbud. Pemerintah beralasan bahwa dana beasiswa tersebut akan dialokasikan untuk membangun proyek pengembangan STP (Science and Tecnology Park). Mengenai wacana akan dihapuskanya beasiswa PPA BBM ini, dikarenakan tidak adanya pemberian dana APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) oleh pemerintah dalam RAPBN (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) seperti tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan dana PPA BBM dalam RAPBN tahun ini dialokasikan ke proyek pembangunan STP, untuk mengejar ketertinggalan Indonesia di bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dari negara-negara lain.
Kemudian, menanggapi hal tersebut BEM Rema (Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa) UNY dan fakultas telah melakukan pertemuan dengan Wakil Rektor II UNY, pada hari Selasa 10 Februari 2015. Dari BEM sendiri sudah melakukan audiensi dengan Bapak Sumaryanto, M.kes. selaku WR III dan beliau akan membawa masalah ini kepada Rektor UNY.
Disinggung mengenai wacana penghapusan PPA BBM, Dr. Kun Setyaning Astuti, M.Pd selaku Wakil Dekan III FBS UNY mengkonfirmasi bahwa, “Memang benar, ada wacana dari pemerintah untuk menghentikan beasiswa PPA BBM, dan mengalokasikan dana tersebut untuk proyek pengembangan STP. Tapi kemudian, kami mendapat kabar dari teman-teman Ormawa, bahwa sudah diputuskan beasiswa PPA BBM tetap diberikan kepada mahasiswa yang berhak.”
Diperjelas dengan forward email dari Ibu Ila Saila (Direktur Pembelajaran Kemahasiswaan) yang disampaikan oleh BEM Rema UNY, serta aliansi BEM seluruh Indonesia, yang membenarkan bahwa PPA BBM tidak jadi dihapuskan.“Mengenai pendanaan beasiswa PPA BBM tahun ini sendiri, 70% berasal dari kementerian keuangan, sisanya berasal dari efisiensi dana PTN, dan sebagian kecil berasal dari BNPB.” Tambah Ibu Kun.
Untuk besarnya nominal uang yang akan diterima oleh mahasiswa penerima beasiswa PPA BBM, belum dapat dijelaskan secara detail. Apakah tetap atau mengalami penurunan. Karena pemerintah belum menetapkan nominal yang akan diberikan. Namun pihak kampus masih menunggu keputusan resmi dari pemerintah. Kemudian akan menggandeng pihak Ormawa guna melakukan proses pengawasan kepada calon mahasiswa yang disetujui oleh pihak kampus untuk menerima beasiswa.
Sementara itu, Mela Melinda selaku Ketua DPM FBS UNY menyatakan, “DPM berencana untuk membentuk tim Advokasi dalam menangani PPA BBM. Meskipun masih dalam tahap Proker, semoga bisa disetujui oleh Wakil Dekan III, yang menangani masalah birokrasi.”
Di FBS sendiri, tahun lalu terdapat 194 mahasiswa penerima beasiswa PPA, serta 194 mahasiswa penerima beasiswa BBM. Dengan total 388 mahasiswa penerima beasiswa PPA BBM, FBS menjadi fakultas dengan mahasiswa penerima beasiswa PPA BBM tertinggi dari tujuh Fakultas lain di UNY.
Persyaratan untuk mengajukan beasiswa PPA sendiri, diutamakan bagi mahasiswa berprestasi yang memiliki IP yang baik, bukan penerima bidikmisi, mahasiswa aktif di FBS, memiliki PKM (Program Kreativitas Mahasiswa), dan diutamakan bagi mahasiswa yang aktif dalam organisasi. Sementara beasiswa BBM tidak jauh berbeda persyaratannya, hanya saja diutamakan bagi mahasiswa yang kurang mampu.
Mengenai PKM, Mela menyatakan bahwa sudah ada birokrasi kampus yang mengurusi PKM. Jika program yang dibuat dinilai bagus maka akan diikutsertakan dalam sebuah eventseperti PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional). Mela juga menambahkan, ”Selain membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup, beasiswa ini juga dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa. Tidak dipungkiri bahwa mahasiswa yang mampu juga menginginkan beasiswa PPA. Bukan sebagai penunjang kebutuhan hidup maupun akademik, tetapi sebagai apresiasi atas prestasi yang dicapai.”
DPM akan melakukan public hearing di FBS untuk menampung aspirasi mahasiswa jika pemerintah tidak membatalkan keputusanya mengenai pemberhentian beasiswa PPA BBM, atau di waktu mendatang kebijakan ini akan benar-benar dilaksanakan. (Tama)
Kemudian, menanggapi hal tersebut BEM Rema (Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa) UNY dan fakultas telah melakukan pertemuan dengan Wakil Rektor II UNY, pada hari Selasa 10 Februari 2015. Dari BEM sendiri sudah melakukan audiensi dengan Bapak Sumaryanto, M.kes. selaku WR III dan beliau akan membawa masalah ini kepada Rektor UNY.
Disinggung mengenai wacana penghapusan PPA BBM, Dr. Kun Setyaning Astuti, M.Pd selaku Wakil Dekan III FBS UNY mengkonfirmasi bahwa, “Memang benar, ada wacana dari pemerintah untuk menghentikan beasiswa PPA BBM, dan mengalokasikan dana tersebut untuk proyek pengembangan STP. Tapi kemudian, kami mendapat kabar dari teman-teman Ormawa, bahwa sudah diputuskan beasiswa PPA BBM tetap diberikan kepada mahasiswa yang berhak.”
Diperjelas dengan forward email dari Ibu Ila Saila (Direktur Pembelajaran Kemahasiswaan) yang disampaikan oleh BEM Rema UNY, serta aliansi BEM seluruh Indonesia, yang membenarkan bahwa PPA BBM tidak jadi dihapuskan.“Mengenai pendanaan beasiswa PPA BBM tahun ini sendiri, 70% berasal dari kementerian keuangan, sisanya berasal dari efisiensi dana PTN, dan sebagian kecil berasal dari BNPB.” Tambah Ibu Kun.
Untuk besarnya nominal uang yang akan diterima oleh mahasiswa penerima beasiswa PPA BBM, belum dapat dijelaskan secara detail. Apakah tetap atau mengalami penurunan. Karena pemerintah belum menetapkan nominal yang akan diberikan. Namun pihak kampus masih menunggu keputusan resmi dari pemerintah. Kemudian akan menggandeng pihak Ormawa guna melakukan proses pengawasan kepada calon mahasiswa yang disetujui oleh pihak kampus untuk menerima beasiswa.
Sementara itu, Mela Melinda selaku Ketua DPM FBS UNY menyatakan, “DPM berencana untuk membentuk tim Advokasi dalam menangani PPA BBM. Meskipun masih dalam tahap Proker, semoga bisa disetujui oleh Wakil Dekan III, yang menangani masalah birokrasi.”
Di FBS sendiri, tahun lalu terdapat 194 mahasiswa penerima beasiswa PPA, serta 194 mahasiswa penerima beasiswa BBM. Dengan total 388 mahasiswa penerima beasiswa PPA BBM, FBS menjadi fakultas dengan mahasiswa penerima beasiswa PPA BBM tertinggi dari tujuh Fakultas lain di UNY.
Persyaratan untuk mengajukan beasiswa PPA sendiri, diutamakan bagi mahasiswa berprestasi yang memiliki IP yang baik, bukan penerima bidikmisi, mahasiswa aktif di FBS, memiliki PKM (Program Kreativitas Mahasiswa), dan diutamakan bagi mahasiswa yang aktif dalam organisasi. Sementara beasiswa BBM tidak jauh berbeda persyaratannya, hanya saja diutamakan bagi mahasiswa yang kurang mampu.
Mengenai PKM, Mela menyatakan bahwa sudah ada birokrasi kampus yang mengurusi PKM. Jika program yang dibuat dinilai bagus maka akan diikutsertakan dalam sebuah eventseperti PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional). Mela juga menambahkan, ”Selain membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup, beasiswa ini juga dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa. Tidak dipungkiri bahwa mahasiswa yang mampu juga menginginkan beasiswa PPA. Bukan sebagai penunjang kebutuhan hidup maupun akademik, tetapi sebagai apresiasi atas prestasi yang dicapai.”
DPM akan melakukan public hearing di FBS untuk menampung aspirasi mahasiswa jika pemerintah tidak membatalkan keputusanya mengenai pemberhentian beasiswa PPA BBM, atau di waktu mendatang kebijakan ini akan benar-benar dilaksanakan. (Tama)