Advertisement Section

Langkah Kecil Berdampak Besar dengan Pengembangan Komunitas Peduli Lingkungan “Great and Green”

Permasalahan sampah menjadi hal yang tidak habis untuk dibicarakan. Di tengah permasalahan sampah yang semakin memprihatinkan dan inisiasi untuk menangani perubahan iklim, Komunitas Great and Green di Warungboto, Yogyakarta, hadir membawa solusi yang kreatif dan inspiratif.

Pada kesempatan kali ini (30/11/2024), Ibu Laela, ketua dari komunitas peduli lingkungan “Great and Green”, dan Ibu Rinta, Ketua Petani Ibu-Ibu Tegal Hijau Lestari, berbagi tentang berbagai aspek dari program pengelolaan sampah organik dan penumbuhan pertanian perkotaan yang mereka jalankan di Komunitas Great and Green. Aspek tersebut meliputi beberapa beberapa hal, seperti jenis tanaman yang ditanam, teknik pertanian yang digunakan, proses pengolahan sampah,  dan dampak positif bagi masyarakat sekitar.

Baca Juga: Mengapa Masyarakat Indonesia Minim Kemanpuan Berbahasa Inggris?

Pengelolaan Sampah Organik melalui Pupuk Kompos dan Maggot

Berawal dari keprihatinan akan masalah sampah yang semakin menggunung, Komunitas Great and Green berhasil mengubah sampah organik menjadi produk yang lebih bernilai dan dapat menjadi sumber penghasilan tambahan melalui penjualan produk-produk yang dihasilkan. Produk tersebut di antaranya pupuk kompos, maggot, maupun sayuran yang dibudidayakan. Ibu Rinta, salah satu inisiator program ini, menjelaskan bahwa ide awal muncul ketika Kota Yogyakarta menyatakan darurat sampah pada tahun 2023.

Bersama kelompoknya, mereka memutuskan untuk mengolah sampah organik, sisa makanan, maupun potongan sisa sayuran yang tidak terpakai menjadi pupuk kompos yang lebih bermanfaat bagi pertanian. Program ini juga berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memilah sampah dan menjaga lingkungan.

Tidak hanya pupuk kompos, komunitas ini juga membudidayakan maggot (belatung) sebagai pengurai sampah organik yang lebih efisien karena pakan maggot sendiri merupakan sampah-sampah organik berupa sisa makanan.

“Maggot itu dari sayuran, sisa makanan, buah terutama, kalau bisa buah,” ujar Ibu Wahyu, Wakil Ketua Komunitas Great and Green sekaligus pengelola maggot dan cacing.

Hasil dari budidaya maggot ini selain menghasilkan maggot-maggot yang digunakan untuk mengurai sampah organik juga menghasilkan pupuk yang berasal dari maggot.

“Tapi pupuk dari maggot ini lebih bagus, maggot yang jadi pupa dan menetas nanti akan jadi pupuk” terangnya.

Namun, ada beberapa tantangan dari budidaya maggot, salah satunya adalah apabila makanan yang diberikan mengandung banyak air dan tempat maggot terlalu basah, maka maggot tidak dapat berkembang dengan baik. Ibu Wahyu juga menjelaskan bahwa budidaya maggot ini dapat menjadi peluang usaha karena dilihat dari prosesnya yang tidak begitu rumit dan biaya awal tidak begitu banyak. Adapun secara ekonomi, budidaya maggot ini tergolong cepat untuk kembali modal dengan harga telur maggot mencapai Rp3000,00 per gram.

Baca Juga: BEM KM UNY dan Wardah Campus Road Show Berdayakan Perempuan melalui Sekolah Aktivis Perempuan

Urban Farming dan Hortikultura

Salah satu program dari Komunitas Great and Green ini berupa urban farming. Program urban farming ini menggunakan dua teknik utama, yakni menanam langsung di tanah dan hidroponik. Meskipun hidroponik pernah diterapkan dengan hasil panen dua kali, saat ini di komunitas tersebut lebih fokus pada metode menanam di tanah karena keterbatasan sumber daya dan waktu.

Ibu Laela juga  menjelaskan bahwa jenis tanaman yang ditanam dalam program ini sebagian besar adalah tanaman hortikultura. “Kami menanam lidah buaya, terong, dan cabai,” ungkapnya. Selain itu, mereka juga menanam serai di pinggir pagar dan beberapa tanaman buah seperti anggur dan jambu.

Selain tanaman tersebut, lidah buaya menjadi salah satu next project yang sedang dirintis. Adapun untuk tanaman lidah buaya yang sedang dirintis akan diolah menjadi produk makanan seperti nata de aloe dan cendol aloevera. “Kami ingin menjadikan Warungboto sebagai inisiasi kampung lidah buaya,” harapnya.

Baca Juga: Fenomena People Pleaser: Ketika Kepuasan Orang Lain Menjadi Prioritas

Pemasaran Produk

Dalam hal pemasaran, produk seperti pupuk organik dan sayuran dijual melalui promosi konvensional seperti WhatsApp dan event-event lokal.

“Kami juga mengajak ibu-ibu untuk membantu menjual produk kami,” tambah Ibu Laela.

Meskipun dukungan material dari pemerintah belum ada, mereka mendapatkan izin untuk menggunakan lahan dari pemerintah kota serta dukungan non-material yang signifikan dari penyuluh pertanian.

Great and Green sebagai Pionir Peduli Lingkungan

Melalui Komunitas Great and Green, tidak hanya kegiatan bercocok tanam, tetapi juga menjadi pionir dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah.

“Kami sering melakukan sosialisasi di arisan RT, RW, dan pertemuan kelurahan. Tapi, mengubah kebiasaan masyarakat itu tidak semudah membalik telapak tangan. Masih banyak yang belum bisa membedakan sampah organik dan anorganik,” ungkap Ibu Laela.

Meskipun demikian, para ibu ini tidak menyerah. Mereka terus berupaya memberikan edukasi kepada masyarakat, mulai dari cara memilah sampah hingga pentingnya menjaga lingkungan.

Ibu Laela menyatakan bahwa keberadaan program-program ini tidak hanya membantu dalam pengelolaan sampah tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memilah sampah.

“Kami berusaha membangun kesadaran masyarakat meski tidak semua orang memiliki kesadaran yang sama,” ujarnya.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan keluarga serta memberikan manfaat ekonomi bagi anggota komunitas.

“Kami pernah mengikuti berbagai lomba, seperti di Balai Kota dan pameran di Polbangtan, bahkan meraih juara 3 dalam lomba Jaga Bumi. Bu Laela, salah satu anggota kami, juga berhasil meraih juara 1 dalam lomba tingkat kota,” ujar salah seorang ibu dengan bangga.

Prestasi yang membanggakan ini tentu tidak diraih dengan mudah. Tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah.

Ke depan, Ibu Laela berharap agar program ini dapat terus berkembang dan memberi manfaat lebih besar bagi masyarakat. Dengan semangat kolaborasi antara mahasiswa sebagai akademisi dan peran serta masyarakat, mereka optimis dapat mencapai tujuan tersebut.

Penulis: Ghiovita Fatika Putri

Editor : Salma Najihah
Reporter: Nadia Asih Syafira

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Mengapa Masyarakat Indonesia Minim Kemanpuan Berbahasa Inggris?
Next post Mengelola Sampah, Menjaga Bumi: Langkah Nyata Komunitas Great and Green