Advertisement Section

Antusiasme Penonton Ketoprak UNY Budaya “Ande-Ande Lumut”

Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menyelenggarakan pementasan Ketoprak UNY Budaya dengan lakon Ande-Ande Lumut pada Rabu (08/05/2024) pukul 19.00 WIB. Pementasan ketoprak tersebut dilaksanakan di Gedung Performance Hall, Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya UNY. Pementasan Ketoprak UNY Budaya kali ini bertepatan dengan Dies Natalis UNY ke-60. Tak lupa, acara ini turut menggandeng para dosen maupun staf yang ikut memainkan peran dalam lakon Ande-Ande Lumut tersebut.  

Berdasarkan trailer pementasan yang diunggah di akun YouTube UNY Official, lakon Ande-Ande Lumut ini mengisahkan tentang Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala yang saling berebut kekuasaan untuk memimpin Negara Kahuripan seutuhnya. Dari perebutan tersebut sering terjadi peperangan di antara dua kerajaan yang saling berseteru. Sebelum meninggal dunia, Raja Airlangga yang merupakan raja di Negara Kahuripan berpesan agar Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Kediri harus disatukan melalui ikatan pernikahan. Karena hubungan asmara yang terjadi antara Panji Asmarabangun dengan Galuh Candrakirana tidak disetujui oleh Prabu Lembu Peteng selaku raja dari Kerajaan Kediri, hal tersebut semakin memicu kebencian antara Prabu Lembu Peteng kepada Prabu Lembu Amiluhur yang berasal dari pihak Kerajaan Jenggala. 

Pementasan ini dihadiri oleh para penonton yang berasal dari berbagai fakultas yang berbeda. Para penonton terlihat antusias untuk menyaksikan Ketoprak UNY Budaya yang mengangkat lakon Ande-Ande Lumut

“Sebagai mahasiswa yang menempuh [program studi] Pendidikan Bahasa Daerah, acara tersebut sangat menghibur. Ternyata masih banyak orang yang menyukai ketoprak,” ungkap Hesti. 

“Selain karena ini acara Dies Natalis UNY, saya juga tertarik dan penasaran dengan bagaimana ketoprak UNY ini akan membawakan [lakon] Ande-Ande Lumut, dan ternyata rame,” jelas Indy, mahasiswa Manajemen Pendidikan, saat diwawancarai melalui WhatsApp.

Berbagai adegan yang dipentaskan dalam ketoprak tersebut tak luput dari perhatian para penonton yang menyaksikan dengan antusias. Menurut Hesti, semua bagian adegan dalam ketoprak tersebut sangat mengesankan karena para pelakon dapat membawakan adegan dengan baik, mudah dimengerti, dan menghibur.

 “Sebagai anak Jawa Barat, jujur aku belum bisa memahami semuanya. Tapi untung temen aku ngerti walaupun dikit-dikit. Kita berdua sempat ada di tahap benar-benar tidak tahu pemainnya membicarakan apa. Tapi karena itu juga, kita jadi searching ceritanya dan membaca sendiri,” terang Indy. 

Harapannya, acara semacam ini dapat diselenggarakan kembali di waktu-waktu mendatang untuk melestarikan budaya Jawa dan memperkenalkan seni pertunjukan tradisional kepada para generasi muda. 

“Tentu, kalau bisa setahun tiga sampai empat kali dilaksanakan,” tukas Indy.

Penulis: Salma Najihah

Editor: Hana Yuki Tassha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Merawat Ingatan dan memupuk empati melalui kolaborasi sastra, sejarah, dan opini dalam FOSIL
Next post Press Release Rapat Kerja LPPM Kreativa 2024