Advertisement Section

Mengelola Sampah, Menjaga Bumi: Langkah Nyata Komunitas Great and Green

Sampah adalah isu mendesak yang menuntut perhatian serius di berbagai wilayah, termasuk di Yogyakarta. Tingginya jumlah limbah organik yang tidak terkelola dengan baik telah menciptakan ancaman terhadap kesehatan lingkungan dan masyarakat. Namun, terdapat solusi yang bisa diandalkan melalui pendekatan urban farming, budidaya maggot, dan pengelolaan sampah organik, seperti yang telah dilakukan oleh Komunitas Great and Green di Taman Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, D.I Yogyakarta. Ketiga strategi ini tidak hanya efektif, tetapi juga dapat memberikan manfaat ekologis dan sosial-ekonomi yang signifikan.

Baca Juga: Langkah Kecil Berdampak Besar dengan Pengembangan Komunitas Peduli Lingkungan “Great and Green”

Permasalahan Sampah

Sampah, terutama sampah organik, sering kali menjadi masalah utama di kota-kota besar. Di Yogyakarta, jumlah sampah organik yang mencemari lingkungan terus meningkat. Sayangnya, kesadaran masyarakat untuk memilah sampah masih rendah. Ketua pengelola sampah organik, Ibu Rinta, mengungkapkan bahwa banyak sampah organik masih bercampur dengan limbah anorganik, sehingga sulit untuk diolah. Selain itu, keterbatasan fasilitas seperti tempat sampah terpisah dan cuaca ekstrem menjadi kendala tambahan.

Permasalahan ini bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga pola pikir masyarakat. Tanpa edukasi dan kesadaran kolektif, solusi yang tersedia tidak akan berjalan maksimal. Ajakan  yang berfokus pada pentingnya memilah sampah, serta manfaat ekonominya seperti pengolahan kompos, harus menjadi prioritas.

Mengubah Limbah Menjadi Manfaat Ekonomi

Masyarakat pasti menghasilkan limbah setiap harinya. Terkadang limbah tersebut kurang terkelola dengan baik. Budidaya maggot BSF (Black Soldier Fly) adalah inovasi yang menawarkan solusi untuk masalah sampah organik dari limbah masyarakat. Maggot memiliki kemampuan luar biasa untuk menguraikan limbah organik dalam waktu singkat, menghasilkan pupuk berkualitas tinggi, dan menjadi sumber pendapatan tambahan. Ibu Wahyu, salah satu pelaku budidaya maggot, menjelaskan bahwa tantangan utama adalah menjaga asupan makanan organik yang stabil bagi maggot dan mengatasi pengaruh cuaca terhadap produktivitas.

Potensi budidaya maggot ini sangat besar, terutama jika didukung oleh pelatihan dan teknologi sederhana seperti kontrol suhu atau pakan alternatif. Sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat budidaya maggot juga penting agar lebih banyak rumah tangga dan komunitas yang terlibat. Pemerintah dapat berperan dengan menyediakan bantuan peralatan dan program pelatihan untuk mendorong adopsi metode ini.

Mengintegrasikan Ketahanan Pangan dengan Pengelolaan Sampah

Upaya ketahanan pangan yang dilakukan komunitas ini salah satunya melalui Urban Farming, sebuah pendekatan yang tidak hanya menciptakan ketahanan pangan di perkotaan, tetapi juga membantu mengelola sampah organik. Di Yogyakarta, urban farming yang dilakukan oleh Ibu Laela menjadi contoh bagaimana limbah organik dapat diolah menjadi pupuk untuk menanam sayuran dan tanaman lain. Filosofi “nandur opo sing dipangan, mangan opo sing ditandur” mengajak masyarakat untuk lebih mandiri dan peduli terhadap lingkungan.

Namun, urban farming masih menghadapi tantangan, seperti keterbatasan waktu dan tenaga dari masyarakat perkotaan. Solusi untuk masalah ini terletak pada penerapan teknologi modern seperti hidroponik dan vertikultur yang membutuhkan lahan dan perawatan minimal. Selain itu, kolaborasi antarwarga dan dukungan dari pemerintah untuk menyediakan alat dan pelatihan dapat mempercepat adopsi urban farming di lingkungan perkotaan.

Baca Juga: Hubungan Kekeluargaan antara Kanker Ovarium dan Kanker Testis

Kolaborasi untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

Permasalahan sampah tidak dapat diselesaikan secara parsial. Pendekatan terintegrasi melalui pengelolaan sampah organik, budidaya maggot, dan urban farming adalah langkah konkret yang dapat dilakukan. Ketiga solusi ini membutuhkan kolaborasi yang erat antara masyarakat, komunitas, dan pemerintah. Edukasi dan inovasi teknologi adalah elemen kunci yang harus diperkuat.

Jika semua pihak terlibat secara konsisten, kita tidak hanya dapat mengurangi dampak sampah terhadap lingkungan, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera dan mandiri. Sudah saatnya kita bergerak bersama untuk menciptakan perubahan yang nyata demi masa depan yang lebih baik.

Baca Juga: Mahasiswa Sastra Indonesia Memproduksi Lip Balm dari Susu Kambing Pernakan Etawa, diberi nama: Goat Gleam Balm

Penulis:Vivi Kusuma

Editor: Elsya Putri

Reporter: Hana Yuki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Langkah Kecil Berdampak Besar dengan Pengembangan Komunitas Peduli Lingkungan “Great and Green”