Advertisement Section

Presensi Online, Kangen Titip Absen

Sistem digital memudahkan pekerjaan manusia di berbagai bidang. Metode paperless yang kini hadir di perguruan tinggi, seperti UNY, merupakan salah satu manfaat yang bisa dirasakan. Di FBS UNY semester sebelumnya, metode paperless digunakan untuk laporan tugas semata, kini digunakan untuk mendata kehadiran mahasiswa. Ini merupakan salah satu usaha UNY dalam menerapkan metode paperless.

Saya seakan bernostalgia ke masa SMA, saat jam pelajaran dimulai dengan menyebut nama-nama manusia. “Hadir,” begitulah jawabnya ketika namanya disebut. Dengan sistem presensi online, tidak ada lagi seni menitip tanda tangan di sesi perkuliahan, kasihan sekali maba-maba yang belum pernah merasakan nikmatnya. Paling tidak, metode ini mengajak mahasiswa memiliki sikap disiplin dan tanggung jawab.

Beberapa dosen mengeluhkan jaringan YSU yang lamban saat mengisi presensi online. Dugaan saya, lambannya jaringan karena banyaknya pengguna. Hal itu berlangsung hampir selama  waktu jam aktif mahasiswa, sebagian dosen malah meminta mahasiswa menuliskan nama yang hadir untuk diinput lain waktu. Akhirnya, kembali lagi kepada metode presensi di semester sebelumnya, sistem tanda tangan dan input online. Bedanya hanya menulis nama, seperti mengisi daftar hadir suatu acara. Kira-kira begitulah, maunya paper-less ujung-ujungnya paper-again.

Jika dengan tanda tangan bisa diketahui kapan mahasiswa tidak hadir di perkuliahan, bagaimana dengan presensi online? Sejak era presensi manual, presentase kehadiran menjadi suatu hal yang fatal dalam perkuliahan. Perizinan di FBS UNY sendiri terbilang mudah, cukup mengirim pesan kepada dosen pengampu. Namun, seringkali dosen telat, bahkan tidak membaca pesan itu. Alhasil, terdapat tanda silang di kertas presensi, namun bisa dikoreksi di pertemuan selanjutnya. Akan sulit jika kesalahan komunikasi ini terjadi di era presensi online, sebab akan berurusan dengan sistem tak berotak buatan otak manusia.

Ketidakhadiran dosen saat perkuliahan pun masih menjadi misteri dalam pengisian presensi online. Sebab, pemegang otoritas presensi online adalah dosen. Jika dosen tidak hadir, mahasiswa pun dianggap demikian. Berbeda dengan presensi manual, mahasiswa bisa mengambil lembar presensi di meja dosen, keduanya bisa dianggap melaksanakan perkuliahan. Saya menunggu sistem yang adil, sistem yang menghadirkan reward & punishment bagi mahasiswa maupun dosen. Sebab kedua sistem (presensi tanda tangan dan presensi online) saling merugikan kedua pihak. Lebih merana lagi mahasiswa yang menunggu dosen di kelas namun tak kunjung datang. Atau juga dosen yang menunggu mahasiswa, barangkali ada.

            pernah ada rumor presensi online yang saya tunggu itu akan hadir. Mahasiswa bisa melakukan presensi mandiri di laman presensikuliah.uny.ac.id dengan menggunakan login SSO. Di pikiran saya, sistem ini tidak akan efisien. Mungkin akan lebih buruk dari fenomena titip absen. Mahasiswa mengisi hadir, dosen mengisi hadir, namun tak ada siapa pun di kelas. Horor sekali.

 

           Tidak mudah menciptakaan sistem yang adil, sama rata. Mesti ada satu, paling tidak, yang terpaksa menelan nilai minus keadilan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Previous post Sebuah Kritik: Upaya Membangun atau Menjatuhkan
Next post Tangisan Maya