Berpacu dan Melaju Tanpa Ragu
Sumber tulisan dari AKSARA EDISI PKKMB #1
Setiap orang pasti memiliki rencana hidup yang tersusun rapi. Baik itu tercatat dalam deretan aksara maupun hanya sekadar angan yang berakhir wacana berbungkus asa. Rencana bukan hanya poin-poin tersusun yang ingin kita capai, namun jalur agar langkah kita tak tersendat, terbengkalai. Rencana juga bukan sekadar rancangan terstruktur, namun juga sebagai acuan agar kita pantang mundur. Dengan memiliki rencana, segala sesuatunya lebih mudah dan terarah, tidak asal karena gegabah. Begitu juga dengan setiap harinya. Jadwal padat akan diatur secara tepat dalam skala prioritas yang diatur cermat.
Terkadang, segala rencana yang kita cetus tidak selalu berakhir dengan mulus. Banyak hambatan yang datang mendadak, maupun pikiran pening dengan segala ide yang teracak. Mengatur waktu dalam belajar, bekerja, tidur, maupun kegiatan lain dalam setiap harinya. Keletihan raga, tenaga yang terkuras, serta hasil yang tak puas. Akankah kita memilih untuk menghabiskan waktu dengan bersantai ataukah bekerja, keras meski tubuh terbantai?
Orang jenius sekalipun membutuhkan rencana dan pengaturan waktu agar hidupnya berkualitas. Contohnya dalam hal tidur yang menjadi salah satu kebutuhan, agar tubuh dapat beristirahat. Dua orang paling jenius dalam sejarah: Leonardo da Vinci dan Nikola Tesla, memiliki prinsip “semakin sering tidur, semakin banyak hal yang akan hilang dalam hidup”.
Mereka juga mengatakan bahwa membatasi waktu tidur akan memberi keajaiban pada tingkat produktivitas. Kedua orang jenius tersebut memiliki siklus tidur intens yang disebut dengan “Uberman”. Siklus ini membagi tidur dalam 6 sesi dengan durasi waktu 20 menit setiap harinya.
Dilansir dari Curiosity, praktek tidur ini didasarkan pada bentuk ekstrim tidur polifasik. Untuk tidur dalam jangka waktu yang pendek, lebih dari 3 kali dalam sehari. Menurut penulis buku Why We Nap, Claudio Stampi, dengan durasi tidur 1-2 jam setiap hari, Da Vinci memperoleh 6 jam kerja produktif setiap hari. Dengan mengikuti cara unik ini, Da Vinci mendapatkan peningkatan produktivitas selama 67 tahun dalam hidupnya.
Namun berbeda dengan sang ilmuan melegenda: Albert Einstein. Ia setidaknya tidur 10 jam per hari. Hampir 1,5 kali lebih banyak daripada rata-rata jam tidur orang-orang yang dianjurkan saat ini, yaitu 6-8 jam.
Tentu saja kita bukan ilmuan. Melihat dari perbandingan siklus jam tidur mereka, kita dapat memiliki rencana dan mengatur waktu sendiri. Bahkan, pengaturan waktu juga bergantung pada kesadaran diri dalam meningkatan tingkat produktivitas kegiatan lainnya.
Selain jam tidur, ada waktu bekerja. Melaksanakan tugas juga membutuhkan perhatian lebih. Dalam kegiatan inilah kita menghabiskan banyak waktu dan membutuhkan pengaturan jadwal yang tepat agar tidak ada waktu yang terbuang. Memiliki rencana dan agenda pun tidak berlaku hanya sekali, butuh konsistensi dan juga komitmen.
Bertanggung jawab kepada diri sendiri. Memperhitungkan segala risiko, menemukan solusi dari setiap hambatan yang dilalui. Karena menerapkan rencana yang telah terkonsep tidak semudah yang kita pikirkan, maka butuh pembiasaan, butuh waktu dan proses dengan jalan tempuh yang panjang.
Rencanakanlah dengan matang segala hal yang ingin kita capai. Apapun konsekuensinya, hadapilah. Semua rencana tak berjalan lancar, namun tanpa tindakan juga bukan hal yang benar. Masih banyak rencana lain yang bisa dibuat, tanpa harus diburu waktu cepat-cepat. Meski berpacu dengan waktu, tetaplah melaju menggapai mimpi tanpa ragu. Jangan biarkan orang lain menghancurkan rencana masa depanmu, berjuanglah melawan diri sendiri. Bukankah orang yang sukses juga diiringi dengan perencanaan matang tanpa keraguan yang membayang?