Advertisement Section

Fiersa Besari, Penulis Nyentrik dari Bandung

Novel merupakan salah satu karya fiksi yang banyak digandrungi oleh kawula muda. Membahas tentang novel, tentu saja mengingatkan kita kepada salah satu penulis ternama di Indonesia. Novel menarik yang membahas tentang percintaan, patah hati, dan keindahan alam. Nama laki-laki-laki bergaya nyentrik itu tentunya sudah tidak asing lagi di telinga para penggemar buku, ialah Fiersa Besari.

Pria muda yang akrab disapa “Bung” oleh para penggemarnya lahir di Bandung, 3 Maret 1984. Pada saat kecil, orang tuanya memberikan nama Fiersa Besari yang memiliki sebuah makna tersirat. Nama “Fiersa” berasal dari bahasa Prancis fiers yang berarti bangga sedangkan “Besari” merupakan bukti kegaguman ayahnya kepada keluarga Besari, terutama orang tua mendiang Ainun Besari, istri B.J. Habibie. Ibunda Fiersa sempat ingin mengganti namanya dengan “Aji” karena ia sempat sakit-sakitan. Akan tetapi, Ayah Fiersa tidak setuju lantaran nama tersebut adalah nama mantan pacar Ibunda Fiersa.

Fiersa Besari pernah mengenyam pendidikan di STBA Yapari-ABA Bandung jurusan Sastra Inggris. Setelah lulus kuliah, ia bekerja di sebuah perusahaan swasta selama beberapa saat. Pada tahun 2009, ia meminta orang tuanya untuk menjual mobil dan mendirikan studio rekaman, tetapi ia mengalami kegagalan. Perjuangan Fiersa ditempa dengan mencoba melakoni beberapa pekerjaan, seperti sound engineer dan kru dalam sejumlah band musik. Perjalanannya menuju tangga popularitas memang tidak mudah. Fiersa harus berjalan di atas duri-duri yang menusuk telapak kakinya. Berbagai penolakan datang ketika ia sedang membangun kariernya. Namun, semangatnya untuk tumbuh semakin menggebu-gebu. Pria hebat itu memiliki sejuta cara untuk menapaki dan menelusuri jalan hidupnya.

Baca juga: Faktor dan Tips Menghindari Klitih  

Fiersa Besari menemukan jati dirinya sebagai seorang penulis berawal saat mengunjungi Masohi, Maluku. Ia bertemu Epot, mahasiswa yang sangat kritis terhadap dunia politik. Epot memberi Fiersa novel Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer ketika Fiersa hendak meneruskan perjalanannya ke Ambon dan Makassar. Fiersa membaca buku tersebut selama perjalanannya. Ia merasakan korelasi antara cerita di dalam buku tersebut dengan perjalanan hidupnya. Setibanya di Bandung, ia langsung menuliskan perjalanan hidupnya dan mengirimkan ke berbagai penerbit. Sayangnya, ia kembali mengalami penolakan terhadap naskah-naskah yang dikirimkan. Tidak ada kata menyerah di dalam kamus hidup seorang pria nyentrik ini. Akhirnya, buku pertamanya yang berjudul Garis Waktu dirilis pada tahun 2016. Buku ini menjadi best seller dan terjual sebanyak 20.000 eksemplar. Kemudian, disusul karya-karyanya yang lain, seperti Konspirasi Alam Semesta (2017), Catatan Juang: Sebuah Konspirasi Alam Semesta (2017), 11:11 (2018), Arah Langkah (2018), dan Tapak Jejak (2019). Buku-buku ini mengisahkan tentang percintaan, keindahan alam semesta, kepahitan hidup, dan sakitnya patah hati. Fiersa mengemas buku 11:11 dengan cara yang unik. Judul 11:11 menceritakan tentang sebelas cerita dan sebelas lagu. Ia memadukan kumpulan cerita pendek dengan lagu-lagu ciptaannya sehingga buku ini terkesan tidak monoton. Pembaca buku 11:11 cukup memindai kode batang yang ada di akhir cerita buku tersebut.

Kegemarannya terhadap dunia sastra membawa Fiersa untuk mendirikan suatu komunitas pecinta buku yang diberi nama Komunitas Pecandu Buku (KPB) bersama Aulia Angesti pada tanggal 18 Juli 2015. Tujuan pembentukan KPB berawal dari keresahan mereka terhadap minat baca anak muda yang semakin memprihatinkan pada era digital saat ini. Pada tahun 2020, sebanyak 400 anggota telah bergabung di komunitas ini, terutama dari kalangan anak muda. KPB memiliki beraneka ragam kegiatan, yaitu lapak baca gratis, talk show diskusi buku, dan berbagi referensi buku di media sosial. Komunitas ini tersebar di kota-kota besar, seperti Bandung, Makassar, Yogyakarta, Medan, Pekanbaru, dan Jabodetabek.

Fiersa melepas status lajang menjadi sepasang dengan mempersunting Aqia Nurfadla pada tahun 2019. Sejoli ini memiliki kegemaran yang sama, yaitu gemar menyusuri keindahan alam Indonesia. Fiersa dan Aqia dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama Kinasih Menyusuri Bumi pada tahun 2021. Pemberian nama putrinya tentu memiliki makna, harapan, serta doa yang baik.

Fiersa Besari menjadi sorotan dan panutan bagi anak-anak muda. Semangatnya untuk mencari jati diri tidak pernah pudar. Inilah yang patut ditiru oleh siapa pun. Bagi Fiersa, kegagalan bukanlah akhir dari perjuangan meskipun ia telah ditolak berkali-kali. Fiersa terus berusaha melakukan yang terbaik sejak menjalankan hobi bertualang hingga berhasil menerbitkan novel-novelnya. Ia tidak pernah merasa puas atas pencapaiannya. Justru Fiersa semakin haus terhadap buku-buku dan giat menulis. Menurutnya, sebuah kesuksesan harus diraih dengan perjuangan yang hebat. Sebab, istilah sukses itu tidak hadir hanya sekadar membalikkan telapak tangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Previous post Faktor dan Tips Menghindari Klitih
Next post Tips Naskahmu Cepat dilirik Penerbit!