Berhalusinasi pada Kenyataan Diri Sendiri

Sebuah film yang disutradarai Pawan Kirpalani ini berjudul Phobia. Film ini rilis pada 27 Mei 2016 di India dengan pemeran utama Radhika Apte dan Ankur Vikal. Phobia merupakan film garapan Next Gen Films dan Ertos International, berbasis psikologi yang memiliki genre drama dan misteri.

Film ini bercerita tentang seorang seniman muda bernama Mehak yang mengalami kasus pelecehan seksual oleh seorang supir taksi selepas menghadiri sebuah pameran seni. Ia ditinggalkan sendirian dengan kondisi tak sadarkan diri di pinggir jalan. Setelah terbangun, orang-orang berusaha menolongnya, namun Mehak berteriak ketakutan.

Selepas kejadian tersebut, Mehak mengalami trauma yang mendalam. Dokter memvonis bahwa ia mengalami agoraphobia, penyakit psikis ketakutan akan dunia luar. Mehak sudah beberapa kali dirujuk untuk melakukan perawatan di rumah sakit, namun Shaan, teman Mehak, menolaknya. Ia beranggapan bahwa Mehak tidak gila.

Anusha, kakak Mehak, tidak dapat merawat Mehak di rumah. Ia harus bekerja dan mengurus anaknya yang masih kecil. Oleh sebab itu, Shaan membawa Mehak ke sebuah apartemen berisi tetangga-tetangga aneh milik temannya, Jiah, dan menyuruhnya tinggal beberapa waktu untuk menghilangkan agoraphobia secara perlahan.

Suatu hari Mehak menemukan catatan harian milik Jiah. Ia berpacaran dengan tetangganya sendiri yang bernama Manu. Dari sinilah Mehak mulai mengalami halusinasi dan sering melihat sesuatu yang janggal di apartemen tersebut. Ia menemukan sosok yang bersimbah darah di kamar mandi dan potongan jari di lemari es. Perasaan takut di dalam apartemen mulai tumbuh menjalar, namun ia juga terlalu takut pergi keluar untuk sekedar meminta pertolongan.

Mehak menceritakan hal ini pada Shaan. Ia menduga Jiah sudah meninggal karena dibunuh oleh Manu dan jasadnya tengah berada di bagian sisi apartemen yang kini ia tinggali. Akhirnya Shaan memutuskan untuk memasang kamera CCTV di beberapa titik apartemen. Namun tak ada kejadian-kejadian ganjil yang terjadi. Shaan merasa kesal, sebab apa yang selama ini dialami Mehak hanyalah halusinasi belaka.

Selang beberapa hari kemudian Mehak memiliki sorang teman bernama Nikki. Ia adalah satu-satunya orang yang mempercayainya atas semua kejadian yang telah ia alami di dalam apartemen. Mereka melakukan misi untuk menyingkirkan Manu dan mengungkapkan bukti kebenaran bahwa ia telah membunuh Jiah.

Suatu malam Mehak, Nikki, dan Shaan melakukan ritual memanggil arwah. Mereka beranggapan bahwa arwah Jiah yang telah meninggal akan datang dan memberitahukan yang sebenarnya. Namun di tengah ritual, mereka terkejut akan kehadiran Jiah yang masih hidup. Ia emosi dan menganggap Mehak sebagai perempuan gila. Kemudian Jiah menemui Manu dan mereka meninggalkan apartemen, begitu pula Nikki.

Shaan mencoba menenangkan Mehak dengan hendak menyentuhnya, namun secara tiba-tiba ia marah dan menganggap Shaan memiliki motif lain. Pertengkaran pun terjadi dan apa yang selama ini menjadi bayangan mengerikan Mehak di dalam apartemen terjadi padanya hari itu juga. Shaan mendorong Mehak tanpa sengaja hingga kepalanya terbentur dan bersimbah darah, kemudian mereka memperebutkan sebuah pisau hingga akhirnya jari Mehak terpotong.

Mehak menyadari bahwa kejadian mengerikan yang selama ini ia rasakan di dalam apartemen benar-benar terjadi, namun terjadi pada dirinya sendiri. Kemudian ia lari keluar dari apartemen dengan menghalau rasa takutnya akan dunia luar. Ia terjatuh, meminta pertolongan pada orang-orang yang tengah berpesta kembang api. Mehak mengulurkan tangannya dan orang-orang segera mendatangi untuk memberikan pertolongan.

Di tempat dan waktu lain, Mehak mulai kembali pada kehidupan normal tanpa agoraphobia. Ia menciptakan lukisan berjudul Nazaya, yang melambangkan uluran tangan dari orang-orang yang telah menolongnya.

Misteri yang disajikan dalam film ini benar-benar membuat penonton penasaran dan tidak dapat menebak bagaimana akhir dari cerita. Kejadian ganjil yang terjadi akan disangka sebagai bagian dari film horor, namun kenyataannya itu hanya halusinasi. Hebatnya, halusinasi bagi orang agoraphobia ini malah terjadi pada dirinya sendiri.

Para pemeran bermain sebagai sosok yang seakan alami. Latar tempat pun dibuat sedemikian rupa, hingga terkesan agak seram dan dapat memanipulasi pikiran penonton terkait genre film. Sayangnya terdapat bagian cerita yang menggantung tanpa kejelasan dan bagaimana nasib lawan mainnya pun tidak ditunjukkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Seluruh Pelajar dan Mahasiswa di Sleman Ikuti Karnaval Pelangi 2018
Next post Angkringan Surga