Advertisement Section

Wahai Mahasiswa, Hak Pilih Kita Mahal Harganya

Dalam praktik demokrasi, yang paling mudah dilihat adalah pelaksanaan pemilihan umum atau yang biasa disebut sebagai pemilu. Pemilu dilaksanakan mulai dari tingkat masyarakat yang paling kecil hingga yang paling besar. Bahkan pemilu juga dilaksanakan di institusi pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi, misalnya pemilihan Ketua OSIS di SMP sederajat dan SMA sederajat, dan pemilihan ketua BEM di perguruan tinggi.

Pemilu memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan arah suatu masyarakat. Siapa yang layak menjadi ‘nakhoda kapal’ selalu menjadi permasalahan yang harus diselesaikan. Dan, pemilu merupakan salah satu cara memutuskan siapakah yang layak menjadi ‘nakhoda kapal’ tersebut. Ini terjadi di banyak komunitas masyarakat, tentu ini juga terjadi di institusi pendidikan.

Di perguruan tinggi misalnya, setidaknya pemilihan ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dilaksanakan satu kali dalam satu tahun kalender. Sama halnya dengan sebuah negara, di mana ada eksekutif, di situ ada legislatif. BEM, seperti yang kita tahu, adalah Kabinet Indonesia Maju-nya mahasiswa di kampus. Ketua BEM adalah presiden bagi seluruh mahasiswa di kampus tersebut. BEM menjalankan fungsi eksekutif, sementara fungsi legislatif dalam politik kampus diemban oleh DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa).

Bicara mahasiswa tidak akan luput dari pembicaraan seputar politik kampus. Paragraf sebelumnya sudah dijelaskan gambaran umum mengenai perpolitikan kampus. Jika dilihat-lihat, kampus dapat disebut sebagai miniatur kecil dari sebuah pemerintahan di suatu negara. Negara memiliki rakyat, kampus juga memiliki mahasiswa. Negara memiliki pemimpin bagi rakyatnya, demikian juga dengan Ketua BEM bagi seluruh mahasiswa di kampus tersebut. Namun, apakah sebenarnya pelaksanaan politik kampus memiliki banyak kesamaan dengan pelaksanaan politik di lingkup negara?

Bicara politik, hampir di semua tingkatan masyarakat pasti akan banyak ditemukan kesamaan. Oleh karena itu, mari bicara perilaku politik yang lebih mikro, yakni pelaksanaan pemilu di kampus. Seperti yang sudah dipaparkan awal,  Pemilihan Mahasiswa Raya (Pemira) atau Pemilihan Wakil Mahasiswa (Pemilwa) adalah versi mini dari pemilihan presiden atau pemilihan DPR.  Ya, layaknya pelaksanaan pemilu di tingkat nasional, Pemilwa juga melaksanakan rangkaian acara seperti debat visi-misi, kampanye dengan poster, baik yang dilakukan secara offline maupun secara online melalui media sosial, dan ada juga perekrutan beberapa kelompok mahasiswa untuk dijadikan tim sukses atau tim pemenangan yang nantinya ikut membantu menyebarkan poster-poster kampanye tersebut.

Dalam semua rangkaian tersebut, tak jarang ditemukan kejanggalan-kejanggalan yang mengganggu jalannya Pemilwa itu sendiri. Mulai dari visi-misi pasangan calon, hingga dugaan politik kepentingan juga termasuk di dalamnya. Tentu, sebagai mahasiswa yang memiliki rasionalitas tinggi, kita tak ingin hak pilih kita dicederai. Maka, penting bagi kita untuk melindungi hak pilih kita dari politik kotor seperti itu.

Sebagai mahasiswa, insan yang menjunjung tinggi rasionalitas dan kemajuan cara berpikir, penting untuk terus berpikir kritis terhadap pelaksanaan Pemilwa. Gunakan pengetahuan dan rasionalitas yang baik dalam menentukan pilihan kita. Suara, yang dalam hal ini adalah hak pilih, harus dimaknai sebagai sesuatu yang mahal. Mahasiswa tidak boleh terlena dengan arus pendek dalam berpikir.  Sebagai contoh, kita tak boleh langsung menentukan pilihan kita hanya karena who they are atau memiliki suatu identitas yang sama,  atau hanya berdasarkan ajakan seseorang. Tanamkan bahwa suara (hak pilih) kita bisa untuk digunakan sebaik-baiknya, bukan semurah-murahnya.

Dan, jangan lupa untuk tetap bertanggung jawab atas pilihan yang kita pilih. Itulah prinsip demokrasi sebenarnya, bukan perihal mendukung atau menolak, melainkan mengawasi apabila terjadi kesalahan pada wakil yang kita pilih tersebut. Tetaplah kritis terhadap pilihan kita, bukan soal siapa yang salah, melainkan apa yang salah dan perlu diperbaiki dari pilihan yang kita pilih.

Selamat merayakan demokrasi dengan penuh tanggung jawab. Gunakan hak pilih sebaik-baiknya, bukan semurah-murahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Previous post Squid Game: Pertaruhan Nyawa dalam Permainan Anak-Anak
Next post Gaslighting: Tindakan Manipulatif dan Obsesif!