KUBAH: SEPENGGAL KISAH KADER PKI
Judul | : | Kubah |
Penulis | : | Ahmad Tohari |
Penerbit | : | PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta |
Tahun Terbit | : | 1. Juni 1995 (cetakan pertama)
2. September 2001 (cetakan kedua) 3. Agustus 2005 (catakan ketiga) 4. September 2012 (cetakan keempat/edisi baru) |
Tebal buku | : | 20 cm |
Jumlah halaman | : | 211 halaman+iv |
ISBN | : | 978-979-22-8774-8-5 |
Selalu menarik membicarakan karya dari para sastrawan senior Indonesia. Meskipun karya yang dihasilkan sudah berusia puluhan tahun, rasanya karya itu tak akan lekang oleh zaman untuk dibicarakan. Tidak terkecuali dengan Kubah, salah satu karya Ahmad Tohari, yang pernah diterbitkan dalam bahasa Spanyol dengan judul El regrese de Karman (Kepulangan Karman) pada tahun 2015.
Seperti biasa, dalam novel Kubah, Tohari hadir dengan sastra rural yang menggambarkan kehidupan masyarakat pedesaan. Novel ini mengambil kisah tentang seorang aktivis politik Partai Komunis Indonesia (PKI) dari Desa Pegaten. Melalui Kubah, Tohari berusaha menceritakan kepada pembaca mengenai pemberontakan PKI dari sudut pandang seorang mantan kader yang pernah terlibat dalam kegiatan partai komunis itu. Mantan kader yang tersiksa karena memanggul dosa sejarah terhadap masyarakat di desa tempat ia tinggal.
Tokoh utama novel Kubah adalah Karman, laki-laki asal Desa Pegaten. Kehidupan tokoh Karman sejak kecil, remaja, hingga dewasa termuat dalam novel tersebut. Tiga fase kehidupan tokoh utama ini diceritakan secara acak.
Saat membuka halaman pertama, pembaca disuguhkan dengan cerita kekhawatiran dan keraguan seorang lelaki yang baru saja melepas masa hukuman pengasingannya. Lalu di lembar-lembar berikutnya, alur cerita dimundurkan, pembaca diberi penjelasan latar belakang tokoh utama dan alasan ia sampai diasingkan. Alur cerita kembali dimajukan di beberapa lembar terakhir hingga pembaca mendapat ending dari kisah ini.
Menyoal Sosial dan Politik
Latar belakang cerita dalam Kubah adalah peristiwa pemberontakan PKI pada 30 September 1965. Tohari mengisahkan bagaimana partai komunis yang ada di Indonesia itu menanamkan pengaruhnya di Desa Pegaten selama kurun waktu 1960-1965: melalui kader-kader yang menyamar sebagai tokoh-tokoh masyarakat. Fenomena kehidupan sosial bernuansa politik yang terjadi dalam masyarakat kala itu, digali oleh Tohari melalui novel ini.
Pembaca akan disuguhkan dengan kisah hidup seorang anak desa yang ulet, gigih, dan cerdas yang pada akhirnya terjerumus menjadi kader PKI. Novel ini memiliki unsur religi begitu kuat dan sarat akan pesan moral. Kubah mengupas berbagai aspek kehidupan sosial di masyarakat, seperti kemiskinan, dekandensi moral, disorganisasi keluarga, kriminalitas, dan politik melaui tokoh Karman.
Kubah di benak masing-masing pembaca
Dalam sejarah penerimaannya, novel Kubah sempat mendapatkan kritik dari Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Presiden RI ke-4 itu mengatakan jika novel ini tidak mempunyai kelebihan yang menonjol. Ia berpendapat bahwa Kubah terlalu “hitam putih”, tidak memiliki ketegangan, dan alur ceritanya mudah ditebak,
Terlepas dari kritik yang diberikan oleh Gus Dur, novel Kubah mendapat sambutan baik dari masyarakat. Kubah yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya, mendapat hadiah dari Yayasan Buku Utama sebagai bacaan terbaik dalam bidang fiksi tahun 1980. Beberapa skripsi dan tesis yang terdapat di internet juga mengambil Kubah sebagai bahan analisis. Dua hal itu bisa menjadi indikator bahwa sejak kemunculannya, Kubah memang telah mendapat ruang tersendiri di benak pembaca.
(Nadhila Hibatul)