FBS Tidak Rema: Sistem Abu-Abu
Keraguan FBS untuk turut Rema atau menetap pada sistem KM, hingga saat ini belum menunjukkan tanda kepastian. Agus Setiawan yang menyatakan tidak Rema pada saat mediasi pun pada akhirnya menilai bahwa keputusan itu sekedar dilema gelagat (23/10). Belum ada Surat Keputusan (SK) dari BEM Rema UNY yang menyatakan bahwa FBS keluar dari sistem Rema, dinyatakan FBS masih menjadi bagian dari Rema (Baca: Berita Utama).
Dilema ini menimbulkan pertanyaan mengenai kelanjutan FBS. “Iya, nanti kalau FBS tidak Rema kelanjutannya bagaimana? Belum ada perjelasan tentang itu,” ungkap Novita Patwa mahasiswa Sastra Indonesia 2014. Senada dengan itu, lebih lanjut Risky Ariadi selaku Ketua Al-Huda mengatakan “Setahu saya pada rapat FOM pembahasan Rema, hasilnya menyepakati mengirimkan dua orang perwakilan untuk mengisi pos DPF, berarti FBS sebenarnya mengikuti sistem Rema. Terkait kondisi sekarang saya tidak tahu pasti.” jelas Risky. Sementara itu, Agus Setiawan mengakui belum ada keputusan FBS yang disepakati oleh seluruh Ormawa. “Nah, ini yang dari awal kita belum ada prodak apa pun mengenai itu,” terang Agus.
Agus Setiawan ketika ditanyai mengenai permasalahan yang dihadapi dengan Rema selama kepengurusan ini, ia menyatakan, “Tidak ada yang secara spesifik, kecuali yang kemarin Ospek itu. Tidak ada masalah.” Lebih lanjut disinggung masalah advokasi dan administrasi, ia mengatakan bahwa sampai sekarang belum ada masalah. Hal tersebut berlainan dengan pernyataan Mela Melinda ketua DPM FBS ketika ditanyai hal yang sama, “Ada. Kalau orang-orang rektorat itu lebih suka semuanya terkoordinir dan terkumpul. Makanya beda tekanannya antara teman-teman yang di universitas dan yang di fakultas.”
Menurut Mela, untuk masalah advokasi, BEM Rema mempunyai poin plus untuk pengadvokasian dari pada BEM fakultas. “Karena yang di fakultas hanya bersifat mendampingi, sedangkan di universitas bisa punya daya tekan ke rektorat,” tambahnya. Selain itu Agus menyatakan apabila terjadi kesulitan administrasi dan advokasi, jika tidak ikut Rema, ia akan mengusahakan mengkomunikasikan dengan WD III Ibu Dr. Kun Setyaning Astuti, M.pd. yang bertanggungjawab atas mahasiswa.
“Ya kalau memang sekarang ini urusannya, kenapa kita kalau nggak ikut dan kita nggak bisa dapat duit? Padahal, itukan uangnya mahasiswa FBS. Nah, itu kan yang kemudian ya masa sampai segitunya gitu. Apakah kita, itukan terjadi pemaksaan secara nggak langsung,” ungkap Agus. Jika proses administrasi dan advokasi mahasiswa FBS dipersulit, maka FBS akan langsung ke rektorat “Jika teman-teman Rema tidak mau menerima advokasi UKT dari FBS, ya kitakan bisa langsung masuk ke rektorat,” jawab Agus. Perihal pengajuan dana dan sejenisnya, Agus menambahkan, “Pun nanti kita belum tahu kita nanti jelantrahnya bakal kayak gimana, tapi yang pasti itu uang mahasiswa FBS dan itu digunakan untuk kepentingan Ormawa dan tentu mahasiswa FBS itu kalau bisa harus tetep bisa turun ke FBS.” (Upit)