Advertisement Section

Tiga Langkah Jitu Menulis Karangan Nonfiksi

Menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa produktif. Aktivitas menulis secara langsung melibatkan kemampuan psikomotorik dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Ragam karya tulis yang sering dijumpai oleh mahasiswa pada umumnya yaitu nonfiksi. Karya tulis ini bersifat baku dan berdasarkan fakta-fakta yang terjadi. Misalnya, esai, artikel, teks deskripsi, teks eksplanasi, teks eksposisi, dan sebagainya. Namun, sebagian orang menganggap bahwa proses menulis nonfiksi itu rumit dan sulit. Hal ini disebabkan oleh langkah-langkah yang ditempuh selama proses menulis kurang tepat. Oleh sebab itu, seseorang perlu memperhatikan dan menerapkan tahapan dalam menulis, yaitu prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Lantas bagaimana proses tersebut dapat diimplementasikan dengan mudah dan mengasyikkan?

Sebelum memasuki tahap pertama, Anda sebagai penulis perlu memahami dan menguasai tiga aspek kemampuan menulis, yaitu isi, bahasa, serta format atau penyajian. Aspek isi terkait dengan pemilihan topik, ide, gagasan, informasi, pesan, hasil penelitian, kritik, dan saran yang akan dikembangkan dalam karangan. Kemudian, aspek bahasa berkaitan dengan pemilihan diksi, kalimat, ejaan, dan tanda baca. Aspek format atau penyajian berhubungan dengan struktur teks, spasi, jenis huruf, tata tulis, gambar, dan lain-lain. Ketiga aspek tersebut sangat penting karena dapat menentukan kualitas tulisan Anda. Kualitas tulisan dinilai baik jika pembaca mampu menerima dan menangkap informasi yang ingin disampaikan oleh penulis.

Baca juga: Si Putih: Konspirasi Pandemi dalam Novel Fantasi

Tahap petama, prapenulisan atau tahap persiapan. Pada tahap ini, tentukanlah satu topik khusus yang menarik minat Anda. Apabila subjek yang akan Anda tulis terlalu luas, maka batasi ruang masalah dalam topik tersebut. Kemudian, topik yang sudah dibatasi dapat dibuat judul yang relevan, singkat, serta jelas. Namun, penulisan judul tidak sekadar mencantumkan subjeknya saja, melainkan perlu diberi bumbu-bumbu yang menjadi kata kunci dan menarik perhatian pembaca. Misalnya, topik yang berjudul “Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Sikat Gigi” akan lebih menarik daripada judul “Sikat Gigi” saja. Selanjutnya, lakukanlah analisis terhadap topik yang Anda pilih dengan menyusun dan menganalisis pertanyaan. Setelah menganalisis pertanyaan, susunlah kerangka atau outline dan lakukan riset terkait topik Anda. Anda perlu memiliki referensi bacaan sebanyak mungkin sebagai bahan ide atau gagasan ketika menulis. Sumber bacaan yang perlu dibaca mulai dari yang bersifat umum sampai mengerucut bersifat khusus. Hal ini bertujuan agar segala informasi yang Anda peroleh dapat lebih detail dan fokus sehingga gagasan menjadi informatif bagi pembaca. Setelah menentukan topik, Anda perlu memperhatikan sasaran tulisan atau kepada siapa tulisan Anda ditujukan, untuk diri sendiri atau orang lain. Selain itu, perhatikan siapa yang akan membaca tulisan Anda dari segi level pendidikan dan kebutuhan pembaca.

Tahap kedua, penulisan. Ekspresikan dan tuangkanlah ide-ide dari kerangka yang Anda peroleh dari tahap prapenulisan ke dalam tahap penulisan. Ide-ide tulisan dapat diperjelas dengan menambahkan ilustrasi, bukti, argumen, informasi, dan alasan. Hindari menulis ide-ide yang bersifat sementara. Sebab, waktu menulis Anda akan terbuang sia-sia jika terlalu fokus mencari ide. Secara tidak langsung, Anda akan kurang memperhatikan aspek-aspek teknis menulis. Padahal aspek-aspek teknis menulis pada tahap ini sangat penting, seperti penggunaan istilah, ejaan, dan bentuk. Selain itu, perhatikanlah pemakaian bahasa yang Anda tulis. Pemakaian bahasa Indonesia dalam karangan nonfiksi harus baik dan benar. Bahasa dapat dikatakan baik apabila sesuai dengan situasi bahasa tersebut digunakan dan dikatakan benar jika sesuai dengan kaidah atau tata bahasa Indonesia. Oleh karena itu, seorang penulis dituntut pada multiple competence terhadap bahasa, gagasan, dan setting.

Tahap ketiga, pascapenulisan. Tahap pascapenulisan merupakan tahap akhir dalam menyempurnakan tulisan kasar Anda sebelumnya yang meliputi penyuntingan dan revisi. Pada proses penyuntingan karangan, temukan kesalahan ejaan, tanda baca, gaya bahasa, pemilihan kata, konvensi penulisan, dan seluruh kesalahan bahasa lainnya dengan cara self-editing dan peer-editing. Pertama, periksalah karangan Anda secara self-editing atau kegiatan individu berupa menyunting kesalahan bahasa dalam karangan yang telah dibuat dengan membaca keseluruhan karangan, memberi tanda pada bagian yang salah dan kurang tepat, serta memberi catatan pada tulisan Anda. Kemudian, berikan karangan Anda kepada teman sebaya atau seseorang yang ahli di bidang bahasa untuk melakukan proses peer-editing. Anda dapat meminta tolong mereka untuk memberikan komentar, menandai kesalahan, memberi pertanyaan, dan memberikan saran terhadap karangan yang telah Anda tulis. Peer-editing dilakukan untuk melihat karangan yang Anda tulis dari kacamata, sudut pandang, dan pemahaman orang lain. Namun, jangan asal memilih kelompok karena tidak semua orang paham tentang kaidah penulisan. Tahap pascapenulisan selanjutnya yaitu merevisi. Kegiatan ini difokuskan pada penambahan, pengurangan, penghapusan, dan penyusunan kembali isi karangan. Perhatikan dan gunakan koreksi dari teman peer-editing untuk mempertimbangkan revisi karangan Anda.

Menulis termasuk kegiatan yang menyenangkan. Setiap orang berada pada tahap menulis yang berbeda. Sebab, masing-masing individu memiliki karakteristik yang berbeda, ada yang memiliki banyak ide, ada yang perlu bantuan orang lain untuk menggali ide-ide, ada yang mandiri, ada yang proses menulisnya lama atau cepat, dan sebagainya. Anda tidak perlu risau dan takut untuk mulai menulis karangan nonfiksi. Ketiga tahapan yang telah diuraikan mampu memberikan gambaran bagi Anda yang tertarik menulis. Apabila Anda mengalami kesulitan dalam memahami kesalahan bahasa, maka Anda bisa menggunakan PUEBI, aplikasi KBBI, KBBI daring, tutorial YouTube, meminta bantuan teman atau pengajar, dan sebagainya. Menulis memerlukan niat, waktu, dan kesabaran yang cukup banyak. Oleh karena itu, teruslah berusaha dan berlatih agar kualitas tulisan Anda menjadi semakin baik.

cr: canva

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Komponis “Tala Mutlak” dan Misteri Kematiannya
Next post Kala Senja Mengutuk Semesta