
From Trash to Cash: Olahan Sampah menjadi Sebuah Wayang Seni

Sampah selalu menjadi masalah kompleksitas di Yogyakarta. Salah satunya sampah plastik yang menjadi masalah lingkungan serius di Yogyakarta karena sebagian besar sampah yang dihasilkan berasal dari sampah plastik seperti botol plastik atau plastik sekali pakai yang sulit terurai. Penanganan masalah sampah ini harus dilakukan dengan kesadaran pengelola negara dan masyarakat. Keberadaan inisiatif masyarakat seperti bank sampah sangat diperlukan. Di Yogyakarta terdapat bank sampah Pa-Q-One yang mampu mengelola sampah plastik menjadi produk kreatif seperti wayang.
Dalam wawancara bersama Mas Pularso Dorojati atau biasa dipanggil Mas Apul, salah satu penggerak bank sampah dan pengrajin di bank sampah Pa-Q-One, beliau menyatakan bahwa inspirasinya dalam mengolah sampah plastik ini berasal dari workshop yang pernah diikutinya pada tahun 2022. Narasumber Workshop tersebut adalah Pak Sardibe yang saat itu membuat daur ulang sampah plastik menjadi wayang seni, karya Pak Sardibe tersebut dinamakan wayang kristal. Dari workshop tersebut, Mas Apul kemudian mengadaptasi pengolahan limbah sampah plastik menjadi wayang dan dikembangkan pula menjadi bentuk lain seperti gantungan kunci dan gelang.

Pada tahun 2023, bank sampah Pa-Q-One mulai rutin memproduksi wayang plastik dan mulai ramai peminat pada tahun 2024 saat mengikuti event Pasar Kangen. Dari yang awalnya hanya limbah sampah plastik dapat menjadi sebuah karya seni yang cukup unik dan mampu menghasilkan pemasukan. Hal ini membuka peluang besar bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengolahan sampah plastik yang sekaligus dapat meningkatkan perekonomian lokal.
Baca lainnya: Laut Bercerita: Sastra Sebagai Pembuka Realitas Politik
Pembuatan wayang dari sampah plastik cukup mudah dan efisien. Pengolahannya hanya memerlukan satu botol plastik berukuran 500ml, gunstappler, cutter, heatgun, dan papan triplek 25x25cm dengan waktu pengerjaan maksimal sekitar 3 jam. Lebih cepat dibandingkan cara tradisional seperti pembuatan wayang kulit. “Caranya dimulai dari memotong dan melembarkan plastiknya pada papan triplek, kemudian digunstappler agar kencang tidak terlepas dilanjut dengan menggunakan heatgun agar kembali menjadi lembaran plastik yang utuh, lalu dilanjut dengan mengukir wayang sampai finishing, kurang lebih 3 jam ke bawah, maksimal 3 jam, tergantung ukirannya. Apakah dia itu ukirannya kompleks atau sederhana, kalau sederhana paling sekitar satu sampai satu setengah jam. Memang secara prosesnya cukup cepat” ujar Mas Apul, saat wawancara mengenai proses pembuatan wayang plastik.
Keberadaan bank sampah Pa-Q-One memperlihatkan betapa pentingnya sinergi antara masyarakat dan lembaga. Bank sampah yang dikembangkan oleh Mas Apul ini dapat menjadi contoh adanya dukungan Corporate Social Responsibility (CSR) dari pihak swasta seperti pegadaian. Pegadaian bekerja sama dengan bank sampah Pa-Q-One dan menyediakan program tabungan emas dari konversi sampah yang diolah menjadi bentuk nilai ekonomis. Memberi insentif nyata kepada masyarakat untuk lebih giat memilah dan mendaur ulang sampah, seperti moto yang dimiliki bank sampah Pa-Q-One, from trash to cash and from zero to euro.
Baca lainnya: Pres Release Studi Banding LPPM Kreativa FBSB UNY 2025 X Presma Poros UAD
Harapan bank sampah Pa-Q-One kepada masyarakat agar dapat memulai dari hal kecil seperti memilah sampah sesuai kategorinya. Harapannya dari program ini tidak hanya agar masyarakat lebih peduli namun juga kreatif dalam mengolah sampah, karena pengerjaannya pun cukup mudah dan dapat dilakukan di rumah. Pengolahan sampah plastik ini juga dapat menjadi sumber pendapatan dan inspirasi bagi banyak orang. Dari sampah menjadi karya seni dan dari limbah menjadi ekonomi.
Penulis: Vanny Damay Yanti Agustin
Editor: Voleta Marshaniswah Armida Barrah


