Emansipasi dan Standar Perempuan di Masyarakat
Tanpa disadari, wanita di Indonesia mengalami perasaan yang membuat mereka seperti tidak dihargai. Tanpa disadari, bahwasanya kita pun masih tidak sadar bahwa kita pernah merendahkan perasaan wanita.
Kita sering merasakan kecewa sehingga menarik diri dari lingkungan pertemanan. Bagaimana tidak, biasanya di lingkungan peretemanan yang sudah kita anggap tempat yang paling nyaman untuk percaya, justru malah menyudutkan. Sehingga kita tidak percaya pada sesama wanita atau pun sebaliknya.
Tidak sedikit dari mereka mengalami ketakutan untuk berkembang, akibat dari tuntutan lingkungan. Jika wanita melakukan kesalahan, sanksi sosial yang paling depan akan mengenai mereka. Bukankah para wanita yang harusnya dijaga dan diberi perlindungan yang lebih? Masih banyak kekerasan dan diskriminasi sistemik berbasis gender yang terjadi, melibatkan para wanita yang lebih memiliki impact lebih terlihat.
Dilema paling sering terjadi yang dirasakan oleh kalangan wanita, yakni saat mereka mencintai dirinya sendiri atau sering disebut self-love yang digaungkan antar sesama wanita, namun terkadang di waktu yang sama mereka sering terbawa arus tuntutan penilaian seseorang di masyarakat. Sehingga rasa untuk mencintai diri sendiri kian mengikis diterpa rasa tuntutan.
Banyak yang berkata “Kok kamu gendutan?” “Kok kamu kurusan?” “Kok kamu iteman?” “Kapan wisuda?” “Kapan nikah?” “Kapan punya anak?” kata-kata ini yang paling sering diberikan kepada wanita, entah dari kalangan teman, sahabat bahkan keluarga terdekat. Tidak sampai disitu saja. Wanita harus dituntut harus memiliki perisai yang lemah lembut, tidak boleh kasar. Wanita juga harus dituntut pandai untuk memasak, padahal dengan ketidakbisaan untuk memasak itu tidak mengubah jenis kelamin mereka. Para wanita harus dituntut bisa menyelesaikan pekerjaan rumah sekaligus melayani suami. Jika terjadi perceraian, tidak sedikit mereka yang mencaci bahwa perempuan tidak bisa menjaga hubungan rumah tangganya dan tidak bisa melaksanakan tugasnya sebagai wanita.
Baca Juga : Perempuan Bercadar: “Kami Bukan Teroris”
Kita tidak perlu melakukan semuanya, tidak perlu menjadi serba bisa ini dan itu. Kita hanya perlu untuk menjadi perempuan yang hebat versi diri sendiri. Jangan takut untuk melakukan hal yang mampu membuat kita nyaman dan tenang, makanlah apa yang ingin dimakan, bersoleklah, berikanlah diri sendiri yang paling terbaik, tapi jangan lupa untuk menjaga diri. Keluarlah! Lakukan apa yang diinginkan, jalan-jalanlah, pergilah dan dapatkan pengalaman untuk diceritakan ke anak dan cucu kelak.
Perihal hidup bukanlah sebuah perlombaan, siapa yang lebih cepat menyelesaikan tuntutan dari seseorang, melainkan siapa yang lebih dulu mewujudkan mimpi dan mendapat manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain.
Semua akan baik-baik saja. Mental dan perasaanmu yang harus dipikirkan dan mungkin tidak ada kesempatan kedua untuk memperbaikinnya kembali.