
Pedagang Tidak Tetap di Sekitar Kampus
Sumber tulisan dari AKSARA EDISI PKKMB #TM2
Kebijakan untuk Pedagang Keliling di FBS
Akses pedagang masuk di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) diperketat. Pedagang tidak boleh memasuki area FBS selama jam kerja (7.00—17.00). Hal tersebut dirasa Surjanako, selaku satpam FBS, dapat mengganggu perkuliahan mahasiswa. Pedagang pun menyepakati peraturan yang berlaku di FBS. Kendati demikian, beberapa pedagang beranggapan bahwa mereka tidak boleh masuk sama sekali.
“Pelarangan masuknya pedagang keliling hanya pada jam kerja. Pedagang yang sudah lama biasanya paham [peraturan]. Nah, yang baru masih belum tahu. Kami akan melakukan pendekatan secara halus,” kata Surjanako.
Surjanako mengatakan bahwa peraturan ini merupakan wujud antisipasi supaya menekan banyaknya pedagang yang masuk ke area kampus. Namun kewenanganan pembatasan tersebut hanya berlaku di area FBS.
“Kalau area belakang masjid itu sudah menjadi kewenangan rektorat, bukan kami,” ungkap Surjanako.
Surjanako mengaku bahwa ia mendapat perintah secara lisan dari Wakil Dekan II, Rohali. Hal tersebut ditanggapi oleh Mudaqir, selaku Kepala Bagian Tata Usaha.

“[kami] Bukan melarang, tapi menata supaya lingkungan tersebut (FBS) nyaman dan sejalan. Kenyamanan tadi akan sejalan dengan keamanan,” kata Mudaqir.
Sejalan dengan Mudaqir, Ayun, mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2018, mengatakan bahwa hal tersebut baik dilakukan untuk ketertiban. “Untuk orang yang low budget memang sangat membantu. Tapi kalau ketertiban, ya, kurang sesuai. Masa, di kampus kok banyak pedagang bersliweran?”
Mudaqir menyatakan bahwa fakultas telah mengakomodasi kebutuhan pangan mahasiswa dan dosen dengan menyediakan Kantin Ungu (kantin FBS). Ia pun memperbolehkan pedagang lain yang hendak berjualan di Kantin Ungu.
“Pedagang lain yang ingin berjualan di kantin kami perbolehkan. pengolahan kantin pun selalu kita evaluasi. Dari kantin yang kita kelola itu, kita bisa jamin kualitasnya,” pungkas Mudaqir
Reporter:Pandan, Luffi, Amanda,
PKKMB: Musim Baik Pedagang Atribut
Berbeda dengan pedagang keliling, pedagang atribut memanfaatkan momen PKKMB untuk menjual barang dagangan mereka. Mereka, pedagang atribut, berjulan di sepanjang jalan di barat Lapangan Tenis Outdoor.
Darsinem, selaku penjual atribut PKKMB, mengaku sudah bertahun-tahun berjualan atribut. “Setiap ospek saya jualan terus, ini sudah 19 tahun,” kata Darsinem.
“Tergantung jadwalnya. Pertama di sini (UNY), terus besok di UIN, UST. Pindah-pindah gitu,” tambah Dasinem.

Darsinem mengungkapkan bahwa penjualan tahun ini menurun daripada tahun-tahun sebelumnya. Hal itu dikarenanakan kebutuhan atribut mahasiswa baru tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.
“tahun-tahun sebelumnya para mahasiswa perlu banyak macam-macam perlengkapan. beda dengan tahun ini yang tidak ada permintaan atribut lain selain seragam,” kata Darsinem.
Mahasiswa merasa terbantu dengan adanya pedagang atribut. Hal itu disampaikan oleh Teguh Wilaspatilah, mahasiswa baru Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan.
“[di pedagang] Beli sabuk aja. Lainnya beli di panitia. Kita bisa beli di pedagang jika atributnya ketinggalan. Apalagi jaraknya [pedagang] dekat, harganya murah,” kata Teguh.
baca juga AKSARA TECHNICAL MEETING #1 – AKSARA TECHNICAL MEETING #2 – AKSARA TECHNICAL MEETING #3 – AKSARA PKKMB #1 – AKSARA PKKMB #2