Advertisement Section

Eksploitasi Alam dalam Novel “Eliana Si Anak Pemberani”

Judul Buku : Eliana

Nama Penulis : Tere Liye

Nama Penerbit : Republika

“Ada suatu masa diantara masa-masa. Ada suatu musim diantara musim-musim. Saat ketika alam memberikan perlawanan sendiri. Saat hutan, sungai, lembah, membalas sendiri para perusaknya.”

Satu kalimat diatas adalah salah satu bagian dari novel Eliana . Serangkaian kata tersebut dapat menjadi bentuk peringatan kepada manusia untuk selalu memperdayakan alam dengan semestinya agar alam yang seharusnya bermanfaat untuk hidup tidak menjadi bumerang yang menghancurkan manusia. Novel ini banyak mengulas tentang aspek ekologi atau hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Manusia tetapi memperlakukan alam sebagai sumber penghidup, di sisi lain mereka juga mengorbankan alam untuk kepentingannya sendiri.

Novel Eliana menjadi salah satu cerminan atas bagaimana tindakan manusia terhadap alam lingkungannya. Novel ini menceritakan tentang perjuangan Eliana bersama teman-teman satu gengnya yang kerap dijuluki 4 Buntal dalam melawan sekelompok orang rakus yang hendak mengeksploitasi sumber daya alam di kampungnya. Eliana sendiri adalah anak sulung dari empat bersaudara. Ia berasal dari sebuah keluarga petani di pedalaman Sumatera Selatan, tepatnya di Hutan Bukit Barisan. Kampung mereka begitu asri dengan dikelilingi hutan, dibentengi bukit-bukit hijau, dan disabuki sungai.

Suatu hari kampung mereka kedatangan orang-orang kota yang hendak membangun pertambangan pasir. Diskusi panjang yang dilakukan dengan penduduk kampung tidak menghasilkan hasil karena mereka tidak mendukung pertambangan itu, temasuk Eliana. Mereka tahu bahwa aktivitas dan penebangan hutan dapat mengancam seluruh makhluk hidup di daerah tersebut.

BACA JUGA: Catatan Juang Representasi Perjuangan Wanita

Di tengah misi-misi mereka, Eliana harus kehilangan salah satu temannya, Marhotap. Marhotap menjadi korban ketika mereka sedang beraksi untuk menghancurkan truk-truk penambang pasir. Kehilangan salah satu kawan tidak menyurutkan semangat Eliana beserta penduduk lainnya dalam melawan sikap egois orang-orang kota tersebut. Hingga akhirnya alam sendirilah yang membalas kebaikan mereka.

Semesta memiliki caranya sendiri untuk menjaga keseimbangan. Saat itu, ketika Eliana bersama teman-temannya hampir menyerah, alam menumpahkan segala kekesalannya lewat bencana. Hujan deras selama 6 jam menyebabkan banjir bandang. Air bah setinggi 6 meter menyapu bersih apa saja yang dilewatinya, meluluhlantakkan semuanya. Alam telah membuat perhitungan, orang-orang yang kadang-kadang tidak merasa bersalah karena ikut campur getahnya.

Eliana menjadi salah satu contoh dari sekian banyak anak Indonesia yang berada di lingkungan yang minim perhatian pemerintah. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat Eliana seluruh teman dan warga kampung untuk berjuang bersama di garda depan dalam mendukung konservasi alam di daerah pedalaman. Berbekal sedikit pengalaman dan semangat yang membara, mereka terus berjuang untuk mempertahankan kampung tercinta.

Kehadiran novel bertema lingkungan dapat memberikan warna baru dalam sastra remaja Indonesia. Novel ini menghadirkan atmosfer yang berbeda dan mencoba memberikan alternatif bacaan yang kaya pengetahuan tentang alam. Novel ini menitikberatkan pada pesan yang ingin disampaikan mengenai isu-isu lingkungan hidup khususnya penanaman hutan untuk dijadikan daerah pertambangan pasir. Degradasi kualitas lingkungan hidup dapat memberikan dampak negatif yang dapat meluas suatu saat nanti.

Melalui novel ini, Tere Liye tidak hanya mengkritisi tentang lingkungan alam, namun juga masalah pendidikan dan pemerintahan. Walaupun berbagai topik disatukan dalam satu bacaan, tidak lantas membuat plot cerita yang rumit dan sulit dipahami. Perpaduan tema yang kuat dan beragam menjadikan novel ini menarik untuk diselami. Pembawaan gaya bahasa dan kalimat dalam novel ini sangat ringan sehingga cocok untuk bacaan anak-anak remaja. Walau masih ada beberapa kesalahan ketik di beberapa kata, namun tetap saja tidak menghilangkan esensi dari novel ini sendiri. Novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca semua kalangan karena mengajak untuk menyadari pentingnya lingkungan alam untuk hidup manusia dan makhluk lainnya.Sarat akan membuka wawasan dan pesan moral bahwa manusia tidak dapat menukar kekayaan alam dengan uang demi kepentingan pribadi.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Mendengar Perempuan Bicara dalam Larung
Next post Procrastination: Kebiasaan yang Harus Ditinggalkan