Review Novel “Dan Hujan pun Berhenti”
Identitas buku:
Judul buku: Dan Hujan pun Berhenti
Penulis: Farida Susanty
Penerbit: Grasindo
Kota terbit: Jakarta
Tahun terbit: 2007
Cetakan: Kesembilan
“Kamu mungkin tidak akan mengerti Leo yang tidak percaya pada siapa pun di dunia ini. Tapi mungkin Spiza, gadis yang mencoba bunuh diri di sekolahnya, bisa.”
Resensi
Buku Dan Hujan pun Berhenti menceritakan kisah tentang seorang pria yang berasal dari keluarga broken home. Kedua orang tuanya sering bertengkar. Selain itu, buku ini juga mengisahkan tentang seorang gadis yang ingin mengakhiri hidupnya karena perasaan bersalah.
Farida Susanty menceritakan bahwa sang gadis mengalami depresi lantaran ia terus dibayang-bayangi oleh fakta, bahwa ia merupakan pelaku tabrak lari yang menewaskan wanita pujaan hati dari tokoh utama novel ini, Leo. Depresi ini dimulai dari persaan bersalah sang gadis kepada korban, sehingga ia ingin menebus hidup sang korban dengan nyawanya melalui jalan bunuh diri.
Berkaca pada realita, kasus depresi dan bunuh diri masih dianggap tabu. Masyarakat masih mengangap bunuh diri sebagai ajang mencari perhatian, kurangnya rasa syukur, dan jauh dari Tuhan. Anggapan-anggapan tersebut justru membuat korban menganggap dirinya tidak berharga, dan menyimpan luka dalam dirinya yang membuatnya merasa tertekan kemudian mengalami depresi.
Seperti tokoh Mama Leo, ia melakukan bunuh diri karena merasa tertekan oleh permasalahan rumah tangganya yang pelik. Ketika ia menceritakan beban yang ia hadapi, justru cerita yang ia ungkapkan pada orang lain berbalik kepada dirinya sendiri. Pada akhirnya ia justru tidak memercayai siapapun termasuk keluarganya dan memutuskan untuk bunuh diri.
Lain cerita dengan tokoh Spiza. Ia merasa tertekan karena tidak sengaja menjadi pelaku tabrak lari. Ketika ia bercerita pada sahabatnya bukan ketenangan yang ia dapat namun sahabatnya justru memojokkanya dan tidak peduli dengan permasalahan yang dihadapi Spiza. Berkaitan dengan judul novel ini, tokoh Spiza akan melakukan bunuh diri ketika hujan turun. Karena ketika ia tidak sengaja menabrak pujaan hati Leo hujan sedang turun.
Banyak amanat sosial yang diberikan oleh sang penulis dalam novel ini. Tidak hanya tentang cinta, namun juga tentang mengikhlaskan segala permasalahan yang selalu datang dalam kehidupan. Tekadang kita harus melihat sisi terang dari ruang tergelap di dunia sekalipun.
Hal ini menyadarkan kita sebagai manusia bahwa setiap tawa yang dimiliki manusia bisa berarti duka yang ingin ia tutupi, setiap amarah yang diledakkan terdapat rasa lelah menyimpan beban, dan tangis yang dikeluarkan merupakan sisi manusiawi dari setiap manusia.
Selain alur cerita yang menarik, pemilihan diksi dalam novel ini mudah dipahami pembaca. Penulis yang tergolong masih muda mampu menciptakan segala suasana yang terjadi menjadi terasa nyata. Pemilihan kata yang mudah dipahami membuat pembaca nyaman dalam mengimajinasikan apa yang ingin disampaikan oleh sang penulis.
Sebagai makhluk sosial, kita seharusnya juga memperlakukan orang lain sebagai manusia yang memiliki emosi dalam dirinya. Sebagai sesama manusia kita seharusnya memaklumi setiap emosi yang dimiliki oleh orang lain selagi masih dalam batas yang wajar. Sebagai makhluk sosial kita harus peduli lingkungan sekitar kita, bisa jadi dengan menjadi pendengar kita juga mendapat sesuatu yang dapat kita pelajari dalam kehidupan. [redaksi/Pandan]
– – – – –
Baca RESENSI di lppmkreativa.com atau tulisan Aprilia lainnya