
Teater Saga Usung Dua Monolog pada Pentas Asa #2
Yogyakarta – Sabtu malam (10/03), Teater Saga, yang merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta menggelar pagelaran teater bertajuk “Pentas Asa #2”.
Setelah sebelumnya berhasil mengadakan “Pentas Asa #1” di kampus UPN Veteran, untuk pentas kali ini digelar di Pondok Pesantren Kaliopak yang terletak di Jalan Wonosari.
Pentas Asa #2 mengusung dua naskah monolog sekaligus. Pertama, Ibu Sejati karya Putu Wijaya, dan yang kedua adalah Tolong karya Nano Riantiarno. Aktor yang mementaskan kedua monolog tersebut merupakan anggota baru Teater Saga.
“Untuk proses ini semua angkatan terlibat, cuma kebetulan untuk yang aktor dua-duanya itu dari angkatan 2017,” ungkap Anggit Ganso, selaku sutradara sekaligus ketua Teater Saga.
Monolog Ibu Sejati menceritakan bagaimana berani dan lapang dadanya seorang ibu yang melaporkan anak semata wayangnya ke polisi, karena telah melakukan kejahatan. Dengan begitu, ia berharap pihak berwajib bakal meringankan hukuman.
Sayangnya, hakim memutuskan anak itu harus dihukum mati. Permintaan terakhirnya: makan siang bersama ibu sebelum dieksekusi. Begitu malang, hukuman anak kesayangan dibatalkan karena terbukti tidak bersalah, sementara sang ibu telah menggantung diri di kamar mandi.
Kemudian, Tolong merupakan sebuah monolog yang berisi kritik tentang banyaknya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang mendapat perlakuan buruk di luar negeri. Tak jarang mereka kembali ke Indonesia hanya tinggal nama. Namun demikian, sering kali ketika kasus itu baru muncul ke permukaan dan belum terselesaikan, beritanya sudah menghilang.
“Kita coba mengingatkan persoalan-persoalan di luar negeri yang belum tuntas. Kita orang indonesia itu perannya mana?” ujar Anggit. Selain itu, menurutnya untuk isu sosial yang lain telah banyak diangkat oleh seniman-seniman lain. Berangkat dari keresahan itu, Teater Saga akhirnya memilih Tolong untuk dipentaskan dengan harapan akan menggugah batin para penonton.
Lokasi pementasan yang cukup jauh dari pusat kota dirasa susah ditemukan. Beberapa penonton yang hadir mengeluhkan hal itu. “Tadi sempat nyasar. Disasarin sama maps lewat jalan yang jauh,” ujar Riski, salah satu penonton yang juga anggota suatu komunitas teater. “Ke depannya untuk explore tempatnya itu benar-benar tempat yang terjangkau,” harapnya.
Dalam mempersiapkan pentas ini, konsentrasi tim terbagi, sebab Teater Saga sedang mempersiapkan pentas produksi yang akan dilaksanakan pada bulan Mei nanti. “Jadi kemaren itu sebenarnya Februari latihan tiga naskah, tiga sutradara, beberapa aktor,” terang Anggit. “Harapanku untuk teman-teman Teater Saga, agar lebih mau belajar lagi terhadap segala hal di sini,” pungkasnya. *** (Ayu Ratih/Titis Erika)