Advertisement Section

Kebebasan Terikat

sumber tulisan dari AKSARA EDISI PKKMB #2

Sejatinya, setiap manusia memiliki hak untuk diberi kebebasan. Namun, apakah maksud dari kebebasan itu sendiri?

Menilik kisah pada tahun 1987, salah satu karya sastrawan Indonesia Pramoedya Ananta Toer berupa novel Gadis Pantai. Gadis Pantai adalah bagian pertama dari trilogi yang tidak lengkap yang kedua buku lanjutannya diberengus oleh Jaksa Agung, rezim Orde Baru. Alasannya karena novel-novel tersebut menyebarluaskan Marxisme-Leninisme yang dilarang pada masa itu.

Dulu tidak terlalu ditanggapi keputusan Jaksa Agung tersebut. Karena dari penulis, penerbit, dan seluruh rakyat memang dibungkam untuk bersuara. Beruntungnya, novel bagian pertama dapat terselamatkan oleh mahasiswa asal Australia yang sempat didokumentasikannya.

Tak perlu panjang lebar untuk mengisahkan kembali peristiwa tersebut, karena begitu jelas bagaimana rezim Orde Baru memperlakukan Pramoedya dan tulisan-tulisannya yang berisi kritik sosial. Menggantungkan akhir dari kisah novel yang tak pernah bisa terbaca oleh para penggemar.

Kini masa Reformasi, masyarakat memiliki hak dan kebebasan untuk berpendapat dan berapresiasi meski masih dalam kurungan hukum. Namun hanya dengan memiliki, hak belum bisa dikatakan memiliki kebebasan seutuhnya, bukan?

Berbicara tentang kebebasan berarti berbicara leluasa. Bebas bergerak tanpa ada penghalang maupun pengganggu. Sudah pasti setiap manusia lebih mengerti tentang dirinya sendiri, hal apa saja yang ingin dia lakukan, bagaimana dia melakukannya, dan bagaimana proses maupun tahapan yang ingin dia lalui.

Seperti halnya burung kecil, ia memiliki kodrat untuk dapat terbang bebas. Ia perlu berlatih terlebih dahulu, butuh dorongan, dan juga butuh keberanian. Semuanya akan terbayar ketika pada waktunya ia bisa terbang menuju segala arah. Ke arah mana pun, tempat yang ingin ia tuju.

Burung kecil merasa bebas, bebas mencari makan, singgah di beberapa tempat yang baru, berkicau, bersiul, bernyanyi, terbang mengikuti lambaian angin yang menemaninya pergi.

Segalanya membuat terlena. Sehingga tanpa sadar hal apapun dapat saja terjadi tiba-tiba. Melihat burung kecil bersenandung bahagia di sebuah ranting pohon, namun dalam sekali detik peluru senapan menembus tubuhnya yang kecil. Semua dapat hilang dengan mudah direnggut pihak yang penuh berkuasa. Kebebasan bisa kita rasa, namun tali pengikat tanpa terasa dapat menarik dan menjerat kapan saja.

Melahirkan harapan, memiliki lapisan hak untuk bebas tanpa batas. Namun aturan dari penegak bisa saja membuat kita lemah dan sulit bernapas. Maksud hati ingin berleluasa menyampaikan aspirasi, berteriak lantang tanpa ada yang menghakimi. Tetapi kekuatan hukum tidak ada yang bisa mengungguli. Segala sesuatu di dunia dapat tergenggam, namun hukum bisa membuat mulut terbungkam!

Dalam roman Gadis Pantai pun tergambar dengan jelas pada awal cerita, seorang gadis pantai yang lugu dinikahkan dengan seorang pembesar yang bekerja pada Belanda. Saya terpikat pada awalnya, sang pembesar dengan penuh sabar dan baik hati mengajari dan memberi banyak hal pada si gadis pantai.

Awalnya ia dipandang derajatnyan tealh dinaikkna lantaran menikah dengan seorang pembesar. Saya berasumsi bahwa sekalipun kebebasan masa mudanya di usia yang masih belia harus terenggut, setidaknya hidupnya bahagia. ternyata saya salah. Sekali lagi bisa dikatakan jika pembesar memang memiliki kuasa yang dapat menghancurkan mimpi indah kapan saja.  

Lantas, kita jangan hanya diam meringkuk pada selimut di gelap malam, mengubur segala mimpi yang lama tertanam. Kita bisa bebas kapan saja. Tetap berbuatlah semau kita. Jangan takut kalah. Semua bebas berlari. Semua bebas menaklukan diri.

Katakan pada mereka kita mampu melawan. Kita mampu menapak tegak dan berteriak! Gunakan hukum sebagai dasar pedoman, agar hidup tak salah langkah. Kita memiliki kebebasan. Begitu juga dengan orang lain. Meski kita bebas tanpa batas, namun perlu kesadaran agar kita tetap berada di jalan yang waras.

Baca SOLILOQUI di lppmkreativa.com atau tulisan Viking lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Pedagang Tidak Tetap di Sekitar Kampus
Next post Lahan Parkir Menjadi Tempat UKMF Tampil