Lampu kuning
Lampu kuning temaram di ruang tengah menyala pukul lima subuh. Aku tahu, itu pasti Abang yang baru pulang setelah semalaman tadi pergi melaut dengan Pak Sukir. Air mukanya tampak lelah, tanpa mengucapkan sepatah kata, aku yakin dia pasti merindukan kasur tipis di kamarnya secepat mungkin.
Nara dan Langkah Kecilnya
Kadang, yang terlihat nyata hanyalah mimpi, dan yang kita pegang erat justru perlahan memudar. Meski rindu sering kali membelenggu, ada saatnya kita harus merelakan dan melangkah maju. Mungkin perpisahan tidak berarti akhir, tapi awal dari perjalanan baru—untuk kita dan mereka yang telah pergi.
Simpang Empat Palbapang
LPPM Kreativa - Malam itu, bulan purnama bersinar terang di langit kota, memancarkan cahaya peraknya yang menembus celah-celah dedaunan....
Aku Ingin Ponsel Baru
Lagi dan lagi. Sudah kesekian kalinya dia, atasan kami, membentak dan mencaci maki para buruh. Entah apa masalah yang ia...
Perasaan yang Berujung pada Keegoisan
ĢU"Sha, Kinan itu sahabatku dari kecil. Kita bener-bener sahabatan, Sha. Aku bahkan menganggap dia kayak adek aku sendiri." Agam menggenggam...
Cerpen “Guru” terhadap Pandangan Masyarakat
Cerpen "Guru" karya Putu Wijaya yang diterbitkan tahun 2005 memberikan pandangan baru mengenai dunia pendidikan yang digambarkan melalui karakter-karakternya. Putu...