Buku Bu Guru Cantik: Perempuan dan Pelecehan Seksual
Judul: Bu Guru Cantik
Penulis: Hasta Indriana
Penerbit: DIVA Press
Kota terbit: Yogyakarta
Tahun terbit: 2017
ISBN: 978-602-391-409-8
Dalam kumpulan cerpen karya Hasta indriana ini menceritakan tentang kisah yang dapat kita temui sehari-hari. Kisah-kisah yang dilukiskan dalam tiap lembarnya banyak menggunakan alur terbuka yang membiarkan pembacanya untuk mencari ending yang sebelumnya telah diberikan kata kunci dalam setiap cerita. Penulisannya tidak membosankan dan ceritanya pun terasa amat dekat dengan kehidupan kita. Tidak hanya pola hidup masyarakat Indonesia yang dilukiskan oleh Hasta Indriana namun juga unsur kebudayaan yang ditampilkan dalam setiap ceritanya.
Cerita yang amat menarik dari kumpulan cerpen karya Hasta Indriana ini adalah cerpen yang berjudul Suweng. Cerita ini mengisahkan tentang seorang gadis pendiam yang dihamili oleh seorang pria dan diasingkan di atas bukit. Cerita ini mengambil latar masalah yang sering kali terjadi di Indonesia tentang anak-anak muda yang hamil di luar nikah. Tidak hanya itu, dalam cerita ini terdapat kata kunci dari pelaku sebenarnya yang menghamili tokoh utama, Suweng yang tidak lain adalah ayah mertua dari tokoh utama yang muncul di awal cerita. Dalam kisah ini menjadi tamparan bagi kita untuk lebih peduli pada lingkungan sekitar, tidak semua orang yang terlihat baik pada kita memiliki hati yang baik pula. Namun, tidak semua orang yang terlihat memiliki niat buruk pada kita, berpikiran buruk pada kita. Tenang itu perlu, namun waspada itu harus.
Kisah Suweng ini juga terdapat unsur kebudayaan dari pemakaian suweng atau aksesori yang dipakai ditelinga, yang menjadi ciri khas tokoh Suweng. Suweng ini banyak dipakai oleh wanita Indonesia karena dalam tiap suweng yang dipakai terdapat ciri khas bentuk yang indah. Selain bentuk yang indah, dalam tiap suweng terdapat warna yang menarik namun masih terdapat kesan elegan bagi pemakainya.
Selain cerpen Suweng dalam buku karya Hasta Indriana juga terdapat 18 cerpen lainnya. Dalam setiap cerpen memiliki ciri khas yang membuat pembacanya merasa bahwa cerita tersebut memiliki korelasi dengan tingkah laku dan pola kehidupan masyarakat Indonesia. Kumpulan cerita karya Hasta Indriana ini memiliki judul Bu Guru Cantik. Ketika membaca cerpen ini, kita akan mengetahui alasan mengapa buku ini memilih judul tersebut.
Baca Juga: Humor Polisi: Mulai dari Kucing Hingga Kekerasan Seksual
Dalam cerpen berjudul Bu Guru Cantik ini mengisahkan tentang seorang guru bernama Cantik yang memiliki masa lalu mirip seperti masa lalu anak didiknya. Kisah ini mengangkat permasalahan yang sering terjadi di Indonesia maupun seluruh dunia mengenai pelecehan seksual. Pelecehan seksual ini dapat dilakukan oleh orang terdekat sekalipun, seperti tokoh Bu Guru Cantik yang dilecehkan oleh pamannya sendiri. Pelecehan seksual tidak hanya merusak masa depan korban namun juga membuat korban pelecehan seksual ini menjadi trauma, baik trauma terhadap sesuatu yang mengingatkannya pada kejadian tersebut maupun trauma pada lawan jenis.
Banyak sekali korban pelacehan seksual yang dibungkam agar rahasia pelakunya tertutupi dan hanya korbannya yang menanggung akibatnya. Dalam kisah Bu Guru Cantik ini beliau sebagai guru mengambil langkah untuk membimbing sang pelaku agar pelaku pelecehan seksual yang mengancam korban, yang merupakan kekasih korban tidak mengulangi perbuatannya.
Kedua kisah tersebut merupakan permasalahan yang sering terjadi di Indonesia, masyarakat masih merasa tabu apabila membicarakan hal-hal mengenai pelecehan seksual, pemerkosaan, maupun kasus hamil dilar nikah untuk menjaga hati keluarga korban maupun pelaku. Padahal faktanya sexual education yang diterapkan di negara-negara maju dapat mengurangi kasus pelecehan seksual.
Kumpulan cerpen Bu Guru Cantik banyak membicarakan tentang masalah kehidupan yang masih tabu dibicarakan masyarakat. Dalam penulisan tiap cerpen sang penulis, Hasta Indriana memberikan amanat sosial yang disampaikan secara tersirat dengan mengambil kejadian atau masalah tersebut untuk mengingatkan masyarakat Indonesia bahwa peduli dapat diawali dari diri sendiri.