Advertisement Section

GREBEG SYAWAL, LUHURNYA TRADISI JAWA


Aksara – Seperti umumnya masyarakat di negara berkembang, ini masyarakat Indonesia masih memegang  kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan akan roh dan kebendaan ini telah ada jauh sebelum agama-agama samawi mulai menyebar di Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman segala macam kepercayaan dinamis yang tergolong primitif itu mulai ditinggalkan. Masyarakat mulai mendewakan akal sehat dalam setiap aspek kehidupan. Meski begitu tradisi yang lahir dari kepercayaan dinamis tersebut masih bertahan hingga sekarang. Tradisi-tradisi tersebut menjadi semacam pengingat bahwa pada jaman dahulu masyarakat Indonesia hanyalah sekumpulan masyarakat primitif yang berkembang menjadi sebuah masyarakat modern seperti sekarang.


Tradisi-tradisi tersebut adalah sebuah kekayaan tak ternilai bagi negeri kita. Sebuah tradisi yang lahir karena perkembangan peradaban manusia. Secara tersirat tradisi-tradisi tersebut akan menunjukkan bagaimana bangsa Indonesia, identitas bangsa ini. Tidak semua negara memiliki kekayaan tradisi seperti yang dimiliki Indonesia. Sudah sepatutnya bangsa Indonesia sadar akan hal itu dan mulai memikirkan bagaimana cara untuk melestarikan tradisi tersebut.


Bertepatan dengan hari raya lebaran ini, masyarakat Jawa sebagai mayoritas suku bangsa yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia memiliki berbagai ritual tradisi yang masih dilakukakan hingga sekarang. Masyarakat Yogyakarta yang terkenal akan keteguhan dalam memegang aspek tradisi dan kebudayaan memiliki tradisi tersendiri guna menyambut hari besar umat Islam tersebut. Salah satu acara tradisi yang paling terkenal adalah Grebeg Syawalan. Grebeg sendiri mempunyai makna suara angin yang menderu. Tradisi Grebeg adalah adat istiadat yang dilaksanakan untuk keselamatan dan ketentraman negara atau  wilujengan negari. Sama seperti namanya tradisi ini dilaksanakan pada hari ke delapan bulan syawal. 


Tradisi ini menandai berakhirnya enam hari puasa syawal yang silaksanakan umat muslim. Yang menjadi primadona dalam acara grebeg adalah adanya arakan-arakan yang berupa gunungan. Gunungan ini berisi beraneka macam hasil panen dan makanan tradisional daerah setempat. Gunungan inilah yang nantinya jadi rebutan masyarakat yang datang pada acara tersebut, atau orang Jawa biasa menyebutnya “Ngalap Berkah”. Masyarakat Jawa percaya bahwa setiap benda ayang mereka peroleh dari gunungan tersebut mengandung berkah bagi yang mendapatkannya.


Grebeg syawalan bukan hanya menjadi simbol syukur masyarakat Jawa tetapi juga bentuk rasa kepedulian masyarakat dengan sesamanya. Selain itu rasa kebersamaanpun akan membuncah saat kita bersama-sama menyaksikan begitu megah dan meriahnya acara tersebut. Gunungan yang di perebutkan merupakan sebuah lambang kesejahteraan dan kemakmuran. Prosesi rebutan tersebut menunjukkan masyarakat Jawa yang bekerja keras dalam memperoleh keinginan mereka.


Mungkin tradisi-tradisi tradisional ini terlihat ketinggalan jaman dan tak masuk akal. Namun di balik itu semua tradisi-tradisi tersebut mengandung makna tersendiri bagi masyarakat Jawa. Setiap detail yang tidak ada memilki makna filosofis yang mendalam yang kadang serig dilupakan oleh masyarakat modern. Masyarakat modern seolah lupa akan asal-muasal mereka, sejarah mereka. Mereka memasa-bodohkan tradisi-tradisi nenek moyang mereka. Terlena pada segala kecanggihan dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post MAHASISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI OSPEK FBS
Next post PERGESERAN MAKNA