
Kebudayaan dalam Museum Sonobudoyo: Pengaruh Agama Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia
Museum Sonobudoyo merupakan salah satu museum yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Museum Sonobudoyo memiliki banyak koleksi benda berharga yang menjadi bukti sejarah masukanya berbagai agama di Indonesia. Benda-benda tersebut adalah penemuan berharga yang selalu dijaga dan dirawat dengan baik sehingga sampai saat ini dapat di gunakan untuk tempat wisata maupun tempat untuk belajar mengenai budaya dan agama yang ada di Indonesia.
Setiap benda yang ada di museum tersebut juga dilengkapi dengan keterangan, membuat masyarakat dan wisatawan yang datang berkunjung dapat menikmati keindahan warisan Indonesia dan dapat lebih mudah dalam mempelajari sejarah benda tersebut.
Baca juga: Laut Bercerita: Sastra Sebagai Pembuka Realitas Politik
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki beragam budaya serta mengakui banyaknya budaya yang ada, membuat Indonesia menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali. Keberagaman tersebut menjadikan negara Indonesia kaya akan nilai sosial. Negara kita mengakui agama atau kepercayaan kepada sang pencipta sebagai elemen penting.
(Arca Dewi Sri/Goddes of Sri Statue)
Arca Dewi Sri merupakan salah satu benda peninggalan sejarah yang tersimpan dalam Museum Sonobudoyo. Arca ini terbuat dari perunggu dengan warna kecoklatan dan digambarkan dalam posisi duduk dengan menggunakan ragam perhiasan dan atribut. Arca tersebut menduduki sebuah lapik (esana) yang berbentuk padma atau lotus berbentuk bundar yang berada di aatas sebuah lapik yang berbentuk persegi. Tokoh digambarkan memakai berbagai perhiasan seperti anting, kalung, kalat bahu, tali perhiasan dada, gelang tangan, serta memakai sabuk, kain dengan mouf, dan selendang.
(Nekara Bronce Drum)
Benda peninggalan sejarah selanjutnya adalah Nekara. Nekara berkembang pada Masa Perunggu-Besi di Indonesia, ketika manusia sudah memiliki kemampuan menempa dan membuat alat-alat dari perunggu dan besi pada sekitar abad 300 SM. Terdapat banyak variasi dari Nekara, salah satunya adalah Moko yang hingga masa kini masih ditemui di wilayah Indonesia timur, seperti Flores, Alor, dan Solor.
Baca Juga: The Hole Named Loneliness.
Menurut beberapa ahli, Nekara dan Moko adalah alat musik perkusi yang dimainkan pada suatu peristiwa atau ritual tertentu. Selain itu Nekara dan Moko juga berfungsi sebagai bekal kubur, mas kawin, pusaka, dan juga barang perdagangan berharga.
Nekara atau sering disebut gendang perunggu (bronze kettle drum) berbentuk seperti bejana silinder dengan bidang pukul datar pada bagian atas dan bagian bawah terbuka. Nekara dihias sedemikian rupa dengan berbagai jenis ornamen hias, seperti figur manusia, hewan, tetumbuhan dan bentuk-bentuk geometris.
(Pengaruh Hindu Budha)
Para ahli arkeologi di Indonesia membagi abad V hingga XVI masehi sebagai masa berkembang dan dominannya pengaruh agama dan tradisi Hindu-Budha. Masa Hindu-Budha merupakan masa yang sangat panjang dialami oleh Indonesia, karena tepatnya selama kurang lebih 10 abad lamanya Hindu dan Budha banyak membawa pengaruhnya hingga ke pelosok Indonesia. Abad ke 4 hingga ke 15 masehi merupakan sebuah periode penting yang sempat terjadi di Indonesia, pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh India yang pada saat itu membawa ajarannya dan masuk ke Indonesia. India yang dipercaya pada saat itu yang menyebarkan agama Hindu dan Budha ke Indonesia menjadikan agama mereka semakin meluas diakibatkan perdagangan yang terjadi, perdagangan inilah adalah salah satu faktor penyebab mengapa ajaran dan budaya India bisa masuk ke Indonesia.
Aspek yang terpengaruh oleh India bukan hanya soal agama serta kepercayaan saja, tetapi dalam segi ekonomi juga, indonesia menjadi mahir berdagang karena kapal-kapal pedagang India yang pada saat itu banyak yang berlayar di Indonesia, mengajarkan para pedagang Indonesia caranya berdagang. Karena alasan itulah awal mula India menjadi lebih dipercaya oleh masyarakat Indonesia, tetapi yang paling berdampak adalah segi pendidikan yang para pedagang India bawa ke Indonesia. Mereka bukan hanya berdagang tetapi saat pedagang India mendapatkan kepercayaan masyarakat Indonesia, para pedagang tersebut kemudian banyak yang menikah dengan orang pribumi, dari sinilah pendidikan dan budaya orang India berkembang di Indonesia.
(Foto Masjid Suranenggala Lor, Masjid, Menara Kudus, Masjid Gedhe Kauman)
Sejarah masuknya Islam nusantara berkutat pada beberapa perbedaan penyebarannya, diantaranya teori Gujarat, Makkah, Benggali, dan China di mana pengambilan datanya merujuk dari tentang singgahnya pedagang-pedagang Islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Adanya komunitas-komunitas Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia menjadi salah satunya penyebab masuknya agama Islam ke daerah Jawa.
Baca Juga: From Trash to Cash: Olahan Sampah menjadi Sebuah Wayang Seni
Sejak awal kedatangan Islam di Jawa, Islam berkembang dalam ruang kebudayaan. Para penyebar Islam di Jawa termasuk Wali Sanga, memakai pendekatan kultural untuk mengenalkan Islam sehingga Islam mengakar dalam kehidupan-kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, Islam tidak serta merta menghapus seluruh kebudayaan yang telah ada sebelumnya. Ada unsur budaya yang tergantikan oleh syariat Islam, tetapi tidak sedikit pula yang tetap terpelihara sepanjang tidak menyalahi nilai dasar Islam.
Di Jawa, Islam berkembang melalui proses evoluatif. Relasi antara Islam dan kebudayaan Jawa bersifat dinamis dan kreatif. Ada proses timbal balik yang terjadi antara keduanya dan mendorong akulturasi antara Islam dan budaya lokal. Masyarakat di Jawa mengubah beberapa unsur kebudayaan untuk menyesuaikan diri dengan ajaran yang dibawa oleh agama Islam melalui proses adopsi, adaptasi, modifikasi, penggantian, maupun kreasi. Dengan demikian, banyak tradisi dan kebudayaan lokal yang kemudian mendapat sentuhan atau pengaruh Islam sehingga memperkaya kebudayaan yang ada di Jawa.
Penulis: Rahma Azzahra
Editor: Hana Yuki






