Advertisement Section

Menulis AU: Sarana Berekspresi Generasi Z

Twitter merupakan salah satu media sosial yang banyak digemari oleh kalangan milenial. Kebebasan berekspresi yang disalurkan dalam bentuk tulisan singkat membuat Twitter kerap digunakan sebagai tempat berkeluh-kesah. Seiring berkembangnya aplikasi ini, membuat bermuculan banyak istilah gaul yang kerap kali hanya bisa dicapai oleh para pengguna saja. Salah satunya yaitu AU.

AU merupakan singkatan dari Alternative Universe atau Alternate Universe . Salah satu jenis dari genre fanfiction ini, menjadi sebuah genre yang baru-baru ini populer di kalangan masyarakat, khususnya pada gen Z.

Alternative Universe itu sendiri adalah cerita fiksi yang membuat sebuah dunia berkebalikan dari Sumber Kisah Mengutip. AU biasanya ditulis dalam sebuah format Twitter yang bernama thread .

Lalu, kenapa disebut berkebalikan dari dunia nyata? Bukannya karya fiksi memang sesuai dengan imajinasi pengarang? Ya, AU memang merupakan karya fiksi hasil imajinasi pengarang. Pada proses pembuatannya, pengarang akan meminjam wajah ( face claim ) dari idola atau artis untuk digunakan sebagai visualisasi ceritanya. Oleh karena itu, hanya dengan satu wajah saja dapat tercipta banyak nama dan kisah dari berbagai penulis yang berbeda. Penyajian Alternative Universe di twitter ini juga cenderung unik.Kalimat-kalimat cerita biasanya disalurkan dalam bentuk fake tweet dan bubble chat, sedangkan untuk narasi panjang biasanya akan ditulis ke dalam suatu dokumen online yang dapat diakses melalui link yang disediakan penulis.

Baca Juga: The Story of Jungle

Orang-orang sering berpikir bahwa AU identik dengan KPop dan hanya berkisah seputar romansa remaja saja. Padahal AU bersifat universal dan memiliki genre yang beragam, mulai dari horor, keluarga, campuran, misteri, dll. Belakangan ini juga muncul beragam AU yang berbasis kartun anak, misalnya kartun Upin dan Ipin. Spektrumnya yang luas membuat AU mudah dinikmati khalayak ramai.

Dampak AU bagi Generasi Milineal

Semakin merebaknya Alam Semesta Alternatif membuat banyak orang yang berlomba membuat cerita yang menarik. Semakin hari terdapat puluhan AU yang diterbitkan di media sosial twitter. Hal ini menandakan bahwa minat menulis di Indonesia semakin meningkat. Banyak remaja yang tertarik untuk dapat mengembangkan bakat di bidang kepenulisan lewat cerita yang mereka ciptakan. Jumlah likes dan retweet pada postingan cerita AU juga menandakan bahwa minat membaca masyarakat semakin membaik. Jumlah suka ini juga yang membuat para penulis menjadi semakin rajin untuk memublikasikan tulisan mereka.

Meskipun demikian, masih banyak orang yang menganggap menulis AU hanya membuang waktu. Padahal sampai saat ini sudah lebih dari puluhan buku yang terbit dari adaptasi cerita AU. Bahkan, beberapa di antaranya sampai difilm kan. Contohnya saja seperti Dikta dan Hukum yang mendapat banyak peminat, sehingga membuat De Company tertarik untuk memproduksinya dalam bentuk film. Beberapa waktu lalu juga heboh bahwa Alternative Universe karya Jocelyn Suherman yang berjudul Shaka Oh Shaka, dibeli hak adaptasinya oleh rumah produksi Starvision.

Menulis bisa di mana saja, kapan saja, dan siapa saja. Mungkin kita masih merasa rendah dengan hasil tulisan kita, namun bisa jadi tulisan kita akan menjadi berharga saat dibaca orang lain. Nah, jadi kapan kalian mau mulai menulis?

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Selalu Ada Perihal Baik bagi Siapa Saja yang Berusaha
Next post Gerbang Aksatanaya: Ruang Karya Milik Mahasiswa