Advertisement Section

Paguyuban Astrakara Suguhkan Pementasan Larangan Mo Limo

Yogyakarta – Senin (14/05), paguyuban Astrakara, Sanggar Sastra mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Daerah (PBD) kelas A angkatan 2015 FBS UNY menggelar pementasan dengan judul “Tugel” karya Benny Naziro Annas. Pementasan tersebut diselenggarakan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta.

Naskah ini diangkat dari kebiasaan buruk orang Jawa yang biasa disebut dengan Mo Limo (maling, main, minum, madat, lan madhon). Mo Limo berarti lima larangan berupa mencuri, bermain judi, mabuk-mabukan, mengonsumsi narkotika, dan berzina.

Lima kejahatan itu disebut Mo Limo karena orang Jawa menggunakan huruf Ho-no-co-ro-ko. Huruf M disebut Mo, maka singkatan M5 menjadi Mo Limo.

lppmkreativa
Foto: LPPM Kreativa

Pementasan yang disutradarai oleh Benny ini berangkat dari kegelisahan terhadap kebiasaan buruk masyarakat Jawa tersebut. Benny  berharap supaya para penonton atau masyarakat bisa menghilangkan kebiasaan buruk itu.

“Saya berharap kepada penonton supaya tidak melakukan kebiasaan buruk dari orang Jawa yaitu  Mo Limo, dan juga bisa menjadi pembelajaran untuk kehidupan di masyarakat kelak,” ujar Benny.

Kebiasaan Mo Limo adalah kebiasaan yang sudah dianggap lumrah oleh sebagian masyarakat dalam mencari rezeki.

lppmkreativa
Foto: LPPM Kreativa

Indah, salah satu penonton juga mengatakan bahwa kebiasaan Mo Limo harus dihindari. Menurutnya, orang yang berpendidikan harus menjauhi perkara Mo Limo, karena perbuatan tersebut akan menimbulkan keburukan.

Senada dengan Indah, Romi, penonton lainnya, mengungkapkan bahwa sosok laki-laki apalagi yang sudah berkeluarga harus lebih bertanggung jawab dengan cara menjauhi Mo Limo.

“Kalau kita sudah berkeluarga kita harus tanggung jawab terhadap keluarga kita, apalagi sosok lelaki akan menjadi pemimpin dalam keluarga nantinya.”

Benny mengungkapkan, pementasan ini, selain sebagai tugas mata kuliah Sanggar Sastra juga sebagai pekerjaan yang akan terkenang dalam persaudaraan mereka.

“Sanggar sastra ini juga akan menjadi sebuah moment untuk kenang-kenangan. Sebelum saya dan teman-teman KKN, PPL , dan setelah itu akan sibuk mengerjakan skripsi,” ungkapnya.

Pementasan oleh Paguyuban Astrakara ini juga menjadi penutup serangkaian pementasan teater dalam Sanggar Sastra jurusan PBD 2018. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Previous post Aksi Menolak Teror di Surabaya dalam Kirab Budaya
Next post Wujud Persahabatan Papua-Jawa Melalui Pameran