Monkeypox : Asal Usul, Gejala, dan Penanganan

Monkeypox atau yang dikenal juga dengan nama cacar monyet menjadi perhatian masyarakat sejak beberapa waktu lalu. Kasus positif cacar monyet kini telah dikonfirmasi oleh 78 Negara. Indonesia hingga saat ini bahkan telah ditemukan satu kasus positif virus cacar monyet ini.

Dilansir dari laman resmi World Health Organization (WHO), virus cacar monyet atau monkeypox virus (MPXV) merupakan orthopoxvirus yang menyebabkan penyakit menular pada manusia yang serupa dengan cacar.

Virus ini pertama kali ditemukan pada tahun 1958 di State Serum Institute Copenhagen, Denmark, ketika ada 2 kasus mirip penyakit cacar yang diderita oleh koloni kera khusus untuk penelitian. Sehingga selanjutnya penyakit cacar ini kemudian dinamakan monkeypox atau cacar monyet.

Sedangkan, kasus cacar monyet yang menyerang manusia pertama kali diidentifikasi tahun 1970 di Kongo. Sejak saat itu, cacar monyet pada manusia mulai menyebar di pedesaan Afrika bagian barat dan tengah.

Penularan cacar monyet dapat terjadi antara hewan dengan manusia, serta manusia dengan manusia. Apabila dari hewan ke manusia, penularan terjadi ketika kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit atau mukosa dari hewan yang terinfeksi.

Sementara itu, penularan dari manusia ke manusia lainnya juga dapat terjadi akibat kontak dekat dengan sekresi pernapasan, lesi kulit orang yang terinfeksi, benda yang baru saja terkontaminasi, dan partikel droplet.

 

Baca Juga: The Magic Library: Petualangan dan Literasi!

 

Monkeypox sempat heboh pada pertengahan 2019 lalu ketika penyakit cacar monyet ini dikabarkan muncul di Singapura. Namun, pemberitaan itu mereda tidak lama kemudian.

Gejala dari penyakit ini dapat terjadi mulai 14 hingga 21 hari. Beberapa gejala yang muncul dari penyakit ini berupa demam, sakit kepala parah, lymphadenopathy (pembengkakan kelenjar getah bening), sakit punggung, myalgia (nyeri otot), dan juga asthenia (kurangnya energi).

Penyakit cacar monyet ini tak bisa dikenali sendiri dengan sejumlah gejala yang terlihat. Perlu dilakukan tes di laboratorium secara khusus untuk melihat munculnya penyakit ini.

Direktur Regional Eropa WHO Hans Kluge menjelaskan, kasus yang terdeteksi sejauh ini masih tergolong ringan. Penyakitnya juga bisa sembuh dalam hitungan minggu tanpa obat.

Monkeypox biasanya penyakit yang membatasi diri, dan mayoritas yang terinfeksi akan pulih dalam beberapa pekan tanpa perawatan,” jelas Hans Klug.

“Namun, penyakitnya bisa lebih parah, terutama bagi anak-anak, wanita hamil, dan orang-orang yang immunocompromised,” sambungnya.

Monkeypox kembali menjadi perhatian publik pada Mei lalu, kala WHO menerima laporan sejumlah negara mendeteksi adanya kasus tersebut, di antaranya Kanada, Amerika Serikat (AS), Inggris, Portugal, Spanyol, dan Singapura.

Dua bulan dari situ, WHO menetapkan wabah cacar monyet ini sebagai darurat global pada 23 Juli 2022. Menyusul, Amerika Serikat pada Kamis (4/8) menyatakan keadaan darurat kesehatan atas wabah cacar monyet. Negara itu telah menerima 6,6 ribu kasus cacar monyet.

Sedangkan di Indonesia sendiri, sempat muncul kabar dugaan suspek pasien cacar monyet di Batam dan Jawa Tengah. Namun, baru-baru ini muncul berita bahwa satu orang pasien sudah terjangkit cacar monyet setelah melakukan perjalanan dari Eropa.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyatakan terdapat tiga upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan dalam mengendalikan penyakit cacar monyet yang berpotensi mewabah di dunia.

Antara lain penegakan disiplin protokol kesehatan, pemanfaatan alat polymerase chain reaction (PCR), hingga pengadaan obat-obatan.

Kemenkes telah menyediakan 500 unit reagen PCR cacar monyet sejak Juli lalu, yang ditempatkan di seluruh pintu masuk Indonesia seperti bandara dan pelabuhan. Selain itu, sudah ada 1.100 lab di Indonesia yang bisa digunakan untuk pemeriksaan monkeypox.

Terkait vaksinasi, Budi menjelaskan bahwa vaksin cacar masih efektif memberikan perlindungan yang sama terhadap risiko penularan cacar monyet. Vaksin cacar cukup dilakukan satu kali sebab vaksin tersebut memiliki kemampuan melindungi penerima manfaat seumur hidup.

 

Sumber foto: https://m.tribunnews.com/amp/kesehatan/2022/08/20/gejala-cacar-monyet-pada-pasien-pertama-monkeypox-di-indonesia-alami-demam-dan-ruam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Perasaan yang Berujung pada Keegoisan
Next post Di Balik Bedah Juknis PKKMB FBS 2022