Advertisement Section

Resensi Novel Maryam : Mereka yang Terusir Karena Iman

Cover Buku “Maryam” karya Okky Madasari
  • Identitas Buku

Judul Buku : Maryam

Penulis : Okky Madasari

Tebal Buku : 280 halaman

Kategori Usia : 17+

Cetakan Pertama : 2012

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

ISBN : 9786020652153

ISBN Digital : 9786020652160

Harga Buku : Rp80.000 untuk Pulau Jawa

  • Sinopsis

Novel ini menceritakan tentang mereka yang terusir karena iman di negeri dengan penuh keindahan. Mengangkat cerita tentang perbedaan dalam beragama yang menimbulkan rasa diskriminasi antar sesama, novel ini  berhasil mengangkat tentang pandangan kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. 

Maryam adalah seorang perempuan penganut Ahmadi dari Lombok. Setelah lulus kuliah, Maryam bekerja di Jakarta. Lalu menikah dengan Alam walaupun sejak awal hubungan keduanya ditolak oleh orang tua Maryam, karena Alam bukanlah seorang Ahmadi. Keluarga Alam juga sempat melarang mereka menikah. Namun, pada akhirnya  mereka mendapat izin untuk menikahdengan syarat Maryam harus mengucapkan kalimat syahadat dan meninggalkan ajaran Ahmadiyah. 

Baca Juga: Mbah Melan Sang Guru Matematika: Sosok Inspiratif Bagi Anak-Anak

Permasalahan memuncak ketika Maryam tidak segera hamil. Hal ini mendatangkan gunjingan dari keluarga Alam dan mereka kembali menyinggung tentang keimanan Maryam. Meski begitu, Alam tidak pernah membela Maryam dan hanya menurut dengan perkataan ibunya. 

Maryam kemudian memutuskan untuk bercerai dan kembali ke Gerupuk, kampung halamannya di Lombok. Selama ini Maryam tidak pernah berkomunikasi dengan keluarganya. Setelah kembali ke Gerupuk ia baru mengetahui bahwa orang-orang Ahmadiyah, termasuk keluarganya diusir dari Desa Gerupuk karena dianggap sesat dan mengganggu. 

Tekad Maryam untuk bertemu keluarganya semakin bulat, walaupun dia hanya bisa membayangkan jika dia pulang ke rumah pasti orang tuanya akan mengusirnya dan mencuci semua yang ada di ruang tamu. Namun, orang tuanya malah bersyukur akan kepulangan Maryam karena anak mereka telah kembali dan bertaubat. 

Baca Juga: Thriller Night: Ketika Zombi dan Kritik Sosial Disatukan oleh Panggung

Orang tua Maryam lalu menjodohkannya dengan Umar, anak Bu Ali yang sebenarnya akan dijodohkan setelah Maryam lulus kuliah. Dengan Umar, Maryam merasa sangat tenang dan senang, mereka satu tujuan dan yang paling penting mereka  memiliki aliran yang sama. Maryam kemudian mengandung anak Umar. 

 Saat mengadakan pengajian syukuran kehamilan Maryam di rumah, para warga tiba-tiba mengacau pengajian yang dihadiri para Ahmadiyah ini. Hal ini membuat para Ahmadi terusir dan harus mengungsi . Kaum Ahmadiyah mengungsi di gedung Transito selama bertahun-tahun dan tidak mendapatkan kejelasan dari pemerintah. Ahmadi terpaksa meninggalkan pekerjaan, sekolah hingga rumah mereka. 

Orang-orang Lombok semakin marah dan ingin memusnahkan Ahmadiyah karena Ahmadiyah adalah aliran sesat. Gubernur Lombok pun berpikir demikian. Tidak ada yang membela Ahmadiyah, mereka dikucilkan, dan mendapat perlakuan diskriminasi. Bagi mereka ,Ahmadiyah adalah sekelompok orang yang hina, menyelewengkan ajaran Agama Islam dan membahayakan umat muslim yang lain. 

Sesungguhnya Ahmadiyah tidak pernah mengusik aliran bahkan Agama yang lain. Para Ahmadiyah hanya ingin hidup mereka kembali normal. Menyambung hidup dengan usaha di atas kaki mereka sendiri.  Hidup dengan iman berteduh di rumah yang nyaman, tanpa seorang pun yang akan mengacaukan Ahmadiyah.

Baca Juga: Museum Sonobudoyo Hadirkan Pameran Temporer “Pasar: A Glimpse Into the Past, Looking Forward to the Future”

  • Komentar

Novel Maryam mampu me

ngangkat realitas sosial yang terjadi di Indonesia. Isu-isu atau perdebatan tentang agama yang sering terjadi di kehidupan nyata diangkat menjadi sebuah karya sastra dengan alur yang menarik dan menghadirkan sudut pandang baru yang biasanya diabaikan oleh masyarakat.

 Novel ini menggunakan Bahasa Indonesia dan tidak menggunakan Bahasa Daerah sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Latar tempat juga disebutkan secara rinci. Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga dan menggunakan alur maju. Sayangnya akhir dari novel ini sedikit menggantung dan meleset dari tebakan pembaca. Namun, itu juga menjadi akhir yang cukup karena lebih sesuai dengan realitas yang terjadi, yaitu kaum minoritas selalu diabaikan tanpa didengarkan terlebih dahulu suaranya. Novel ini memberikan pemahaman yang baru akan kondisi realitas sosial. 

Baca Juga: Sisi Dewasa Seorang Anak Usia 6 Tahun: Karya Ziggy Z. yang Best Seller

Penulis: Isnaini Prianisa

Editor: Nabila Rizki

2 thoughts on “Resensi Novel Maryam : Mereka yang Terusir Karena Iman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Museum Sonobudoyo Hadirkan Pameran Temporer “Pasar: A Glimpse Into the Past, Looking Forward to the Future”
Next post “Tarot” .Feast: Introspeksi Diri Di Tengah Gelombang Ketidakpastian