JUS KRITIK DAN KOMPETENSI YANG DIPERTAHANKAN
LAMPU gelap mendadak. Sebuah tanya saling umpan di antara kami yang disekat oleh meja di tengah. “Ini bukan bagian dari rencana ulang tahun Kreativa, kan?” celetuk salah seorang di antara kami sambil melirik kepada Emy Lestari Istianah selaku Pemimpin Umum LPPM Kreativa tahun 2012-2013.
Di Lidah Ibu sekitar sepuluh menit sampai di sana, tepatnya di lantai bagian atas, lampu padam. Beberapa jenak terdengar teriakan kecil di bawah. Seorang pelayan meminta maaf karena tidak bisa menyediakan jus. Tapi, lampu hidup kembali. Lampu terus menyala.
Dalam lingkaran yang terdiri dari belasan kru Kreativa dan lima orang alumni terlibat dalam diskusi hangat mengevaluasi Jurnal Kreativa yang diterbitkan bulan Agustus lalu. Mawaidi staf redaksi Kreativa menilai, rubrik komik yang dimuat pada edisi tersebut tidak layak dan berlawanan. Bahkan, komik tersebut mencederai seluruh isi pada edisi tersebut. Hal itu dikaitkan dengan tema yang diusung Jurnal Kreativa yaitu “Mata Pisau Lawakan Indonesia”.
Okta Adetya menyanggah kemunculan komik pada edisi Agustus tersebut terjadi kesalahan teknis dan proses seleksi. “Dalam rapat redaksi diputuskan tidak ada rubrik komik. Namun, barangkali karena kurangnya naskah yang seharusnya memenuhi semua halaman membuat keputusan hadirnya komik sepanjang dua halaman itu tak dapat disangkal,” tuturnya.
Bagi Lisna Mutia Kartika kehadiran komik pada edisi tersebut membuat dirinya senang dan terharu. “Rubrik komik pertama kali ada pada masa jabatan saya. Saya menganggap dimunculkan rubrik komik adalah apresiasi bagi mahasiswa seni rupa,” kata Pemimpin Umum LPPM Kreativa masa bakti 2011-2012. Oleh Nur Muhammad staf redaksi sekaligus penata letak Jurnal Kreativa menuturkan hal yang sama. Upaya ini sangat kreatif dan produktif. “Kreativa sebagai wadah mahasiswa FBS tidak tanggung-tanggung memberikan ruang gerak kepada mahasiswa, terutama karya seni semacam komik, fotografi, lukisan dan karya tangan kreatif lainnya.”
Selain komik, Pimpinan Redaksi Okta Adetya diguyur kritik. Dimulai keteledoran membubuhkan tanggal lahirnya LPPM Kreativa pada 10 November 2003 (tertulis 09 November 2003 dalam jurnal) sampai pada lemahnya korektor (proofreader) sebelum jurnal naik cetak. Alumni yang membersamai rapat evaluasi pada malam Minggu itu menyinggung kinerja Divisi Litbang dan Jaringan, sebagaimana yang diungkapkan Resa Eka Ayu Sartika (Pemimpin Umum masa bakti 2009-2010) terkait dengan minimnya sponsor yang didapatkan. Hadir pula Pimred masa bakti 2009-2010, yakni Yulian Erni yang banyak mengomentari tampilan sampul depan (cover) jurnal. Dinilai pada edisi tersebut sampulnya kurang artistik dan seolah banyak kolase-kolase yang dihadirkan.
An Ismanto salah seorang pendiri LPPM Kreativa tak luput dari kesempatan mengevaluasi jurnal. “Kreativa mengalami banyak perubahan, termasuk memberikan kesempatan kepada kru untuk menulis. Ketimbang Kreativa edisi pertama lumayan lah,” begitu kelakarnya sembari mengenang 10 tahun yang silam. Kata lelaki yang akrab dipanggil Simbah tersebut. Kreativa awalnya menampung tulisan dari penulis terkemuka di Indonesia baik dari akademisi dan praktisi.
Agenda evaluasi jurnal yang digabung dengan temu alumni itu sebenarnya direncanakan 26 Oktober 2013 lalu. “Disebabkan banyaknya alumni yang tidak bisa hadir terpaksa tanggal diundur pada 09 November 2013 pukul 19.00,” ungkap Sely Indraswari, Kepala Divisi PSDM. (Idi)