KMSI Membedah Buku karya Alumni
Yogyakarta — Bedah Buku karya alumni KMSI, yang dilaksanakan pada Selasa (31/10/2017) di Pendopo Tedjokusumo, menutup rangkaian acara Bulan Bahasa 2017, yang berlangsung selama tiga hari.
Rangkaian acara tersebut terdiri dari Parade Baca Puisi, Pengadilan Karya mahasiswa aktif, dan Bedah Buku alumni KMSI.
Ada empat buku karya alumni yang dibahas, terdiri dari Kaveleri Malam Har”, Melipat Agustus, Telembuk, dan Pertanyaan-pertanyaan tentang Dunia.
Tujuan diadakannya acara penutup ini adalah menumbuhkan bakat, khususnya mahasiswa angkatan 2017, dan mengapresiasi karya-karya alumni, tutur Opay selaku ketua pelaksana acara.
Acara yang dari awal sampai akhir berisi diskusi karya milik para alumni KMSI diharap menjadi sebuah motivasi untuk mahasiswa sastra indonesia. “Ini juga dapat menumbuhkan sebuah semangat untuk berkarya bagi para mahasiswa,” imbuh Opay.
Pada sesi pertama, buku karya Mutia Sukma, Pertanyaan-pertanyaan tentang Dunia, dibedah oleh An Ismanto. Dalam pembedahan karya disebutkan bahwa buku ini memiliki tiga bagian yang diikat dengan tema tertentu, yaitu ”Tubuh Perempuan”, “Manusia Rantau”, dan “Pengakuan Cinta”.
Sesi kedua membahas antologi Kavaleri Malam Hari. Antologi terbitan Penerbit Quark ini dibedah oleh Faisal Kamandobat. Faisal menitikberatkan pembahasan dari segi spiritual. Buku ini juga dianggapnya telah meminjam hal-hal terbaik dari masyarakat dan sejarah.
Novel Melipat Agustus karya Muhamad Qadhafi dibahas oleh Mawaidi D. Mas. Mawaidi menutup pembahasannya dengan mengajukan pertanyaan tentang siapa yang bersalah, antara “Agus” sang tokoh dalam bukunya ataukah “Muhamad Qadhafi” sang penulis buku tersebut.
Terakhir, buku karya Kedung Darma Romansa yang berjudul Telembuk dibahas oleh Bernando J. Sujibto. Dalam pembahasannya, Bernando menyinggung aspek-aspek realis dalam novel ini. Fenomena gempa atektonik digambarkan sebagai fenomena gempa sosial yang terjadi dalam novel ini.
Dua mahasiswa angkatan 2017 menyumbang pembacaan puisi di sela-sela sesi, yaitu Moh. Afaf El-Kurniawan dan Fajar Kurniawan. Arif Rahmanto (2015) juga menyumbang membaca puisi.
Terlihat beberapa penonton antusias mengikuti kegiatan bedah buku. Seperti yang diungkapkan Zainniya, seorang mahasiswa Pascasarjana UGM: “Saya ke sini ingin tahu, gimana puisi itu dibedah, gimana cerpen itu dibedah.”
Selain itu, Zainniya juga ingin melihat karya-karya yang dibahas dan sekaligus berkenalan dengan banyak orang. “Ini juga merupakan ajang perkenalan saya,” kata Zainniya.***