Advertisement Section

Tepa Selira: Silakbar dan Sarasehan Membina Guyub Rukun

Kamis (22/09/22), Hima Pendidikan Bahasa Daerah atau yang biasa disebut Hima Jawa (HIJAU) mengadakan Sarasehan dan Silakbar (Silaturahmi Akbar) di Ruang Seminar, Gedung Pusat Layanan Akademik, Fakultas Bahasa dan Seni, UNY. Sarasehan sendiri merupakan agenda yang diselenggarakan dengan mempertemukan mahasiswa baru dengan mahasiswa lama, serta para dosen.

Pada hal ini, sarasehan sebagai saranan dan silakbar bertujuan untuk membina guyup rukun keluarga besar Program Studi Pendidikan Bahasa Daerah. Terlebih, bahasa Jawa yang terbilang unik dengan berbagai tingkatan dalam percakapan sehari-hari, seperti ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama inggil perlu dilestarikan oleh masyarakat, khususnya mahasiswa Pendidikan Bahasa Daerah.

Sarasehan berasal dari program kerja Divisi Humas diadakan secara bersamaan dengan Silakbar yang merupakan program Divisi Rohani Kerja Sama. Adapun tema dari kegiatan ini, yakni “Tepa Selira” ( Pitepangan Sajroning Sumilire Rasa ) dengan tujuan mengenalkan kepada maba siapa saja dosen-dosen dan mengenalkan organisasi mahasiswa.

Kegiatan ini dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Hima Pendidikan Bahasa Jawa. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan-sambutan oleh ketua panitia, hima, dan jurusan. Kegiatan yang menampilkan guyup rukun dan ungah-ungguh Jawa ini tentunya menggunakan bahasa Jawa pada setiap sesinya.

Setiap tahun, kegiatan ini dilaksanakan dengan tema yang berbeda-beda. Pada tahun lalu, tema Sarasehan dan Silakbar, yakni “Jaka Tarub”, tetapi hanya bisa dilaksanakan secara berani. Beruntungnya, pada tahun ini dapat dinikmati oleh antusiasme peserta yang tinggi.

Baca Juga: Hijau (Hima Jawa) Gelar Pentas Kolaborasi Sebagai Wujud Apresiasi Seni

Dihadiri oleh 194 mahasiswa baru, delegasi mahasiswa baru, dan delegasi perwalikan FBS, kegiatan ini berlangsung dengan lancar tanpa kendala. Meskipun pada hal ini, terdapat kendala saat kegiatan berlangsung, Kegiatan yang juga merupakan harapan dari PKKMB. Jurusan ini menargetkan semua maba terkumpul untuk mengetahui esensi dari kegiatan ini dan dapat guyup rukun, serta mengenal para dosen, termasuk tenaga pendidik atau para staf.

Sayangnya, masih ada masalah saat persiapan selama 2-3 minggu, yakni pada saat pengajuan surat kepada pegawai negeri. “Waktu yang tepat untuk meningkatkan surat tentang karyawan jika ada karyawan lain,” tutur Novia Ghani, salah satu panitia. Padahal, kegiatan-kegiatan semacam ini mampu menumbuhkan jiwa kekeluargaan antar mahasiswa. Yang terpenting, budaya Jawa, seperti unggah-ungguh perlu dilestarikan agar tidak tertelan kemajuan teknologi.

Fakultas Bahasa dan Seni sebagai fakultas yang berbudaya harus selalu menghadirkan kegiatan-kegiatan yang mampu mendongkrak kemajuan dan eksistensi budaya. Hal ini bisa dimulai dari mahasiswa-mahasiswa dengan menerapkan sopan santun terhadap orang yang lebih tua sehingga keberadaan unggah-ungguh Jawa tetap eksis dengan menerapkan guyup rukun antar mahasiswa maupun mahasiswa dengan dosen dan para staf.

Kegiatan yang sukses mempertemukan keluarga besar mahasiswa Pendidikan Bahasa Dearah diharapkan dapat menjadi pijakan untuk program kerja di periode selanjutnya. “Kalau menurut saya acara ini sudah dikatakan berhasil atau belum itu berhasil, selamat kita mau berusaha pasti berhasil. Menelan maba itu susah ya mbak dan ini bisa, berarti berhasil. Evaluasi yang dilakukan hari ini untuk program kerja tahun depan bisa lebih baik lagi sehingga bisa mengurangi kekurangan-kekurangan program kerja tahun ini” ungkap Novia Ghani, salah satu panitia.

Reporter: Amanda Nurdhana Dewanty dan Renny Wulandari

One thought on “Tepa Selira: Silakbar dan Sarasehan Membina Guyub Rukun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Previous post Relaksasi Diri Melalui Kunjungan ke Pameran Seni
Next post Rape Jokes: Candaan atau Pelecehan?